Bab 13. Panik

87 12 6
                                    

Di kontrakan Amato, kini Amato dan keluarganya tengah bersiap-siap untuk tidur, setelah makan malam dengan makanan sederhana yaitu nasi dan kerupuk saja. Mereka saat ini sedang menentukan posisi tidur mereka.

Setelah berdiskusi mereka memutuskan agar Ayahnya tidur di tempat tidur bersama Thorn dan Solar. Sedangkan sisanya tidur di lantai.

****

Malam Harinya saat mereka semua sedang tertidur...

"Uhuk...uhuk, hhh...hhh'" Entah kenapa dada Ice kini terasa sesak, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Blaze yang memang tertidur di samping Ice terperanjat karena melihat Ice duduk sambil terbatuk-batuk.

"Ice lo kenapa? Wajah lo pucat banget! Badan lo juga dingin, lo nggak papa kan?" Tanya Blaze panik membuat semua orang jadi ikut terbangun. Sedangkan Ice hanya bisa terdiam sambil menahan sesak di dadanya.

"Ice ada apa sayang?" Tanya Amato, menghampiri putranya.

"Kita harus bawa Ice ke rumah sakit sekarang" Ucap Hali.

Halilintar lantas membawa tubuh Ice ke atas punggungnya, mereka semua pergi menuju jalan raya, dengan berjalan kaki, sambil sesekali Taufan dan yang lain mencoba memberhentikan kendaraan. Sedangkan Thorn dan Solar tetap di rumah menjaga Ayahnya.

****

Dengan susah payah akhirnya Ice bisa mendapatkan penanganan dari dokter. Karena kebetulan saat di jalan tadi Blaze berhasil menghentikan kendaraan. Meskipun dengan mengancam orang itu, namun Blaze sudah tidak peduli lagi, semua ia lakukan demi keselamatan adiknya.

"Bagaimana keadaan adik saya Dokter?" Tanya Hali begitu dokter keluar dari ruangan Ice.

"Adik kalian, mengalami sesak nafas akibat alergi terhadap debu, serta tidak tahan terhadap udara dingin, saat ini dia sudah baik-baik saja, hanya masih belum sadarkan diri. Sebaiknya jaga lingkungan sekitarnya agar tetap bersih dan rapi. Untuk mengurangi alergen" Ucap Dokter itu.

"Apakah kami boleh masuk Dok?" Tanya Gempa.

"Tentu saja, tapi dia saat ini sedang beristirahat, kalau begitu saya permisi dulu ya" Ucap Dokter itu berlalu pergi.

****
Di ruang rawat Ice, semua orang menatap wajah pucat Ice, dia terlelap dengan tenangnya, meskipun nafasnya masih tampak terengah-engah.

"Ice, kenapa lo nggak bilang kalau lo nggak tahan dingin, maaf karena selama ini gue nggak pernah tahu apapun tentang lo" Ucap Blaze menangis sambil menggenggam tangan Ice. Sedangkan Taufan hanya bisa mengelus punggung Blaze, untuk menenangkan.

"Lo tenang aja Blaze, Ice pasti akan baik-baik saja" Ucap Taufan .

"Kenapa semua ini terjadi pada kita Kak? Apa ini yang disebut hukum karma?" Tanya Gempa, jujur saja dia sampai sekarang masih belum percaya dengan apa yang terjadi, baginya semua ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang akan segera berakhir.

"Apapun itu, kita harus percaya jika semuanya akan baik-baik saja" Ucap Halilintar.

"Taufan, Gempa, tolong ajak Blaze pulang, kalian harus istirahat, bukankah kalian harus tetap sekolah besok, biar Kakak yang akan jagain Ice" Ucap Hali dengan nada datarnya.

"Gue nggak mau Kak" Ucap Blaze singkat.

"Blaze, nggak ada penolakan, gue ngerti lo khawatir sama Ice, tapi kita disini semua juga khawatir, lo pulang sekarang, gue janji besok sepulang sekolah gue nggak akan larang lo buat datang kesini" Ucap Hali dengan lebih lembut.

"Dengerin Kak Hali Blaze, besok kita kan bisa datang kesini, lagipula Ayah kan masih sakit  juga, kita nggak mungkin juga tinggalin Thorn sama Solar berdua di rumah" Ucap Gempa.

"Tapi..."

"Ayo Blaze, kita pulang" Ucap Taufan memotong ucapan Blaze, yang hendak membantah.

Dengan terpaksa Blaze bangkit dari duduknya, dan mengikuti Taufan dan Gempa. Namun dalam hatinya dia bersumpah tidak akan pernah memaafkan orang yang telah membuat keluarganya dalam kondisi seperti ini.








Happy reading ya guys

Hari ini judulnya "panik", biar singkat, padat dan tidak jelas hehe

Selamat malam mingguan

See you 👋😁

The Devil Boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang