ARJUNA [8]

364 33 24
                                    

Kedua dahi menempel, saling menatap satu sama lain dengan nafas memburu, tak lupa saliva yang masih terlihat berceceran itu. Anak rambut Sera diselipkan di antara lipatan telinganya, bahkan nafas Arjuna pun begitu terasa menyapa wajahnya.

Alih-alih menatap, Sera memilih melihat ke arah lain. Dengan degup jantung yang setia bertalu cepat. "Om?..."

"Maaf..." Hanya sepenggal kata yang keluar dari mulut Arjuna, terasa sangat menyakitkan.

"Kenapa harus minta maaf?. Om menikmatinya kan?. Om udah ngerasain apa yang Sera rasa kan?. Apa om akan melupakan ini seperti sebelumnya?." Cecarnya bertubi-tubi, tak memberi jeda bagi Arjuna menjawab.

"S-sa-ya bingung... Ntah sejak kapan perasaan ini hadir, saya bingung Sera. Hari-hari saya penuh penyiksaan. Setiap kamu mendiamkan saya, setiap saya melihat istri di rumah. Hati saya terus merasa was-was."

Mata Sera berkaca-kaca, melihat begitu penuh bebannya perasaan yang lelaki itu pikul. Mata sayu cukup menggambarkan, betapa cemasnya Arjuna sebuah perasaan salah yang baru saja diciptakannya. "Itu tandanya Om udah cinta sama Sera!. Ayo om, Sera nggak masalah jadi yang kedua. Asal itu sama om..."

Arjuna mengalihkan pembicaraan, saat rintikan hujan mulai mereda. "Ayo, kita pulang. Ayah mesti udah nunggu kamu..."

"Tapi, om belum jawab pertanyaan aku!!."

Helm full face sudah menempel. Dia tak menghiraukan Sera yang merengek itu. "Mau pulang, atau saya tinggal di sini?."

Mau tak mau, Sera segera menurutinya. Walau dengan bibir yang mencebik kesal, serta hati yang mengganjal karena tak mendapat jawaban dari sana.

***

Danu berlari, mengapit tablet Androidnya dan menyerahkan kepada Aryo yang tengah menikmati teh hijau panasnya. "PAK...ANDA HARUS SEGERA MELIHAT INI!." Seru Danu membukakan sebuah artikel panas hari ini.

Seketika, alis Aryo menukik tajam. "Ini benar Serana?." Tanya Aryo memastikan bahwa gambar gadis mabuk di bar adalah benar-benar putrinya.

"Iya, Pak!. Ada foto lainnya." Danu kembali menggeser foto yang di tambahkan oleh si penulis artikel tersebut. Foto kedua, menampilkan Sera terpejam, dengan sebuah tangan mencekal bagian rahangnya.

Rahang Aryo mengetat. Baru menyadari, bahwa Sera memang pernah pulang dalam keadaan mabuk. Kacau sudah, dan apabila artikel ini tersebar luas, habislah sudah citra baiknya di depan publik.

"ARGHHHH..." Aryo menggeram, menyapu gelas serta teko kaca hingga pecah berserakan.

"Apa kita perlu menyelenggarakan pers?."

Aryo termenung dengan menggigit kuku telunjuk. "Apa perlu?. Berita ini sebentar lagi akan jadi topik hangat..."

"Maka dari itu, kita harus segera membuka suara, Pak. Agar masyarakat tidak bertanya-tanya masalah ini." Ujar Danu bernasihat.

"Segera hubungi reporter. Malam ini saya akan menggelar pers!. Dan panggil Sera kemari!."

Sedangkan Danu mengangguk sembari mengapit tablet android, segera berbalik badan dan berlari cepat menuju kamar gadis itu.

***

Aryo berusaha mengontrol emosi, meredam amarah agar tidak terlalu sering menyakiti putrinya. Sera perlahan mendekat, menunduk seraya meremat-remat kaos oblongnya.

"Maaf, Ayah..."

Sera tau, alasan dirinya harus menghadap ayah di ruang kerja. Danu memberinya tahu, pasal artikel yang berisi dirinya mabuk setelah dicekoki minuman. Dan Sera tahu siapa pelakunya, dari motif saja sudah terbaca.

ARJUNA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang