☞07☜

185 26 3
                                    

SUO;

Tetesan air hujan berjatuhan membeku di tubuhku, namun aku tak peduli, aku terus berlari seolah hidupku bergantung padanya.

Pepohonan disekitarnya menghalangi pandanganku untuk melihat dengan jelas, Semuanya terlihat buram, banyak kabut dimana-mana dan tubuhku terasa semakin lumpuh sementara perasaan kosong sekaligus mengerikan memendam dalam diriku.

Aku terus berlari tanpa henti, aku teringat bahwa aku melihat sebuah kota kecil yang mungkin berjarak satu jam perjalanan dengan mobil, tapi aku tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan dan kapan aku harus sampai di sana.

Aku berlari dan berlari tapi aku mulai merasakan sensasi yang mengganggu begitu menjengkelkan karena aku sedang diikuti, sedemikian rupa sehingga aku tidak bisa memusatkan pandanganku pada satu titik pun.

Burung gagak tidak bisa berhenti bersuara di kejauhan dan suara pepohonan menari mengikuti angin dan hujan tidak membuatku merasa lebih tenang.

Bumi berubah menjadi lumpur, guntur bergemuruh menerangi malam. Aku tidak ingat pernah melihat pagar yang memisahkan rumah itu dari jalan raya... Tapi aku sudah berada di kejauhan karena terlalu lama berlari dalam kegelapan.

Tiba-tiba sepatuku terpeleset sehingga koperku terjatuh bersamaku, membuat barang-barangku berserakan dimana-mana.

Angin dingin menerpaku, membuatku merinding, karena membawa serta gelak tawa anak-anak yang tampak sedang bermain di tengah lebatnya hutan.

Aku mendengar suara-suara itu dan melupakan barang-barangku meninggalkannya di tanah, terendam air dan dipenuhi tanah basah.

Aku berdiri dan mulai berlari lagi, aku bisa mendengar mereka tertawa, membisikkan hal-hal yang tidak bisa kupahami. Segalanya terlihat gelap hanya cahaya rembulan yang samar-samar membuatku bisa melihat sedikit jalan.

Hutan di sekitar sangat menakutkan dan aku memilih untuk tidak melihat ke mana pun.

SUO...

Mendengar bisikan mereka membuat aku berbalik untuk melihat mereka.

Mereka adalah...

Boneka-boneka yang di rumah Tuan Umemiya, Mereka bersembunyi di antara batang-batang pohon, matanya bersinar bagaikan cahaya putih, senyuman mereka nyaris lebar dan aku bisa mendengar mereka tertawa.

Kakiku berhenti dan aku menoleh ke segala arah tapi kakiku tetap di sana, membuatku membeku.

"Apa yang mereka inginkan?!" Aku berteriak putus asa sambil meremas rambutku erat-erat dan air mata bercampur dengan tetesan air hujan.

"KAMU..." bisik mereka dengan suara menyeramkan.

Jantungku berdebar kencang di dadaku, tanpa menunggu sedetik pun aku berusaha kembali ke jalan setapak, berlari secepat yang dimungkinkan oleh kakiku, namun, ke mana pun aku menoleh, boneka-boneka itu ada di sana dengan mata kacanya menatapku.

Aku mencoba untuk tidak berkonsentrasi pada mereka untuk meningkatkan kecepatanku, aku berlari selama beberapa menit, mungkin berjam-jam.

Namun tak lama kemudian aku berhenti berlari, mataku kembali berkaca-kaca. Kakiku gemetar, tubuhku membeku, dan tak lama kemudian lututku terjatuh ke dalam lumpur.

Rumah itu ada di depanku.

Bagaimana bisa aku kembali ke sini lagi? Hanya itu yang bisa kupikirkan. Pandanganku tertuju pada salah satu jendela Rumah.

Dari Dalam Umemiya menatapku dengan wajah datar bersama boneka dwiwarna yang ada di sebelahnya, dengan senyuman yang sama yang dia tunjukkan padaku di ruang makan dan boneka-boneka lainnya di jendela berbeda ruangan, semuanya sama menatapku dengan senyuman dan tatapan tajam.

Aku tidak bisa merasakan berat tanganku, aku merasa seperti akan pingsan kapan saja, tapi aku mengumpulkan kekuatan dan berlari lagi, namun setelah beberapa menit, aku kembali ke Rumah itu...Seolah-olah aku sedang berlari berputar-putar, satu-satunya perbedaan kali ini hanya ada Umemiya yang menatapku, disalah satu jendela lebih rendah dari sebelumnya.

Kedua kakiku terasa sakit, aku ingin istirahat tapi tidak bisa, maka aku terus berlari hingga terpeleset lagi di lumpur.

Kepalaku terbentur sesuatu yang keras dan aku merasakan diriku perlahan kehilangan kesadaran.

Penglihatanku kabur dan anggota tubuhku menjadi tidak bergerak sedikitpun.

Aku mendengar tawa serta suara dari kejauhan, aku mendongak untuk melihat mereka yang mendekatiku, mengelilingiku dengan langkah lambat.

"TIDUR"

Aku mencoba untuk tetap terjaga, mencoba memerintahkan kakiku untuk bergerak, tapi aku tahu aku gagal ketika mataku terpejam, suara-suara itu menjadi jauh, dan tak lama kemudian aku tidak tahu apa-apa lagi.



Lanjut Or Unfub?

 ✔❝DollHouse❞ || UmeSaku × SuoSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang