Robber [Jenrina]

610 29 5
                                    

As Detective

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As Detective

As Detective

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

As criminal

Jendral duduk di meja kerjanya, menatap laporan kasus yang tergeletak di depannya. Namanya disebut berulang kali di dalamnya.

Rindu

Perempuan yang menjadi buruan utamanya selama beberapa bulan terakhir. Perempuan itu bukan penjahat biasa—Rindu cerdas, licik, dan selalu satu langkah lebih cepat dari semua detektif yang mencoba menangkapnya. Tapi kali ini, semuanya berbeda. Kali ini, detektif Jendral yang ditugaskan untuk menangkapnya.

Ia menghela napas panjang, pikirannya kembali berputar pada pertemuan pertama mereka. Tidak ada yang tahu wajah Rindu sebelum itu. Semua operasi pencurian bank yang ia lakukan selalu terencana dengan rapi, tanpa jejak, tanpa kamera yang merekam aksinya. Namun, suatu ketika, Jendral berhasil menemukannya—atau lebih tepatnya, dia yang menemukan Jendral.

Pertemuan itu terjadi saat penyelidikan di sebuah lokasi persembunyian yang dicurigai. Ketika Jendral masuk, Rindu sudah menunggunya di sana, tenang, seolah-olah ia tahu bahwa Jendral akan datang.

Mereka saling bertatapan, dan pada momen itu, Jendral langsung tahu bahwa ini adalah perempuan yang selama ini dia cari. Namun, ada sesuatu dalam tatapan Rindu yang membuatnya goyah—sesuatu yang ia tidak bisa mengerti.

"Selamat datang, Detektif," ucap Rindu saat itu, dengan senyum yang misterius dan penuh percaya diri.

Jendral tidak menjawab. Ia hanya menatap perempuan itu dengan penuh kewaspadaan. Tapi di balik sikap profesionalnya, ada rasa penasaran yang semakin membesar. Dan sejak pertemuan itu, Jendral tidak bisa berhenti memikirkan Rindu.

Waktu berlalu, dan Jendral semakin terobsesi dengan kasus ini. Rindu tidak hanya cerdas, tapi juga memikat. Setiap langkahnya terasa seperti permainan yang direncanakan dengan cermat. Ia mencuri uang dari bank, tapi bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Itu fakta yang Jendral ketahui belakangan. Rindu bukan sekadar pencuri biasa. Ia memiliki alasan di balik tindakannya, dan itu membuat Jendral semakin bingung.

Suatu malam, Jendral duduk di mobilnya, mengamati sebuah lokasi yang diperkirakan sebagai target berikutnya. Ia menunggu, matanya waspada, tapi pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan Rindu.

Di satu sisi, ia tahu bahwa tugasnya adalah menangkap penjahat ini, membawa keadilan bagi kota. Namun, di sisi lain, perasaan yang ia coba abaikan semakin sulit untuk dihindari.

Sebuah gerakan kecil di tepi pandangannya membuat Jendral segera waspada. Ia melihat sosok yang dikenalnya baik—Rindu.

Dengan cepat, ia keluar dari mobil dan mengejarnya. Rindu berlari di antara gang-gang sempit, tetapi Jendral tahu ia bukanlah seorang yang ingin benar-benar melarikan diri. Rindu meninggalkan jejak, seolah mengundangnya untuk mengikuti.

Dan benar saja, mereka bertemu di sebuah gang kecil, di bawah langit malam yang gelap. Jendral mengarahkan pistolnya kearah gadis itu. Rindu berbalik, menatap Jendral dengan senyuman kecil di bibirnya.

"Kamu cepat sekali menemukanku," katanya sambil menatap langsung ke matanya.

"Kita harus berhenti bertemu begini, Detektif. Orang-orang akan salah paham dan berpikir ada sesuatu di antara kita."

Jendral mendekat dengan langkah hati-hati, tapi rasa tegang di dadanya terasa semakin kuat. "Ini bukan permainan, Rindu. Kamu tahu aku di sini untuk menangkapmu."

Rindu tertawa pelan, tapi tidak ada rasa takut di matanya. "Benarkah? Aku merasa kamu di sini karena alasan lain."

Jendral terdiam. Ia tahu apa yang dimaksud Rindu. Ia bisa merasakannya juga. Ada ketertarikan di antara mereka yang tidak bisa ia jelaskan, ketertarikan yang bertentangan dengan semua logika dan prinsip yang selama ini ia pegang. Tapi ia tetap seorang detektif, dan Rindu tetap seorang pencuri.

"Kamu adalah penjahat. Aku harus menangkapmu," katanya, meski kata-kata itu terdengar lemah.

Rindu mengangkat alisnya, senyumnya tidak pernah surut. "Kalau begitu, kenapa kamu belum melakukannya?"

Jendral tidak menjawab. Keduanya berdiri dalam keheningan, hanya terpisah oleh beberapa langkah. Angin malam berhembus di antara mereka, seolah-olah menegaskan jarak yang tidak terlihat namun sangat nyata.

"Aku tahu ini sulit buatmu," kata Rindu lagi, kali ini suaranya lebih lembut. "Tapi kamu harus mengerti, aku mencuri bukan untuk diriku sendiri. Aku melakukan ini karena ada orang-orang di luar sana yang membutuhkan uang lebih daripada mereka yang menyimpannya di bank-bank besar itu."

Jendral mendengarnya, dan ia tahu bahwa sebagian dari dirinya bisa memahami itu. Tapi ia juga tahu bahwa hukum adalah hukum. Rindu telah melanggar hukum berkali-kali, dan sebagai detektif, tugasnya adalah menegakkannya.

"Aku tidak bisa membiarkanmu bebas begitu saja, Rindu," katanya, lebih kepada dirinya sendiri daripada Rindu.

Rindu menatapnya dengan tatapan yang penuh rasa iba. "Aku tahu. Tapi kamu juga tahu aku nggak akan berhenti."

Keduanya kembali terdiam. Jendral bisa merasakan beban di dadanya semakin berat. Di satu sisi, ia ingin mengakhiri semua ini, menangkap Rindu dan menyelesaikan tugasnya. Tapi di sisi lain, perasaan yang ia miliki untuk Rindu terus menghantuinya, membuatnya sulit untuk bertindak.

"Kalau kamu menangkap aku sekarang, semuanya akan selesai, kan?" Rindu bertanya, nada suaranya seperti tantangan.

Jendral mengangguk perlahan, meski ia tahu bahwa menangkap Rindu tidak akan pernah semudah itu. "Ya, mungkin."

Rindu berjalan mendekat, menghentikan langkahnya hanya beberapa inci dari Jendral. "Kamu bisa lakukan itu sekarang, atau..." ia berhenti, membiarkan kata-katanya menggantung di udara, "...kamu bisa biarkan aku pergi lagi. Kali ini, mungkin aku akan menghilang untuk selamanya."

Jendral menatap Rindu, merasakan konflik dalam dirinya semakin membesar. Ini bukan hanya soal hukum lagi, tapi tentang perasaannya, tentang apa yang benar dan salah di hatinya. Tapi dia tahu, apapun yang terjadi, satu hal yang tidak akan pernah berubah. Tidak seharusnya Jendral menyukai  perempuan yang ia tangkap.

Dengan berat hati, Jendral mengambil satu langkah mundur dan menurunkan pistolnya. "Pergilah."

Rindu menatapnya Jendral sejenak, ekspresi wajahnya berubah sedikit terkejut. Tapi kemudian, senyumnya kembali.

Ia mendekat kearah Jendral dan membawa pria itu pada sebuah ciuman. Jendral terkejut hanya sesaat, dan membalas ciuman Rindu dengan sama bergairahnya. Menahan pinggang dan tengkuk gadis itu, mengecapnya untuk menyalurkan semua perasaan yang telah ditahannya.

Rindu mencengkram pundak Jendral dengan kuat, tidak menyangka ciuman mereka akan sepanas itu. Keduanya terengah sebentar. Dan kembali berciuman setelahnya. Lebih panas. Lebih dalam.dan lebih lama.

Dan dengan itu, Rindu berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan malam, meninggalkan Jendral dengan hati yang berat dan penuh keraguan. Jendral tahu bahwa perasaannya untuk Rindu tidak akan pernah hilang, sama seperti ia tahu bahwa suatu saat, mereka akan bertemu lagi di tengah permainan yang sama.

***End(?)

Jenrina lagi jenrina lagi🤣😂

Darkest HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang