.

106 15 6
                                    

Menjadi seorang mahasiswi jurusan hukum di universitas ternama sekaligus bekerja sebagai model untuk berbagai brand pakaian dan make up bukanlah hal yang mudah dan tentunya menguras banyak tenaga. Bahkan saat weekend pun tak jarang Wonyoung masih berkutat dengan riburan tawaran job untuknya. Dirinya memang selalu sibuk, dan Wonyoung tidak mempermasalahkan hal itu, ia gemar bekerja keras.

Tapi tidak ada salahnya kan bersantai sesekali? Sore ini, Wonyoung secara sengaja meminta kepada manajer-nya untuk mengosongkan jadwalnya, ia juga meminta untuk memulai jadwalnya pada siang hari untuk besok. Dan kini, ia sudah siap dengan segelas susu hangat, bungkusan berisi soft cookies dari bakery favoritnya, dan tak lupa dengan serial "The Gentlemen" yang sudah lama ingin ia tonton namun belum sempat. 

This was going to be her best night ever after awhile. Ia bahkan hanya menggunakan crop tank top hitam dan hotpants merah sebagai bukti kalau ia benar-benar sedang bersantai sekarang. And even better, "he" the guy her parents forced her to set up with, is not here.

Yah, setidaknya begitu tadinya.

"Why the hell are you wet?!"

"People would get the wrong idea if they heard you say that."

"Lo tuh- Argh, just get in here."

Ricky pun tersenyum tipis, "Mom brought some mochi from Japan."

Dengan berat hati Wonyoung membuka pintu kamar apartemennya. Dalam situasi normal, Wonyoung pasti langsung akan mengabaikannya begitu melihat dari kamera luar siapa yang datang menekan bel pintunya. Tapi lelaki bernama Ricky Shen itu datang dengan pakaian yang basah kuyup, Wonyoung tidak se-jahat itu untuk membiarkannya menggigil di luar seperti itu.

Tapi tetap saja,

"Lo sengaja ya,"

"Sengaja apa?"

"Lo punya mobil, udah tau lagi musim hujan, kenapa pakai motor? Dan kalau nganter makanan, kan bisa aja delivery-"

Ricky terkekeh, "What good do I get from staying here?"

Yep, their feeling of hatred for each other is completly mutual.

"Then wear some goddamn clothes." protes Wonyoung karena kini Ricky tidak memakai atasan apapun dan hanya tertutup sedikit dengan handuk.

"Baju lo nggak ada yang muat buat gue, Wonyoung."

"Gue ada kok oversized shirts! Bentar deh, ntar lo masuk angin-"

Begitu Wonyoung hendak berdiri tangannya tiba-tiba digenggam erat oleh lelaki berbahu selebar samudra itu.

It all happens way too fast.

Hanya dengan dua detik bertatapan, seakan-akan keduanya tahu apa yang mereka saling inginkan. Ricky mencium bibirnya. It started with a gentle kiss, but they both knew what they were craving,
her soft lips that have been left untouch ever since her last boyfriend two years ago is now back, ready for more.

Ricky berdiri dan mengangkat Wonyoung untuk bergantung di bahunya, sedangkan kaki Wonyoung melingkar di pinggangnya.

It doesnt stop there, Ricky mulai mencium leher Wonyoung secara lembut. It tickles, but she didn't mind.

"Ah- Hey don't bite!" seru Wonyoung, "Besok ada photoshoot, don't dare leave a mark!"

"Bilang ke manajermu itu, besok itu tanggal merah." kata Ricky sambil terus mencium semua sisi tubuhnya yang tidak terutup oleh pakaiannya yang sudah minim dari awal.

Bibir, pipi, dahi, leher, telinga, pundak, lengan, tangan, Ricky sudah menyentuh semuanya.

It felt different, she was not supposed to feel like this. She was not supposed to like this.

"Enak, kan? Mochi-nya." tanya Ricky menyeringai.

"I barely tasted anything from you."

"Huh-"

Wonyoung itu bukan tipe yang suka dikuasai, ia tidak suka dikontrol dan didominasi. That's why she can never lose in this game, especially he started this first.

"You know, I've always wanted to do this."

Wonyoung meraba tato milik Ricky yang terletak di lehernya, seharusnya itu bukanlah area yang sensitif. But still, her touch makes him feel things differently.

She kisses his neck gently, all while grabbing onto his waist that are also covered with tattoos.

"I thought you say you hated my guts, no?" tanya Ricky jelas berniat untuk menggodanya.

Wonyoung mengangkat bahunya "I never said I wont kiss you."

"Fair point."

Ricky kembali mencium bibir Wonyoung, dan tanpa melepaskannya they somehow made their way to the bed.

Mereka, yang mengakui dengan lantang akan ketidaksukaan mereka terhadap satu sama lain, bersumpah tidak akan saling menyukai, dan tidak pernah terbesit pikiran untuk betulan menikah bahkan setelah dipaksa bertunangan oleh orang tua mereka, kini berbaring di atas kasur, berdua saja, with barely any clothes on. 

"Be honest, Ricky."

"What?"

"Kenapa nggak pakai mobil?"

"..."

She was right all along.

"You WERE doing this on purpose, now that reminds me, your mom went to Thailand, not Japan!

"...Aku beneran nggak tahu bakal hujan kok, the traffic's insane at this hour, you know!"

"Stop making excuses, asshole, you're lucky you're a great kisser."

She got him, Ricky tidak sepenuhnya berbohong kok. Ia memang naik motor untuk menghindari kemacetan, karena dirinya sudah tidak sabar lagi melihat wajah perempuan yang ia sangat tidak sukai itu. Perasaan itu mengganggunya, dan Ricky pikir ia harus melakukan sesuatu untuk memeriksanya.

Turns out, he wants her more than he dislike her.

"I'll take that as a compliment." ucapnya sambil memeluk tunangannya itu ke dalam dekapannya.

Wonyoung melihat ke arah wajah Ricky, yang kini sedang asyik memainkan rambutnya, aneh, he's here and yet, it's still her best night ever afterall.

"Ricky,"

"Mhm?"

"Kiss me again."

Ricky tersenyum, "Will do, princess."

-end-

:b

🎉 Kamu telah selesai membaca Kissin' on My Tattoos. ; jjangrui oneshot. 🎉
Kissin' on My Tattoos. ; jjangrui oneshot.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang