"Kau akan membunuhku sekarang demi dia ? " kata naina dingin. Satu tangannya menahan tangan aska yang kian mencekiknya lebih dalam.
"Kau tak memperdulikan aturanku sialan ! " Sentak aska kuat—wajahnya memerah menandakan emosi yang sudah menyesakkan dadanya.
Dia sudah memberitau wanita ini, jangan pernah bahas mereka atau memberitau semua tentang rahasianya. Bertahun- tahun dirinya tutupi dan apa yang wanita tidak tau diri ini lakukan, sungguh dia—akan membunuh wanita ini sekarang juga.
Aska memajukan tubuhnya selangkah. "Kau pikir kau siapa, berbicara padanya seakan-akan kaulah tuan dirumah ini. Atau bahkan kau tak pernah berkaca, kau siapa dan dia siapa. Apa kau tidak memikirkan akibat dari perbuatanmu brengsek ! "
Pandangan naina buram, meski begitu dia masih dengan jelas melihat wajah aska yang makin memerah. Dia tau ini kesalahannya meski aska sudah melarangnya berkali- kali.
"Lalu aku harus apa, perasaanku padamu membuatku melakukan sebaliknya. " ucapnya menatap aska sendu, "aku bahkan tidak pernah menyesal akan semua itu, jika mungkin aku akan hancur. Bukankah keadilan akan membuatnya hancur juga ? "
"Kaulah—satu satunya disini yang akan hancur sialan ! " ucapnya dengan mencengkam wanita itu semakin kuat, "berani sekali manusia sepertimu sampai berfikir akan menghancurkan hidup gadisku—hanya aku yang berhak menyakitinya, bukan sampah sepertimu. "
"Uhuk.., aska hentikan, aku tak bisa bernafas. " ucap naina sambil memukul lengan pria itu—yang bahkan tak berpengaruh sama sekali pada tenaga aska. "Kau yang memintaku melakukan ini naina. "
Aska terkekeh sinis melihat wanita itu. "Bodoh, inilah akibat tindakan ceroboh yang kau lakukan, jika saja aku tidak memikirkan bayi itu—sudah lama kau kulempar dari tempat ini. "
Aska melepaskan cengkaramannya, membuat wanita itu jatuh lemas dilantai. Sebelumnya pria itu tak pernah melakukan ini, kedatangan allesia benar-benar membuatnya sial. Dirinya pikir dengan mempengaruhi gadis itu maka dia akan mendapatkan aska sedangkan gadis itu membenci kakaknya. Tapi lihatlah apa yang dia dapatkan, bahkan dirinya hampir mati saat ini.
Namun, dilihat dari reaksinya sepertinya allesia cukup terpengaruh—setidaknya dia berhasil membuat kelinci kecil itu membenci kakaknya sendiri.
Aska menarik lagi gadis itu untuk berdiri, kedua tangannya mencengkam lengan naina, "Kau masih ingin kehidupan layak untuk putramu, aku benar ? ". Dilihatnya naina yang diam membisu, menatapnya datar. "Kalau begitu tutup mulutmu rapat-rapat. ".
"Dari sini kau bisa mengubahku menjadi seorang monster. " kata sambil menyentuh bibir wanita itu—pandangannya menatap naina dingin.
"Bagimana jika aku tidak mau—, " kata naina pelan, "aku bukan allesia yang akan dengan mudah menurutimu. Bukankah kau bahkan lebih tau, aku wanita seperti apa. Apa yang aku inginkan—harus kudapatkan."
Aska terkekeh, menurutnya naina lucu sekali. Apakah wanita ini tidak berfikir bahwa dia bisa melempar keluar wanita ini sekarang juga.
"Begitu juga denganku. Bahkan jika dia sedarah denganku, sungguh aku tak akan pernah perduli. Begitu juga denganmu, bahkan jika aku begitu mengasianimu, aku sanggup membuatmu menderita sampai kau memohon kematian padaku. ".
Naina terkekeh sinis, hari ini satu ancaman lagi.
Wanita itu melihat aska dingin. "Aku sudah katakan semuanya—lalu apa dia akan percaya lagi padamu ?"
Pria itu tertawa. "Kau pikir dia akan percaya, sebelum kau mengatakan semua ini. Aku sudah katakan padanya siapa kau sebenarnya. Menurutmu semua yang kau lakukan akan berhasil—sifat bodohmu sedari dulu tidak pernah berubah. "
"Mungkin tuhan harus merubahmu menjadi suci agar kau pantas bersaing dengannya. "
Naina tersinggung. Sungguh kenyataan ini menohok hatinya. Meski dirinya juga tau ia bukan wanita baik-baik, tapi perasaannya pada aska adalah tulus. Tidakkah pria itu melihatnya sekali saja.
"Apa yang kau pikirkan, menyusun rencana-rencana sialan yang akan membuat gadisku kabur—lakukan saja, akan meleyapkan kau dari muka bumi ini sialan. "
"Jika itu bisa membuat kita sama-sama hancur, mengapa tidak. " kata wanita itu, "untuk apa aku memikirkan orang yang bahkan tak segan untuk melenyapkanku. Atau bahkan aku yang harus meleyapkannya terlebih dahulu ? "
Aska menjambak rambutnya kuat. Sungguh tak ada gunanya bersikap baik pada wanita ini—yang bahkan telah berfikir akan membunuh wanita yang dicintainya. Sebelum itu, ia harus memberi pelajaran pada wanita ini.
"Berani sekali kau—memikirkan akan membunuhnya, haruskah aku mengingatkanmu. Sikap baikku selama ini membuatmu merasa tinggi huh ? "
Aska menyeret naina, tangannya dengan setia menarik rambut wanita itu kuat. Ketika sudah mendapati pintu kamar mandi, dia lempar gadis itu dengan kuat menghantam lantai. Dapat dilihatnya pelipis naina yang mengucurkan darah.
"Itulah tempatmu seharusnya, " kata aska dingin.
"Bodoh, kau melakukan ini hanya untuk membela gadis itu. Sungguh kau bodoh aska, tunggu sampai wanita juga juga membuatmu hancur. " geram naina—aska sungguh sudah sangat keterlaluan kali ini.
"Cinta sudah membuatku hancur, kupastikan allesia juga akan membuatmu hancur brengsek !".
Pria itu berjongkok, memposisikan dirinya sama dengan naina, "Kau—dengan mulut kotormu menyumpahiku dalam keadaan seperti ini, kau masih sanggup ternyata. Hebat sekali."
Naina tersenyum sinis.
Aska berdiri meninggalkannya. Naina menyengit heran, tiba-tiba sekali aska pergi. Tangannya menyentuh pelipisnya, cukup banyak darah yang mengalir. Tubuhnya ingin berdiri tapi terhenti ketika mendapati aska yang masuk kembali membawa makanan, dirinya memang belum makan sedari pagi.
Naina tersentak ketika makanan itu dilempar kehadapannya. Berserakan kemana-mana, alisnya menyengit heran, "Kau kenapa—, " ucapannya terputus ketika aska menjambaknya sekali lagi, menuntutnya untuk makan makanan itu.
Naina berontak, seluruh tenaganya ia kerahkan untuk melawan pria itu, namun sia-sia. Ia tau aska tidak akan berhenti sebelum keinginannya dituruti.
"Aska, sial. Hentikan, Sudah gila kau! ".
Aska membanting kepala itu dilantai, tepat pada dimana makanan itu berserakan. "Itukan yang kau mau naina, tidak perduli bagaimana aku memperlakukanmu bagai manusia. Kau lebih suka kuperlakukan sebagai seekor anjing. Maka makanlah makanan itu selayaknya seekor binatang. "
"Kau keterlaluan, hiks.., hanya karna seorang wanita kau memperlakukan wanita lain seperti ini. Menurutmu gadis mana yang akan tahan dengan monster sepertimu, tidak ada brengsek. "
Aska menyeringai. "Kau menangis bagai seorang korban padahal kaulah pelaku yang merubahku sampai semarah ini. " ucapnya melihat naina sekali lagi. "Kau lapar kan, habiskan makanan itu sekarang. "
Naina mendongkak marah, kuku-kuku jarinya meremat satu sama lain—mungkin akan terluka tanpa ia sadari.
"Lain kali. kalau mau bertindak, berfikirlah dengan otak warasmu. Jangan sampai dengan satu tindakan bodohmu, aku harus mengotori kedua tanganku. Kau dengar. " sorot matanya menatap wanita itu dingin, "Atau jangan sampai kau mendapatkan yang lebih dari ini, Naina. "
🌰🌰
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Lia
Jugendliteratur"Kehidupan seperti apa yang kau bayangkan allesia? " - Zaleon Aska Raymond -