"Welcome back" aku melirik kearahnya
Kami tiba di taman belakang rumahku, tempat dimana Sandy mengajari ku Fisika sebelumnya
Sandy meletakkan tasnya di atas meja
"Kali ini gak pakai berantem ya" ledeknya. Aku tertawa mendengarkan ledekannya.
Sandy kemudian membuka laptop miliknya. Aku juga membuka laptop milikku. Ia kemudian mengirimkan soal pre test miliknya padaku
"Uda jelas jelas kamu lebih jago soal Math dari aku"
"Jangan bohong, nilai matematika kamu terakhir 98"
Aku terkejut karena ia tahu "Kamu liat nilai aku?"
"Math 98.. Biologi 90.. Kimia 90.. Fisika 95" Sandy menyebutkan nilai ku satu per satu
Aku takjub karena ia ingat semuanya "Kamu ternyata bohong banget selama ini ga perhatian sama aku ya?" aku meledeknya balik
Wajah Sandy memerah, ia hanya geleng geleng kepala "Ya gimana, ada yang gak ngabarin hasil ujian Fisikanya gimana, jadi terpaksa aku cari tahu sendiri"
Sandy benar, aku seharusnya tetap mengabarinya "Lain kali gak kaya begitu" ucapku
"Forget it, aku yang salah" ujarnya
Aku menganguk paham
"Yauda ayo kita mulai"
Sandy sudah bersiap mengerjakan semua soal di hadapannya dan aku juga melakukan hal yang sama.
Kami fokus mengerjakan soal soal sampai tak sadar langit sudah gelap. Kulihat ke jam tanganku sudah jam 7 malam artinya kami sudah mengerjakan selama satu setengah jam.
"Kamu uda soal nomor berapa?"tanyaku
"Uda Nomor 40. Agak sulit"
Aku terkejut.. cepat sekali. Aku masih di soal no 30.
Karena penasaran aku coba melihat soal no 40. Coba kukerjakan.. dan dalam waktu tiga menit, berhasil kuselesaikan.
"Masih soal no 40?"tanyaku lagi
Ia mengangguk
"No 40 uda selesai aku kerjain" ucapku padanya. Sandy sedikit terkejut lalu coba melihat lembar jawabanku.
"Kayanya benar. Kita coba cek di akhir ya"
Aku mengiyakan
"Ada beberapa soal mirip tipe soal no 40" aku melihat satu per satu soal yang ada
Sandy sangat serius mengerjakan soal namun tetap menjawab ku "Iya, lumayan makan waktu ngerjainnya"
Pak Dedi, tutor di bimbel ku adalah mantan peraih medali emas olimpiade internasional. Dia adalah owner tempat bimbel ku, kadang juga masih mengajar. Aku ingat saat itu dia juga mengatakan soal yang ia ajarkan tidak pernah masuk soal ujian masuk perguruan tinggi namun terkadang masuk di soal Olimpiade Internasional. Jadi, ia mengajari kami cara mengerjakan nya waktu itu dan aku tidak menyangka soal seperti akhirnya benar kutemui di soal latihan IMO Sandy kali ini.
Sekitar pukul 9 malam semua soal sudah selesai kami kerjakan. Aku coba menjelaskan ke Sandy caraku mengerjakan soal yang dianggapnya sulit itu, soal no 40.
"Lihat kan kamu jenius" ucap Sandy yang saat ini sudah duduk di sampingku
"Jawaban kita sama. Kamu juga bener ngerjain nya, cuma memang aku bisa lebih cepat karena diajari di bimbel caranya. Lagian soal ini doang yang aku paling paham, yang lainnya malah susah banget" aku berkata jujur padanya
"Tetap aja, kamu uda bantu aku save waktu setengah jam buat soal soal ini" Sandy melipat tangannya di atas meja lalu melihat ke arahku
Aku tersenyum karena merasa sangat senang karena bisa membantunya
"Kamu pasti bisa juara minggu depan" aku meyakinkannya. "Karena kamu orang terhebat yang pernah aku temui"
"Thank you" ia meletakkan wajahnya di atas meja, namun masih melihat ke arahku
Sandy terlihat kelelahan, perlahan ia menutup matanya.
Kubiarkan ia beristirahat sebentar malam itu dan tidak meninggalkannya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Storie d'amore"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...