05. About Name

67 2 0
                                    

"Jadi namanya, Raina..."

"Yoi Ngga, adik tingkat kita."

Dewangga memperhatikan Rendi yang begitu kenal sekali sepertinya pada gadis yang ia suka. "Nama panjangnya apa Ren?"

Rendi menatapnya dari balik laptop yang sedang ia baca. "Raina Arundati, Ngga." Dewangga mengangguk-ngangguk.

"Kaya ada bau-bau gosong deh," ceplos Zaka yang memperhatikan wajah tanpa eskpresi Dewangga, tapi ia tau jika temennya itu sedang cemburu.

Rendi yang menyadari itu juga ikut menggoda Dewangga, "setau gw Raina banyak yang suka Ngga, terutama dari kelas kita—"

"OH SI JEVRAN! KAN REN?!" Seru Zaka memotong percakapan Rendi, Rendi mengangguk setuju. "Terus si Jevran nyerah karena Raina sulit didapatin, padahal si Jevran udah effort banget katanya."

"Bukan Jevran aja anjir banyak lagi yang deketin Raina, tapi gua setuju Zak, emang sulit banget ngedeketin Raina. Tampilannya aja ramah kaya mudah di deketin rupanya engga haha," Rendi menunduk sambil tertawa miris. "Apa lagi lo Ngga yang sekedar pengagum rahasia sekedar diam-diam suka." Dewangga hanya diam enggan untuk mengeluarkan sebuah jawaban, wajahnya seperti biasa dengan tanpa ekspresi itu.

Di lain sisi dua gadis tengah sibuk merapikan berkas-berkas yang sudah siap mereka kerjakan, dengan napas lega melihat berkas itu selesai juga.

"Akhirnyaaa..." lega Savira sambil mereganggangkan otot-ototnya yang kaku. Ia menatap adik tingkatnya yang melamunkan sesuatu, "heh Rain lo kenapa?"

Raina menatap Kakak tingkatnya itu dengan tatapan tidak bisa dijelaskan, "lo tau cowo tadi ga, Kak?" Savira mengangkat satu alisnya, 'cowo yang mana?' Bisiknya. "Cowo yang tadi nolongin botol minum gw yang jatoh," ucap Raina ikut merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk itu.

"Oh! Dewangga maksud lo?" Seru Savira. Raina mengangguk-ngangguk, 'oh namanya Dewangga.' Savira menatap bingung pada Raina, "kenapasih? Tiba-tiba banget nanya."

Raina menggeleng, "gapapa, gw cuma mau tau aja soalnya tadi gw mau bilang makasih dia nyelonong pigi aja." Savira tertawa kecil. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu?"

"Ga sih, Dewangga emang gitu anaknya, pemalu." Raina membulatkan matanya tak menyangka dengan tubuh kekar dan mata elang itu. "Lo liat aja deh nanti, pemalu, mungkin awalnya ngeliat dia bakal ngenilai dia beda sama cowo lain tapi aslinya sama aja." Raina ber'oh' saja.

Sepertinya Savira deket banget sama Dewangga, batin Raina menatap Kakak tingkatnya itu yang begitu excited menjelaskan tentang Dewangga.


♡♡♡

  Pagi datang menyinari. Rain tersenyum, senyum itu tidak pernah ia ukir semenjak tamat SMA. Senyum itu terukir kembali semenjak bertemu dengan ke-lima teman-teman barunya, Nana, Ayu, Julia, Riska, dan Marisa, mampu mewarnai hari-hari Rain yang penuh dengan keterpaksaan menjalankan kuliah di universitas bukan impiannya bahkan jurusan yang ia pilihpun bukan kemaunnya. Tapi, Rain perlahan berdamai dengan keadaan dan percaya akan setiap kehendak Tuhan bahwa di kampus ini adalah yang terbaik untuk Rain.

  Ingat bahwa Tuhan membawamu sejauh dan sebabak belur ini bukan untuk menyerah pada keadaan tapi, Tuhan mempersiapkan walaupun banyak tangisan dikeluarkan namun mental pikiran dan hati untuk dititipi kebahagiaan yang jauh dari yang diminta jadi jangan nyerah sabar dan gas maju terus terobos keadaan itu sambil ugal ugalan. Juga Tuhan gabakal bawa Rain sejauh ini cuma untuk gagal kan?

  Itulah prinsip yang dipegang Rain untuk bisa lebih menguatkan dirinya.

  Bohong kalo Rain penuh semangat setiap kali dia pergi mengampus namun harus bagaimana lagi ia harus bisa bertanggung jawab pada masa depannya, tidak mungkin terus-terusan menyalahkan dirinya jalan satu-satunya adalah berdamai dan fokus kembali menata masa depannya apapun nanti hasil di akhir Tuhan tau dia sekuat tenaga memperjuangkan masa depannya yang bahagia dan cermerlang serta bisa bahagiain orang tua dan dirinya.

RAIN IN THE DARKNIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang