Setelah melakukan perjalanan di dalam Pesawat selama kurang lebih tujuh jam, akhirnya pesawat yang mengantar Jasmine dan Layla tiba di Bandara Haneda Tokyo dengan selamat, Jasmine dan Layla yang sama-sama sudah mengidamkan Negeri Sakura itu dengan antusias terus memandangi suasana Negara yang akhirnya bisa mereka datangi secara langsung setelah sekian lama mereka idamkan.
Dengan senyum merekah manis Jasmine memandangi suasana Jepang dari jendela pesawat sambil menunggu aba-aba dari pramugari, sama halnya dengan Jasmine Layla juga memamerkan deretan giginya yang berbingkai senyum, Layla terus berusaha melihat keluar jendela juga meski harus sedikit merebahkan tubuhnya pada Jasmine yang duduk tepat di samping jendela pesawat.
Dua remaja delapan belas tahun itu terlihat berbinar-binar tiba di Negara impiannya, matanya menjelajah melihat sekitar saat terdengar aba-aba dari pramugrai agar mereka bersiap-siap untuk turun dari pesawat. Tangan Jasmine dan Layla saling berpegangan menunggu waktunya mereka untuk berdiri dari tempat duduk dan ikut berjalan dibelakang penumpang lain keluar dari pesawat. Senyum dari bibir mereka berdua pun tidak pernah sekalipun pudar, terus memamerkan senyum manisnya, senyum dua remaja muslim yang dapat memberikan ketenangan bagi siapapun.
Jasmine dan Layla tiba di Negeri Sakura, sesuai dengan bayangan mereka berdua Negeri itu terlihat rapi dan indah, Jasmine dan Layla saling bergandeng tangan berjalan menyusuri Bandara hendak mencari kendaraan yang sebelumnya sudah mereka pesan untuk mengantar mereka menuju asrama kampus Waseda University. Jasmine dan Layla yang memiliki ketertarikan yang sama dalam dunia desain memilih salah satu kampus di Negeri Sakura untuk melanjutkan studinya.
Seperti disambut oleh Negeri Sakura sepanjang jalan menuju tujuan mereka bisa menikmati suasana Jepang yang indah, Negara itu tertata rapi, jalannya tidak seberisik jalan yang biasa mereka lalui selama ini. Tidak ada suara klakson yang terlalu berisik sepanjang jalan.
"Akhirnya kita sampai juga di Negeri impian kita" ucap Layla tanpa mengalihkan pandangannya dari luar kaca mobil, mata coklatnya berbinar menikmati pemandangan yang selama ini hanya bisa dia lihat dari layar gawai, siapa sangka dirinya yang hanya seorang yatim piatu tinggal di panti asuhan sejak kecil kini bisa menelusuri jalanan Negeri orang.
Ternyata pertemuan Layla dengan Jasmine 12 tahun adalah berkah baginya, berawal dengan pendidikan di Pondok yang diberikan secara gratis oleh orangtua Jasmine hingga mengurus beasiswa keluar Negeri.
Kembali Layla menoleh pada sahabatnya sambil tersenyum manis, "Makasih ya Jas" ucap Layla lembut sambil memegang tangan Jasmine yang mulai dingin karena suhu yang berbeda dari Negara asalnya.
"Layla dalam sehari, ini adalah ucapan terima kasihmu yang ke dua puluh tiga kali" ucap Jasmine sambil membalas genggaman tangan Layla yang tidak kalah dingin dengan tangan Jasmine.
"Sekarang kita fokus saja dalam menempuh pendidikan, saling menjaga di Negara orang, dan saling mengingatkan dalam kebaikan" Jasmine memandang Layla dengan tatapan hangat bagaikan dua saudara sedarah.
"Jangan lupa juga belajar Bahasa Jepang, kamu paling males kalau udah lihat kamus Bahasa Jepang, aku enggak mau ya nemenin kamu kemana-mana" Layla membalas sambil sedikit terkekeh. "Dih orang Bahasa Inggrisku juga lancar kok, ya aman-aman aja dong" balas Jasmine tidak mau kalah dengan sahabatnya.
"Eh Jas dimana-mana kita di Negara Jepang ya pastinya lebih mudah pakai Bahasa Jepang lah" Layla membalas lagi tidak mau kalah. "Apaan sih jelas-jelas kita kuliah di Kampus Internasional ya jelas Bahasa Inggris lebih diterima dong" Jasmine kembali membalas tidak mau kalah dengan Layla yang memang Bahasa Jepangnya jauh lebih lancar daripada Jasmine namun kesulitan dalam Bahasa Inggris berbanding terbalik dengan Jasmine.
Seiring berjalan waktu sambil beradu argument dan menikmati jalanan Negara Sakura akhirnya mobil biru yang mereka tumpangi sedikit memperlambat lajunya hingga benar-benar berhenti tepat di depan gerbang sebuah bangunan yang mereka tuju, bangunan itu adalah asrama dari kampus Waseda University.
"How much is the bill?" (berapa biayanya?) tanya Jasmine kepada supir yang telah mengantar mereka. "3.400 yen" (3.400 yen) jawab supir itu singkat yang dibalas dengan uluran uang 3.400 yen dari Jasmine, "Thank you" (terima kasih) ucap Jasmine sambil tersenyum manis kepada supir yang hanya dijawab dengan anggukan kepala.
"Buset dah mahal amat 366 ribu enggak tuh" celetuk Layla dengan sedikit memajukan bibirnya. "Ya sudah sih namanya juga tinggal di Negara orang, ya kali kita minta tawar, yang penting udah sampai dengan selamat, setelah ini aku yakin kita pasti bisa belajar banyak dengan teman-teman kita kelak gimana caranya hidup di Negara ini" balas Jasmine yang tidak terlalu peduli dengan uang yang baru saja dia keluarkan, "Anak orang kaya emang beda ya" Layla berbisik pelan pada dirinya sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dua remaja delapan belas itu kembali menarik masing-masing kopernya berjalan menelusuri jalanan yang dipenuhi dengan daun-daun gugur, tidak jarang pula mereka akan menyaksikan daun-daun berterbangan. Mereka tiba di Negara itu pada musim yang tepat yaitu musim gugur dimana suhu sangat bersahabat dimana tidak terlalu terik dan tidak terlalu dingin meski tetap terasa dingin bagi dua orang Indonesia yang terbiasa dengan panasnya Ibu Kota, daun-daun berguguran seakan menyambut mereka, angin sepoi-sepoi mengusap manja kulit mereka.
Setelah memasuki pagar Jasmine dan Layla menghentikan langkahnya, terlihat bangunan yang kelak akan mereka tepati, bangku-bangku berisi beberapa orang yang terlihat seumuran dengan mereka tengah berbincang-bincang, membaca buku, asik dengan laptopnya, tentu mereka semua sama seperti Jasmine dan Layla mereka adalah Mahasiswa asing dari berbagai Negara dan bersatu di asrama kampus Waseda University untuk menuntut ilmu.
"Wow kayaknya aku emang harus belajar Bahasa Inggris dengan ekstra ini" mulut Layla membulat melihat orang-orang yang kelak ada di sekitarnya itu mayoritas dari Negara Asing yang pastinya mereka akan menggunakan Bahasa Inggris untuk komunikasi. "Lah makanya aku bilang juga apa, Bahasa Inggris lebih penting kan" balas Jasmine dengan sombong.
"Eh jangan salah, nanti di Kampus pasti lebih banyak mahasiswa Jepang, susah dah kamu Jas mau pendekatan sama mereka, aku bisa belanja dengan mudah kemana-mana, karena Bahasa Jepangku lancar" Layla tidak mau kalah dengan Jasmine. "Heleh tadi aja enggak mau ngomong sama tuh supir" Jasmine membalas dengan santai karena sudah tahu persis bahwa sahabatnya itu memang tidak terlalu pandai berkomunikasi dengan orang lain kecuali dengan Jasmine lah dia bisa mengeluarkan semua yang ada dalam pikirannya, namun jika sudah dengan orang lain dia akan selalu mendorong Jasmine sebagai juru bicara.
"Itu lah gunanya sahabat" balas Layla sambil menggandeng tangan Jasmine dengan manja seperti seorang adik, "Dih apaan sih berat tahu" Jasmine berusaha melepaskan tangannya dari gandengan Layla. "Yaudah sih tinggal jalan aja, ayok kita lihat kamar kita" Layla berjalan sambil sedikit menarik Jasmine yang berjalan malas karena gandengan sahabatnya itu membuat tangannya terasa berat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...