20| Ru, what really happened?

714 101 22
                                    

Begitu menemukan pojokan yang agak sepi, Ruka menghempaskan tubuh ke sofa. Perayaan pertunangan sang kakak dengan pasangannya digelar secara meriah hari ini.

Mereka yang kaya-kaya memiliki tradisi dan acara macam-macam yang membutuhkan banyak uang, terutama bagi para keturunan Damanik. Tapi karena mereka terlalu kaya, mengeluarkan uang sebanyak apapun takkan pernah membuat mereka miskin. 

Hampir semua yang datang merupakan para pengusaha kelas kakap yang terhormat. Seharusnya Ruka bergabung dengan orangtuanya yang sedang meladeni kenalan mereka. Sudah Ruka lakukan, tetapi dia hanya mampu bertahan tidak lebih dari 30 menit. Ruka pamit undur diri berdalih ingin mencari adiknya.

Namun setelah mencari keberadaan adik pandanya, Ruka tak sedikitpun melihat batang hidung Rora. Bagai ditelan bumi, di segala penjuru venue, Rora sama sekali tidak bisa ditemukan membuat Ruka merasa kesepian. Ruka sebenarnya tidak terlalu nyaman dengan pesta-pesta, tidak terbiasa saja.

Mengingat kembali apa yang akhir-akhir ini terjadi, membuat Ruka termenung sendiri. Bagaimana hubungannya dengan Ritha yang mulai terbangun, dan bagaimana pula berbagai rintangan yang membendung. Hubungan dua manusia yang berbeda gender ternyata begitu rumit bagi Ruka.

Jadi, aku harus apa setelah ini?

Permasalahan besar mungkin saja bisa terjadi, jika Ruka tidak segera bertindak. Ada satu hal yang mengganjal yang harus cepat Ruka singkirkan bahkan hancurkan. Tetapi, Ruka tidak tahu harus memulai seperti apa.

Membuang bosan, mata sipitnya mengedar mencari seseorang, namun tak menemukan. Daritadi dia belum melihat dua teman dekatnya dalam acara, padahal, setahu dia, Jisu pasti mengundang juga kedua adik dari sahabat calon istrinya.

Lagi, Ruka termenung. Apakah nanti dia bisa menghadapi semuanya itu?

"Aruka." Sapa seseorang yang membuyarkan lamunannya.

"Om Rifat." Ruka bangkit memberi salam.

Rifat Damanik, adik dari sang ayah menghampirinya.

"Senyum, Ruka. Asem banget lho mukanya. Kamu kayak baru pertama kali aja ikut pesta." Lalu dia mengusap bahu keponakannya itu. "Atau kamu lagi iri ya sama Bang Jisu? Mau juga tunangan hm?" Ledeknya.

Ruka hanya menarik sudut bibirnya, beberapa mili saja terangkat.

Berhadapan dengan Rifat Damanik, salah satu sosok besar di Damanik membuatnya sedikit tegang. Dia kini duduk sebagai direktur Damanik Group. Tentu, jabatan pimpinan lebih layak didapatkan oleh Rifat. Meski jika dirunut dari tradisi primogenitas yang dianut Damanik, seharusnya estafet kepemimpinan diserahkan kepada anak sulung atau cucu pertama dari anak sulungnya. Tapi Zeniwar menolak mentah-mentah saat ditawari jabatan tinggi, dia lebih memilih mengelola perusahaan yang dibangunnya sendiri.

"Ah. Enggak, Om. Ruka mah belum dulu. Om kali yang seharusnya nyusul Bang Jisu. Calonnya belum dibawa juga, Om?"

Rifat terkikik. Tangannya mengibas-ibas lelucon keponakannya yang sudah beribu kali dilontarkan netizen sejak dulu.

"Kamu bisa juga ya ngelucu, Kukang Sipit."

Pipi Ruka mengembung, malu dengan panggilan yang Rifat lontarkan. Pria berumur 35 tahunan itu pasti terpengaruh oleh sang kakak juga adiknya. Ingatkan Ruka untuk memperingati mereka agar tidak memanggilnya dengan sebutan itu di depan umum.

Rifat menggaruk pelipisnya. "You know what the real problem is?" Tanya Rifat dengan tatapan berubah serius. "Om belum siap menikah."

Sontak, mata sipit Ruka membola. "Are you kidding me, Om? Dengan usia matang Om, status Om, dan latar belakang Om, apalagi yang kurang? Kenapa Om belum siap?"

ToGetHer | RuPha [ABANDONED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang