39

169 21 0
                                    

~•°•°•~
H

appy reading

....

Ara berjalan di antara keramaian pasar malam,
tapi semua gemerlap lampu, suara riuh tawa dan aroma makanan kaki lima yang biasanya membangkitkan semangatnya malah terasa hampa malam ini.

Ia sendirian, ditangannya ada sebotol minuman dingin yang isinya tinggal separuh

tangannya yang satunya lagi sibuk mengantongi hp,
seperti takut hp itu tiba tiba bergetar karena pesan dari sahabatnya—meskipun dirinya tau, tak ada pesan yang masuk disana.

Ara menatap jauh ke wahana bianglala yang berputar lambat,
melihat dirinya yang duduk bersama seseorang disana

membayangkan kembali kenangan yang sudah lama antara dirinya dan juga Chika

sialnya khayalan itu membuat dadanya kian sesak.

Setelah pertengkarannya dengan Olla,
ia memilih bolos dn tak mengikuti KBM,
menghabiskan waktunya di luar hingga malam hari, tanpa berniat mengganti seragam sekolahnya
namun itu tak kentara karena dirinya memakai hodie.

Ara memilih melangkah sendirian karena memang sejak awal dirinya sendiri disana,
mencari tempat yang cukup sepi

di salah satu sudut pasar malam,
ada bangku panjang dekat permainan lempar cincin

dirinya mendudukan diri di sana, memperhatikan anak anak kecil tertawa kegirangan saat berhasil memenangkan permainan

sementara itu, di dalam kepalanya, ada banyak suara yang terucap begitu saja tanpa bisa di redam

"kenapa semua jadi gini"

"gue ngga bermaksud buat hancurin persahabatan kita" dirinya menggumam pelan, memandang hp–nya lagi, berharap ada pesan masuk dari sahabatnya,
namun lagi lagi itu hanya menjadi angan angannya saja

"semuanya berantakan, sial"

ia menghembuskan napasnya kasar, memijit alisnya dengan punggung yang tersandar,
memperhatikan sepasang kekasih lewat di depannya "ah sial" dirinya menutup matanya dengan kedua telapak tangan.

Hembusan angin malam membawa aroma gula kapas, tapi entah kenapa malah membuat hatinya berat

ia menggenggam botol minumannya kuat kuat, seolah itu bisa membantu meredakan keresahan yang menumpuk

"gimana sih, Chik? apa Lo pernah mikirin gue kayak gue mikirin Lo?"

"..."

Ara tersenyum pahit, menertawakan pertanyaan bodohnya yang tentu saja jawaban dari pertanyaan itu tidak akan pernah ia temukan jawabannya.

Sekarang ia hanya bisa duduk di bangku pasar malam ini, termenung diantara hiruk pikuk yang kian asing.

*****

Sesampai dirinya dirumah,
suasana sepi menyambut kepulangannya

ia membuka pintu dn melempar tasnya ke sudut ruangan

ruang tamu terasa dingin dn kosong seperti hatinya saat ini.

Dirinya jatuh di sofa, tatapannya kosong menatap langit langit yang gelap di atas sana

kesunyian itu seolah menyikut membuatnya terasa asing

rasa kecewa terhadap dirinya sendiri menyelimuti pikiran dn hatinya,
seharusnya dia bisa mengontrol dn mengendalikan ucapannya dn seharusnya juga ia sudah benar benar move on.

I'm expecting youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang