37. Tragedi

28 4 2
                                    

.

Tepat dihari ini pukul sepuluh pagi adalah jadwal mediasi antara rosse dengan hoseok. Dan sudah sejak bangun dari tidurnya, hoseok begitu frustasi akan menghadapi itu. Mulutnya memang mudah merelakan perpisahan ini akan segera terjadi, tetapi hatinya ? Tentu saja sulit atau tidak bisa ?
Tidak ada jalan lain untuk bisa ia pilih, semua memang terasa menyakitkan. Tidak hanya hoseok dan juga rosse sendiri, melainkan putri mereka juga akan terluka suatu saat nanti.

Sekembalinya hoseok dari luar negeri, ia sudah mengajukan pengunduran dirinya dari universitas. Banyak hal yang harus hoseok perbaiki untuk masa kedepan. Fokus mengembangkan rumah sakit dan berbagai aspek yang sudah ia kelola bertahun-tahun. Mengajar bisa ia lakukan kapan saja tanpa harus terikat oleh almamater, sehingga ia bisa mengatur waktunya sendiri.

"Sudah kau atur surat kuasanya ?".

"Sudah, tuan Ahn. Tinggal anda tandatangani saja".

"Bagus, berikan padaku".

"Ah, mengenai mediasi anda.. apakah tuan yakin tidak ingin mengajukan hak asuh terhadap putri anda ?".

"Tidak. Putriku masih sangat kecil untuk ku paksa bersamaku. Dibandingkan denganku, ia lebih membutuhkan ibunya. Lagi pula perceraian ini sudah menjadi keputusan kami serta jalan perdamaian antara kami".
Pengacara yang mendampingi hoseok merasa heran atas keputusannya yang lebih pasrah ketimbang menuntut hal-hal lain seperti orang yang akan bercerai pada umumnya.
Saat mengurusi berkas hoseok tetap membutuhkan pengacara, namun ia tetap ikut turun tangan dengan mengantarnya sendiri ke pengadilan.

"Baiklah. Dengan tidak adanya tuntutan apapun dari anda, saya rasa sidang perceraiannya akan lebih cepat. Saat mediasi nanti, apakah anda masih berkeinginan mempertahankan rumah tangga anda ?".

"Ingin sekali, tapi aku juga tidak bisa memaksakan keinginanku. Perpisahan ini yang terbaik untuk kami dan kami juga sudah membicarakannya berdua secara baik-baik".

"Semoga semua berjalan lancar, dan segera terselesaikan. Mari, tuan".
Hoseok melangkah meninggalkan gedung law farm milik pengacaranya. Sebelum menghadiri mediasi hoseok sengaja datang kepada pengacaranya untuk menanyakan berkas kuasa yang ia minta. Padahal keduanya bisa bertemu di gedung pengadilan, namun entah mengapa hoseok lebih memilih datang ke tempat itu.

Setengah dari perjalanan hoseok masih diam, begitu pula dengan pengacaranya. Namun tiba-tiba hoseok menghentikan mobilnya dipinggir jalan dengan tergesa-gesa. Setelah mobil terhenti dipinggir jalan, hoseok keluar dan berlari kearah kanan jalan menyeberang begitu saja meninggalkan seseorang yang keheranan.

"Tuan.. anda ingin kemana ?".
Teriakan pengacara itu tak ia hiraukan sama sekali dan terus berlari kearah kanan jalan.

"Cepat setujui saja apa susahnya ? Kau juga akan mendapat untung banyak yoongi-shi".

"Aku akan senang jika cara berbisnismu tidak kotor. Kau fikir aku tidak tahu bagaimana kau menjalankan perusahaanmu itu ?".
Hoseok semakin tidak mengerti mendengar pertikaian keduanya.

"Begitu ya ? Dengan membatalkan pengajuanku kau akan lihat akibatnya. Kalian, beri dia pelajaran".

"Baik, tuan".
Hoseok tambah tak mengerti dengan apa yang terjadi, namun tiba-tiba netranya reflek melihat dua orang pria yang akan menyerang yoongi.
Ini tidak bisa hoseok biarkan begitu saja, meminta bantuan tentu sulit sebab keadaan disekitar tak begitu ramai. Mau tak mau hoseok ikut turun tangan untuk menghadapi orang itu.

"Hyung.. ada apa ?".
Mereka menoleh saat suara hoseok datang diantaranya.

"Hey, kalian tunggu dulu. kau.. hoseok pemilik rumah sakit besar itu, kan ? Bagaimana kalau ku ajukan kerjasama denganmu saja dari pada pria kolot seperti dia ?".

A Fragile House of Cards (Jung Hoseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang