BAB 19. KEMBALI BERTEMU

33 9 4
                                    

“Gatau, kenapa kita bisa bertemu kembali setelah sekian lama.”
— JEVANO ORION BAGASKARA.

"Pelan-pelan kak bawa motornya!" Key bahkan hampir terjatuh gara-gara Jevan yang membawa motor seperti ingin mengajak pindah alam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelan-pelan kak bawa motornya!" Key bahkan hampir terjatuh gara-gara Jevan yang membawa motor seperti ingin mengajak pindah alam. Ckckck kasus men.

"Nggak bisa yura, biar cepet sampai rumah," suara Jevan dari balik helm full facenya. Ia masih mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Tanpa pelan-pelan terkesan membahayakan.

"Ini uangnya pak, makasih yah!" seorang perempuan baru turun dari mobil taksi membawa koper yang ada di sampingnya. Perempuan itu meliril ke kanan dan kiri melihat situasi.

Waktu yang begitu rawan terjadi pencurian apalagi di kota jakarta, namun tidak di sini semuanya aman tentram dan juga damai. Terlihat ia sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

Tidak beberapa lama, perempuan itu berdiri dan ingin menyebrang jalan. Dilihat jalan memang sedang ramai sekali jadi harus butuh perhatian ekstra untuk menyebrang jalan.

"Gue bisa kok nyebrang sendiri," kata perempuan itu tengah berbicara dengan seseorang, melalui sambungan telepon. Ia membawa kopernya pergi sambil melihat situasi di depannya.

"Kak Jevan pelan-pelan! Key kedinginan," Sudah beberapa kali Key harus menegur kakaknya untuk memelankan laju motornya.

"Iya-iya bawel banget sihh!" Karena keasyikan ngobrol berdua hingga Jevan lengah, karena di depannya seorang perempuan tengah berjalan, ingin menyebrang jalanan.

"Kak awas!" Key histeris saat motor Jevan sudah dekat dengan perempuan tersebut. Jevan langsung balik badan mencoba menghentikan motornya namun sial, rem nya blong hingga tidak terelakkan lagi.

Suara gesekan motor terdengar begitu nyaring di telinga. Jevan berhasil menabrak sempurna perempuan tersebut hingga terpental beberapa meter dari kejadian perkara.

Key bangkit tak menghiraukan suasana yang mulai ramai mendatangi mereka. Ia berlari ke arah perempuan yang Jevan tabrak.

"Astaghfirullahalazim, kak Jevan tolongin kak!" pekik Keynara histeris saat melihat darah begitu banyak keluar dari wajah perempuan tadi.

Jevan menghampiri Key dengan sigap membawa perempuan tadi ke salah satu mobil agar cepat membawanya ke rumah sakit.

"Kak, ayo cepat bawa mobilnya," Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, Key tak kuasa menahan tangis yang jatuh dari pelupuk matanya. Bagaimana mungkin mereka lari dari tanggungjawab ini. Telah menabrak seseorang.

Begitupun dengan Jevan yang tengah mengendarai mobil membawanya ke rumah sakit. Tidak henti-henti nya Key menangis sambil menghapus air matanya.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di depan sebuah rumah sakit yang terdekat dari lokasi mereka. Mobil yang Jevan kendarai berhenti di depan rumah sakit. Beberapa perawat datang sambil membawa brankar.

"Suster tolong!" Jevan menggendong perempuan yang ia tabrak tadi ke keluar. Sedangkan Key mengikuti dari belakang. Suster dan dokter lalu masuk ke dalam untuk memeriksa kemungkinan yang terjadi.

****

Ryder menghentikan laju motornya di pinggir jalan. Terlihat tangannya sedang mengambil ponsel dari dalam saku celananya.

"Kak Una kemana sih?" sesekali Ryder menoleh kebelakang untuk melihat kedatangan kakaknya.

"Ckck, gini nih kalo ngeyel di suruh naik taksi malah milih di jemput."

Ryder berceloteh sendiri. Sudah beberapa kali panggilan telpon untuk kakaknya. Dan juga spam chat yang hanya centang satu.

"Mana sin kak Una?" Dari wajahnya memperlihatkan kalau Ryder memang menahan amarah. Entah siapa yang akan menjadi samsak nya nanti.

****

"Gimana Rey, apa kakakmu udah tiba di Indonesia?" Vincent tengah duduk sambil bersantai.

Ryder menggeleng lesu karena sudah lama menunggu kakaknya yang juga belum pulang. "Nggak yahh, gatau kak Una kemana? Di chat nggak dibales di telpon nggak di angkat!" keluh Ryder. Menghamburkan tubuhnya di sofa.

Vincent mengerti maksud anaknya itu. Tak lama dari itu, ia mengambil ponselnya dan melihat sesuatu. "Kakakmu ada di rumah sakit sekarang," Tapi kok bisa Vincent tau tentang itu.

"Apa? Kak Una ada di rumah sakit! Tapi ngapain?" Jelas Ryder bertanya-tanya. Karena semenjak kakaknya lahir belum pernah Ryder melihat kakaknya masuk rumah sakit. Berarti parah nih penyakitnya.

"Kamu langsung ke sana, lihat kakakmu!" perintah dari Vincent, Ryder setuju dengan perkataan ayahnya. Ia mengambil jaket hitamnya lalu pergi.

****

Tak henti pikiran Ryder terus tertuju pada kakak kesayangannya itu. Bagaimana bisa kakaknya ada di rumah sakit. Ryder masih positif thinking.

Setelah menempuh beberapa waktu yang lama, Ryder sudah sampai di depan rumah sakit. Setelah memarkirkan motornya di parkiran. Ia berlari masuk ke dalam.

Ryder menunju ke resepsionis terlebih dahulu. "Maaf suster mau bertanya, pasien atas nama Arunna Velora Zoella ada di mana yah sus?" Resepsionis kemudian mengecek nama daftar pasien di rumah sakit.

"Oh, kamarnya ada di lantai 2 nomor 12 yah. " Setelah menemukan jawabannya, Ryder dengan tergesa-gesa berlari tanpa menggunakan lift yang menurutnya lambat.  Dan lebih memilih menaiki tangga darurat saja.

"Kamar 12!" Ryder tersenyum kecut saat berhasil menemukan kamar tempat kakanya di rawat. "Alhamdulillah, semoga itu benar-benar kakak!" dengan mengucapkan bismillah Ryder memegang knop pintu lalu membukanya pelan-pelan.

"Ini aku Orion!" terdengar sahut suara dari dalam. Mengetahui itu benar-benar kakaknya. Ryder langsung memeluk kakanya yang masih sakit.

Bahkan Keynara tidak ia lihat padahal ada di samping Kak Una. Ryder benar-benar yah. "Kakak, Ryder kangen banget sama kakak," ucapnya saat masih berpelukan.

"Kakak juga kangen sama adek manisku ini," Kak Una sengaja memegang pipi Ryder yang menurutnya terkesan lucu + imuttt menggemoy.

Key dan kakaknya, Jevan hanya melihat mereka berdua tak berkata apa-apa lagi. Ada rasa haru, sedih dan juga kecewa hari ini. Namun semuanya menjadi satu Kesatuan.

Setelah berpelukan cukup lama sekitar 30 menit namun itu tidak terasa sama sekali karena rasa sayang Ryder pada kakaknya yang sudah lama tidak terlihat.

"Kak siapa yang buat muka kakak kek gini? Siapa kak!" Ryder menatap ngeri saat melihat perban di kepalanya cukup banyak apalagi merah-merah.

"Yang nabrak kakak, sebenarnya..."

Ahmad fitrah | 13 September 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ahmad fitrah | 13 September 2024

Cuma mau ngasih tau jangan lupa vote dan juga komen yang gess yah.

See you gaes di bab selanjutnya.

S.M.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang