_Langit Rayaksa_
Remaja laki-laki dengan kehidupan sederhana dan monoton yang di pertemukan dengan seorang gadis cantik si pemilik mata boba.
Dari awal pertemuan, Langit sudah mulai tertarik dengan paras gadis berparas cantik itu. Ia mencari berbag...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini hujan deras mengguyur kota Jakarta. Tanah yang semula kering kini berubah menjadi basah. Di dalam kamar berukuran 6x7 meter dengan nuansa yang dominan oleh warna biru muda itu terdapat seorang cewek yang terlihat sedang berkutat dengan sebuah kanvas putih berukuran sedang. Ia mencampur warna demi warna di atas palet kaca sampai menghasilkan warna yang bagus. Aluna melukis sesuatu, Tangannya menggerakan kuas kecil di atas kanvas polos itu sambil bersenandung kecil.
Telinganya tersumpal earphone mendengarkan lagu dari Bruno Mars yang berjudul 'Die With A Smile, ' yang merupakan lagu favoritnya. Saking fokusnya sampai tidak mendengar suara ketukan dipintu kamarnya.
Tok tok tok!
Tak lama pintu itu dibuka oleh seorang wanita lumayan sudah berumur, beberapa rambutnya sudah berwana putih. Ia membawa nampan kecil berisi segelas minuman dan satu piring kecil kue kering. Wanita itu berjalan menghampiri Aluna.
"Ini non, bibi buatin susu sama kue kering kesukaan non Luna, " ucap wanita tua itu.
Aluna yang sadar akan kehadiran asisten rumah tangga, ia buru-buru melepas earphone yang menempel di telinganya.
"Oh, iya bi, " jawab Aluna singkat.
Wanita itu meletakkan segelas susu coklat yang masih hangat beserta kue kecil itu di atas meja belajar Aluna.
"Jangan lupa susunya diminum ya mumpung masih anget, " ujarnya pada anak majikannya.
"Oke Siap, bi! Makasih bibi cantik" jawab Aluna dengan hormat.
Bi Ima yang merupakan pembantu sekaligus pengasuh Aluna sejak masih bayi itu tersenyum melihat Aluna menggodanya.
"Si non bisa aja, bibi mah udah tua mana ada cantik, " ujarnya.
"Ih, bener loh bi, menurut Luna, bibi tuh masih cantik, " balas Aluna sambil nyengir memperlihatkan gigi putihnya.
Bi Ima hanya menggelengkan kepalanya dan bersiap untuk berjalan ke luar.
"Mama, papa, belum pulang ya bi? " tanya Aluna.
"Belum non. Nyonya sama tuan besok pulangnya, " jawab bi Ima.
"Oh, yaudah, makasih ya bi, " balas Aluna seadanya.
"Iya, non, kalo gitu bibi keluar dulu ya non, " pamit bi Ima yang langsung diberi anggukkan oleh Aluna.
Kemudian bi Ima pergi dari kamar itu. kini hanya menyisakan Aluna di kamar yang terasa dingin itu.
Cewek itu berjalan ke arah meja belajarnya. Ia menarik kursi lalu mendudukkan bokongnya di kursi itu. Tangannya meraih segelas susu coklat hangat itu kemudian meminumnya. Sangat cocok meminum-minuman hangat disaat hujan seperti ini. Kepalanya ia sandarkan di kursi. Matanya terpejam berniat menetralkan pikirannya yang sedang berkecamuk. Ia tergannggu saat sebuah suara dering ponsel terdengar nyaring di ruangan itu. Dengan malas Aluna melangkah menuju meja kecil tepat di bawah jendela tempat dimana lukisan yang sempat ia tunda.