Malam itu, langit di atas Ravenswood Manor tampak mendung, menambah suasana suram yang sudah lama menyelimuti rumah besar itu. Lavinia sedang duduk di ruang musik, jarinya perlahan mengusap tuts piano yang terbuat dari gading. Dia mencoba melarikan diri sejenak dari tekanan Alistair dan segala tuntutan pernikahan mereka.
Suara pelayan yang berbisik-bisik di luar ruangan menarik perhatiannya. Sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi. Pintu ruang musik terbuka, dan Margaret masuk dengan ekspresi penuh kehati-hatian.
“Your Grace, ada tamu yang datang,” katanya perlahan, seolah takut mengganggu Lavinia.
“Tamu? Siapa?” tanya Lavinia, sedikit terkejut. Biasanya Alistair memberitahunya tentang tamu yang akan datang, tapi kali ini tidak ada pemberitahuan.
Margaret menunduk sejenak sebelum menjawab, “Lord Sebastian Devereux.”
Nama itu terdengar seperti dentuman di telinga Lavinia. Lord Sebastian Devereux, seorang bangsawan terkenal yang juga mantan sahabat Alistair. Dia jarang disebutkan dalam percakapan di Ravenswood Manor, dan Lavinia tahu bahwa ada sesuatu yang gelap di antara mereka—sebuah sejarah yang Alistair tak pernah bicarakan secara jelas. Sebuah rahasia yang sepertinya mereka coba sembunyikan.
Lavinia bangkit dari tempat duduknya, rasa penasaran memenuhi benaknya. “Di mana dia sekarang?”
“Di ruang tamu, Your Grace. Duke Alistair sedang menemuinya,” jawab Margaret, suaranya sedikit gemetar, menandakan ketegangan di antara kedua pria itu.
Lavinia memutuskan untuk menyelinap diam-diam ke arah ruang tamu. Dia ingin melihat siapa sebenarnya Lord Sebastian dan mengapa kedatangannya membawa getaran aneh di seluruh manor. Saat dia mendekati ruang tamu, dia mendengar suara rendah yang terdengar seperti Alistair sedang berbicara, namun nadanya tegang.
“…tak seharusnya kau datang ke sini, Sebastian,” suara Alistair terdengar dari balik pintu.
“Aku datang bukan untuk meminta izinmu, Alistair,” jawab suara pria lain, dingin namun penuh karisma. Suara itu dalam dan tenang, namun dengan nada yang jelas menantang.
Lavinia menahan napas, berdiri diam di balik pintu yang sedikit terbuka. Jantungnya berdegup kencang. Ada ketegangan yang tebal di udara, dan Lavinia tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi.
“Lavinia adalah istriku, bukan urusanmu,” kata Alistair, kali ini dengan nada lebih keras. "Kau tak punya hak untuk ikut campur."
Lavinia terkejut mendengar namanya disebut. Mengapa Sebastian tertarik pada dirinya? Apa hubungannya dengan semua ini?
“Kau memperlakukan Lavinia seperti barang milikmu, Alistair,” jawab Sebastian tajam. "Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja."
Alistair tertawa kecil, tapi itu bukan tawa yang hangat—itu tawa sinis, penuh dengan kebencian yang terpendam. "Kau tidak tahu apa-apa tentang Lavinia, Sebastian. Jangan berpikir sejenak pun bahwa kau bisa menyelamatkannya."
Lavinia merasakan darahnya berdesir. Apa maksud Alistair dengan 'menyelamatkan'? Dan mengapa Sebastian peduli? Apakah ini sekadar upaya Sebastian untuk mengganggu Alistair, atau ada sesuatu yang lebih dalam di balik kedatangannya?
“Jika kau benar-benar peduli padanya, kau akan memperlakukannya dengan lebih baik,” Sebastian melanjutkan dengan nada rendah yang penuh ancaman. “Lavinia bukanlah pion dalam permainanmu.”
Alistair terdiam sejenak, sebelum suaranya terdengar lebih lembut namun jauh lebih berbahaya. “Sebastian, kau datang ke sini dengan niat yang jelas. Tapi ingat, ini Ravenswood, rumahku. Dan aku tidak akan mentolerir gangguan apa pun terhadap pernikahanku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception (END)
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...