Bab 31 : Novel

312 24 0
                                    

Selamat membaca.

**********

Hari sudah malam, Maera tengah mengawasi Andreas dari ruang tamu, menatap lurus pada kamar yang telah ia sediakan untuk pria itu.

Penjelasan yang sulit diterima meski akhirnya Maera membiarkan Andreas tinggal di rumahnya. Ia mengacak rambut frustrasi, menatap punggung tegak Andreas yang sedang menulis novel di meja belajar.

"Andreas."

"Ya?" Ia melihat ke belakang dengan semringah membuat Maera sedikit terkejut. Responnya jauh dari apa yang dibayangkan.

Tak kunjung mendapat jawaban, Andreas menghampiri Maera membuat si empu tertegun. Inikah yang dinamakan big boy?

"Kamu gak akan ganti baju?" tanya Athena sedikit canggung lalu membuang muka.

Andreas tersenyum, "aku tidak membawa apapun ke sini selain mempertaruhkan nyawa dan akal sehatku untuk mencarimu."

Mendengar hal itu, Maera tersenyum dibuatnya. Oh ayolah, cara bicara pria ini sungguh formal dan terasa manis. Siapapun yang mendapatkannya akan beruntung mendengar pujian yang dia berikan setiap harinya.

Tak tahu apa yang Maera pikirkan, Andreas merasa lega karena dirinya telah membuat Maera tersenyum. "Ah iya, aku membawa beberapa koin, tetapi sepertinya tidak akan berguna."

Andreas mengeluarkan satu kantung sedang koin emas yang ia simpan sebelumnya di dalam kantung jubah. "Ambilah semuanya, anggap ini bayaran karena telah menampungku."

Maera berbinar-binar ketika melihat koin emas begitu mengkilau. Jika dijual, berapa banyak uang yang Maera dapatkan? Mungkinkah 50 juta?

"Terimakasih banyak! Aku bakal terima dengan senang hati." Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Maera memeluk kantung emas itu dengan bahagia.

"Kalau begitu aku kembali menulis ya?" Andreas menatap harap pada Maera, mungkin beberapa kata penyemangat dari wanitanya dapat membuatnya menulis cerita dengan semangat.

Maera menganggukkan kepalanya, "semangat nulisnya!" Bukankah ketara sekali? Ia memberi ucapan semangat ketika mendapatkan uang. Ah sudahlah, hiraukan saja.

Andreas tersenyum ceria, segera kembali menulis lebih semangat daripada sebelumnya. "Inilah yang kubutuhkan, Athena berada di sampingku," gumamnya meraih pulpen hitam.

"Daripada bingung ngapain, mending aku tuker koin ini ke toko emas aja ah," ungkap Maera segera mengambil jaket di kamarnya yang bersebelahan dengan kamar tamu Andreas.

Sebelum benar-benar berangkat, Maera menghampiri Andreas seraya berkata, "aku mau keluar nuker koin, mau ikut gak?"

Tanpa memikirkan dua kali, Andreas menerimanya dengan senang hati. Dia menganggukkan kepalanya begitu gembira karena telah di ajak.

Tok tok tok!

"Tunggu di sini, aku cek dulu," pinta Maera yang di angguki Andreas.

Maera sudah menebaknya bahwa yang mengetuk pintu itu adalah kedua temannya. Hingga Maera begitu terkejut ketika melihat mereka membawa dua koper. "Anjir bawaan kalian banyak banget, mau ke mana?"

"Apalagi? Nginep di rumah kamu lah." Liana dan Fedrin segera masuk tanpa disuruh hingga keduanya terkejut melihat perawakan Andreas yang tinggi dengan wajahnya begitu tampan seperti orang barat.

"Buset, ini cowok yang tadi?" tanya Liana menatap Maera dengan terkejut.

Maera menganggukkan kepalanya lalu melihat Andreas yang sedikit membungkuk serta tangan kanan berada di dada kiri, "saya Altair Andreas Paulo, salam kenal."

"Sa-saya Fedrin, dan ini pacar saya Liana." Dia menunjuk Liana dengan nada canggung karena tidak terbiasa berbicara formal.

Andreas mengangguk tersenyum lalu menatap Maera yang segera mengatakan sesuatu, "oh iya, Andreas bakal tinggal beberapa hari di rumah aku, kalian gak keberatan kan?"

Fedrin dan Liana saling tatap. Meski ini bukanlah rumah mereka, ada sedikit rasa keberatan di lubuk hatinya.

"Ya udah deh, selagi kita berdua nginep, jadi gak apa," ucap Liana.

Maera tersenyum menatap Liana, "makasih udah mau nemenin." Ia memeluk senang pada Liana.

Andreas tertegun melihat senyuman Maera. Sungguh mirip dengan Athena, sangat manis sekali membuat jantungnya berdebar.

"Ouh iya! Aku mau nuker koin emas ke toko, bisa pinjemin baju untuk Andreas gak?" Ia melirik Fedrin dengan posisi masih memeluk Liana.

Fedrin mengangguk, segera mengeluar beberapa baju yang lebih besar. "Nah ini kaosnya." Fedrin memberikan kaos hitam pada Andreas lalu kembali mencari celana. "Ah celana yang besar adanya pendek."

Andreas nampak ragu memakai pakaian pendek karena dirinya tidak terbiasa. Dia menatap Maera yang langsung berucap, "kalau kamu gak suka, aku sama Liana aja p--"

Andreas dengan cepat memotong ucapan Maera, "tidak apa-apa! Aku suka bajunya, kita pergi keluar berdua, ya!" Ia begitu terburu-buru masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian dengan cepat agar Maera tidak meninggalkannya.

"Btw, gak salah nih kamu manggil dia pake nama?" tanya Liana pada Maera yang telah melepaskan pelukannya.

Maera menggelengkan kepalanya, "nggak, dia yang suruh kok."

Liana manggut-manggut lalu menatap Fedrin yang tengah membawa dua koper menuju kamar tamu atas.

"Koper aku ngapain dibawa?" Liana menyipitkan matanya.

"Kita sekamar kan sayang."

"Ngaco!"

Liana segera menarik kopernya yang ditahan oleh Fedrin. "Lepasin gak?"

"Masa sama calon sendiri gak mau sih?" Fedrin masih mempertahankan koper Liana dengan dirinya berdiri di anak tangga pertama.

Kriet!

Pintu terbuka menampilkan Andreas dengan pakaian milik Fedrin. Begitu seksi membuatnya segera menutup mata Liana sehingga dua koper itu berjatuhan.

"He-hei! Kenapa sih?" Liana memukuli tangan Fedrin yang menutup matanya.

"Ra, ambil jaket yang oversize biar dipake," pinta Fedrin yang diangguki Maera begitu cepat.

Sulit menemukannya dengan cepat membuat Maera mengacak isi koper Fedrin lalu setelah ditemukan ia berikan pada Andreas yang menatap jaket itu dengan bingung.

"Ini?"

"Pakenya sama kayak jubah, serius kamu gak ngerti?"

Andreas menggelengkan kepalanya membuat Maera membantu si empu memakaikan jaket tersebut.

"Kayaknya aku juga mau nginep lama di rumah kamu," ucap Fedrin yang sudah melepaskan tangannya membuat Liana berdecak kesal.

"Aku gak akan suka dia aelah," sungutnya geram sehingga Liana mencubit pinggang Fedrin.

"Tetep aja, aku cemburu." Fedrin memeluk manja Liana dari belakang membuat Maera memutarkan bola matanya kesal.

**********

Terimakasih telah membaca.

Am I the Reincarnation of a Goddess? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang