"Kak Jas, cepat" seorang remaja laki-laki yang berusia enam belas tahun menoleh sambil melempar wajar melasnya pada sosok remaja wanita yang terlihat berjalan repot menenteng sebuah tas.
"Duluan aja sih" sepasang alis wanita delapan belas tahun itu mengkerut sambil memajukan bibirnya karena kesal mendengar panggilan adiknya Hadwan yang berulang-ulang sedangkan dirinya sedang kerepotan berjalan membawa tas bawaannya.
"Kalau jalan lihat-lihat dong" Jasmine Alleya seketika kaget mendengar suara berat membentaknya. Badannya yang mungil berusaha bangkit dari lantai dan medongakan kepala untuk memandang siapa pemilik suara berat yang berani membentaknya. Nahasnya lantai yang seakan tidak bersahabat malah membuat badan mungil Jasmine Alleya terpeleset untuk kedua kalinya.
"Aduh" Jasmine Alleya remaja delapan belas tahun bertubuh mungil mengeluh sambil meringis kesakitan.
"Kak Jas enggak apa-apa" sebuah suara rendah mengalihkan perhatian Jasmine Alleya, Qabil Uwais Algaffar sahabat Gus Hadwan Zaid Hayyan sudah berdiri didepan Jasmine Alleya, matanya teduh sambil memandang Jasmine dengan khawatir.
"Oh iya enggak apa-apa kok Bil" sambil melempar senyum manis kepada Qabil Jasmine dengan sigap bangkit dari jatuhnya sambil merapikan rok yang dia kenakan.
"Kamu tuh kalau jalan lihat-lihat" Jasmine mendongakan kepalanya sambil memandang tajam lelaki yang tadi membentaknya. "Bisa-bisanya nabrak orang" tambah Jasmine semakin sinis kepada lelaki yang bertubuh tinggi itu.
"Huh" Jasmine berlalu tanpa menunggu jawaban lelaki bertubuh besar itu, tidak lupa Jasmine melemparkan pandangan sinisnya dengan mata sipit kecil yang berusaha dia bulatkan agar terlihat seram.
"Dasar kecil, dikira aku takut dengan ekspresinya itu, dia malah terlihat lucu seperti itu" bisik lelaki itu dengan sepasang ujung bibir yang terangkat, sekali lagi dia menoleh memandang wanita kecil yang tadi dia tabrak, wanita itu terlihat berjalan cepat dengan langkah kecil yang terburu-buru, sebuah kekehan kecil keluar dari mulutnya sebelum pria itu kembali berjalan mantap sambil merapikan kunciran rambutnya yang sudah berantakan.
"Kak Jas kenapa lambat sekali sih, ini yang mau ke Jepang siapa coba Kak Jas apa Awan" Gus Hadwan mengomel seperti biasa saat melihat kakak perempuannya baru datang dengan langkah terburu-buru dibelakang Qabil.
"Ih, kamu ya Kakaknya udah mau pergi juga masih aja diomelin dasar adik durhaka, harusnya Kak Jas itu kamu baik-baikin entar kangen loh" balas Jasmine sambil sedikit mencuil lengan Adiknya yang sedang cemberut.
"Santai aja kali, ini aja si Layla belum kelihatan kok" Jasmine kembali membela diri sambil duduk tepat di tengah-tengah Umi Zayna dan Abi Agam.
"Lah Kak Jas sama si Kak Layla mah gitu sama aja, sama-sama lambat" balas Gus Hadwan yang tidak mau kalah dengan Kakaknya. Jasmine yang malas meladeni Adiknya malah memasang earphone sambil memejamkan mata.
"Huh dasar" Gus Hadwan geram melihat tingkah Kakaknya, sedangkah Umi Zayna dan Abi Agam hanya tersenyum tipis melihat tingkah kedua anaknya.
Jelang beberapa menit seorang wanita delapan belas tahun terlihat berjalan menghampiri mereka, dia adalah Layla anak yatim piatu sejak kecil yang sudah menjadi sahabat Ning Jasmine Alleya.
"Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh, Umi, Abi" dengan sopan Layla menyalami orangtua Jasmine. "Eh ada sih Awan sama sahabatnya juga ya mau ngantar" ucap Layla sambil melirik Gus Hadwan dan Qabil bergantian.
"Apaan sih Kak, orang Qabil sahabat aku entar dia langsung ke Pondok sama aku makanya diajak kesini sekalian bukan mau ngantar kalian" jawab Gus Hadwan dengan sinis, Hadwan yang sejak kecil sudah sering bertemu dengan Layla memang sudah menjadi langganan adu mulut setiap bertemu Layla.
"Udah-udah, hayuk Jasmine sama Layla masuk sana kalian belum check in kan" Umi Zayna melerai sambil berdiri dari duduknya.
"Abi, Umi, Kak Jas pergi ya" pamit Jasmine dengan mata berkaca-kaca. "Iya Sayang, Kak Jas disana baik-baik ya kalau ada apa-apa nelpon, pokoknya kalau bisa apapun yang terjadi Kak Jas harus selalu nelpon Umi Abi sama Adikmu si Awan" pesan Umi Zayna yang sudah bergelimangan air mata.
"Kak Jas yakin mau ke Jepang?, enggak jadi juga enggak apa-apa kok sayang, Abi bakalan carikan universitas terbaik disini, Abi enggak masalah mau ngeluarin biaya sebanyak apapun asal Kak Jas nyaman dan bisa deket sama Abi terus" ucap Abi Agam yang menangis sesugukan sambil memeluk erat Jasmine seakan tidak ingin melepaskan putri kesayangannya itu untuk pergi jauh.
"Kak Jas yakin Abi, Abi tenang aja Kak Jas bakal baik-baik aja kok disana, biarpun Kak Jas jauh di Negeri orang Kak Jas janji Kak Jas enggak bakal bikin Abi merasa kehilangan Kak Jas kok" Jasmine melepas pelukan Abinya dengan pelan sambil melemparkan sebuah senyum untuk menyakinkan Abinya.
Setelah berpamitan dengan Umi dan Abi dengan malu-malu Gus Hadwan menghampiri Jasmine sambil berusaha menahan air matanya, "Awan sih kalau mau nangis ya nangis aja ngapain ditahan-tahan" goda Jasmine pada Adiknya yang sama-sama menunjukkan wajah sedih akan berpisah satu sama lain.
"Kak Jas enggak usah pergi aja ya, Awan enggak bakalan ngomel-ngomel enggak jelas lagi kok janji" ucap Gus Hadwan yang dibarengi dengan tangis yang pecah karena tidak bisa menahannya lagi, dengan sigap Jasmine hanya memeluk Adiknya itu tanpa menjawab sepata katapun.
Layla dan Qabil yang menyaksikan perpisahan keluarga cemara itu ikut menangis sedih, mereka berdua yang selama ini mengetahui bagaimana keluarga Abi Agam merasa ikut sedih karena harus berpisah dengan putrinya.
"Umi, Abi, Awan, Qabil, Layla sama Jasmine pamit ya" kini gantian Layla yang pamit kepada keluarga Jasmine dan Qabil. "Nak Layla hati-hati disana ya kalau ada apa-apa telpon Umi aja ya, kalau lagi berantem sama Jasmine jangan lama-lama kalian cuma berdua loh di Negara orang" pesan Umi pada Layla sambil memberikan pelukan layaknya seorang Ibu.
"Hati-hati ya Nak Layla ini ada sedikit uang jajan dari Abi" Abi Agam menyodorkan sebuah amplop pada Layla, "Eh enggak usah Abi, Layla udah dapat bekal kok dari panti, Layla enggak mau ngerepotin Abi juga" tolak Layla sopan pada Abi Agam. "Enggak apa-apa Layla, ambil ya buat pegangan disana, ini enggak boleh ditolak" kekeh Abi Agam yang tidak bisa ditolak lagi oleh Layla.
"Wan Kak Layla sama Kak Has pergi ya, kamu baik-baik disini entar kalau tamat susul kami hehe" canda Layla pada Gus Hadwan yang sudah dia ketahui bahwa Adik sahabatnya itu bercita-cita melanjutkan pendidikan di Qairo bersama Qabil bukan Negeri Sakura seperti dia dan sahabatnya.
"Enak aja nyusul kalian, Awan mah enggak mau kesana, Gus Hadwan Zaid Hayyan mau mengikuti jejak Gus Agam Syarif Husein" ucap Gus Hadwan yang berhasil memecahkan tawa dalam kesedihan.
Dengan berat hati dua remaja wanita delapan belas tahun itu akhirnya benar-benar terbang meninggalkan Indonesia menuju Negeri Sakura Jepang untuk menuntuk ilmu. Meski sangat berbeda dengan latar belakang seorang Ning dan sahabatnya seorang santri namun dua remaja wanita ini tetap nekat ke Negeri Sakura untuk melanjutkan pendidikannya.
Sedangkan yang ditinggalkan dengan mantap ingin menetapkan hatinya pada Ning Jasmine Alleya, meski ada perpisahan namun dirinya telah berjanji pada diri sendiri akan ada pertemuan kelak untuk menuju kebaikan.
"Kemana pun aku pergi
Cinta akan kembali pada Tuannya"
-Ning Jasmine Alleya-
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...