part 14

199 22 1
                                    

Hinata terus berontak saat Neji sudah mulai bermain di lehernya. Hinata menendang kemaluan Neji yang membuat Neji meringis kesakitan. Saat Hinata melihat ada kesempatan, Hinata berlari menuju pintu dengan penampilan yang sudah sangat acak-acakan. Pakaian dan rambut nya sudah sangat berantakan dan wajah Hinata sudah sembab dibasahi air mata.

"Jangan lari Hinata.." teriak Neji berusaha berjalan sambil memegang kemaluannya yang terasa nyeri.

Hinata ketakutan dan bergetar saat Neji sudah semakin dekat, padahal sebentar lagi dia akan menggapai gagang pintu.

"Dapat kau." Neji berhasil meraih tangan Hinata saat Hinata akan melangkahkan kakinya keluar kamar.

"Neji - Nii, tolong sadar. Aku adikmu nii-" Hinata mencoba terus berontak saat Neji terus menyeret tubuhnya kedalam kamar.

"Apa-apaan ini?" Hinata melihat kearah pintu dan alangkah leganya dia saat melihat Hizashi ada disana. Dengan seluruh kekuatan yang tersisa Hinata menghentakkan tangan Neji dan menghamburkan dirinya ke arah Hizashi.

"Jii-san tolong Hinata. Hiksss, Neji-nii aneh. Dia hampir memperkosa Hinata. Jiisan tolong Hinata." Hinata mengadu berharap Hizashi akan menolongnya.

"Neji.. pergi kekamarmu sekarang juga."

"Ckkkkkk" Neji berdecih kesal namun tetap mengikuti perintah ayahnya meninggalkan kamar Hinata.

"Stttt, jangan menangis lagi sayang, kamu sudah aman sekarang. Tidur lagi ya, jangan lupa pintunya dikunci"

Hizashi menemani Hinata sampai Hinata merasa tenang, dan meninggalkan Hinata dikamarnya setelah Hinata cukup baik-baik saja untuk ditinggalkan.

***

"Hiksss, Hinata tidak bohong ma, kak Neji melakukan itu. Untung ada Jiisan yang menyelamatkan Hinata."

Mereka ber-empat sedang duduk diruang tamu dan Hinata menceritakan semuanya pada ibunya. Hinata sangat kesal dan marah saat melihat Neji masih bisa duduk santai dengan tenang dan tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun. Dia malah tersenyum sinis menganggap remeh kearah Hinata.

Yang membuat Hinata bingung adalah ibunya yang terlihat tidak menunjukkan simpati dan empati sedikitpun, tidak menunjukkan rasa kaget atau marah seolah sudah tau semunya sebelum Hinata menceritakan.

"Ne Hinata.. kamu harus mau melayani jiisan san Niisan mu."

Mata Hinata membola, dadanya sesak bagai dihantam berbagai benda tajam. Apa maksud ibunya? Melayani jiisan dan niisan nya? Melayani? Hinata bingung, Hinata tidak mengerti.

"Menikah lah dengan Niisanmu, dan ibu juga akan berbagi suami denganmu. Kau harus melayani jiisan mu juga."

"Apa? Kaasan gila?" Hinata sangat marah, jantungnya berdetak sangat kencang, seluruh tubuhnya memancarkan kemarahan. Bagaimana bisa dia mendengarkan kalimat menjijikkan itu dari ibunya. Ibu yang selama ini menjaga dan merawatnya dengan sangat baik. Ibu yang selama ini selalu melindunginya dan memasang badan paling depan untuk membela Hinata. Ibu yang mati-matian mencari nafkah untuk selalu memastikan kehidupan yang layak bagi Hinata. Ibu yang sangat lembut bagai malaikat yang tidak pernah ingin melihat Hinata menangis.

Lalu kenapa ibunya berubah? Ibunya seolah mengorbankannya hanya karena takut digugat cerai Hizashi. Apakah ibunya terlalu mencintai Hizashi, atau ibunya terlalu mencintai kehidupan mewah yang didapatkan dari Hizashi?

Tapi mengapa ibunya jadi setega ini? Hinata saat ini merasa dirinya sedang dijual ibunya menjadi seorang jalang untuk melayani Jiisan dan Niisan nya.

Its YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang