Jika belum dapat restunya
Kawin lari bukan solusinya
Jangan ya Dek ya
- Lianda Sanjaya-Usai menemui Rey, Sabila masuk ke toilet membasuh wajahnya dan merapikan semua riasannya yang terkena air mata. Dia tidak ingin menaruh curiga kesemua orang diluar sana.
"Gue udah ngga sanggup disini, mau cepet-cepet pulang"
Sabila keluar, dan beruntungnya perbincangan dua keluarga itu telah selesai, sehingga dia sudah tidak perlu berlama-lala lagi dirumah ini.
"Mama udah selesai?"
"Udah sayang, nanti mungkin next time kita kesini lagi ya. Ayu tampak girang menekankan kalimat jika mereka akan kembali lagi dikediaman Hartono.
"Tenang nak, nanti tente sama om juga bakalan sering kerumah kamu kok, kita gantian bertamunya ya". Lidyapun tak kala gembiranya dengan Ayu, kedua wanita itu tampak merangkul bahagia satu sama lain, setelah pembicaraan orang tua yang tak ingin lagi Sabila tahu untuk saat ini.
Seakan sudah muak, Sabila hanya memberikan senyum seadanya, lalu berpamitan dengan kedua orang tua Lian, juga Rey yang nampak hanya berdiam diri diruang tengah.
Pengantaran keluarga ini sampai depan rumah, membawa kepergian Sabila dan mamanya.
***
Tidak ada yang ingin Sabila dengar dari mamanya, rasa penasarannya sudah tertutup dengan obrolan dari Rey ditaman tadi."Kamu kenapa nak?"
Situasi diam yang mencekam tentu saja membawa curiga sang ibu, yang terus mememperhatikan wanita berusia dua puluh satu tahun itu."Gpp ma, lagi banyak pikiran aja"
Kembali Sabila harus berbohong lagi. Untuk saat ini dia juga tidak bisa membuat mamanya yang selalu mengupayakan kebahagiannya bersedih.Dimana Sabila yang selalu bilang jika kebahagian mamanya diatas segalanya, kemana Sabila yang tampak selalu menantikan bertemu dengan orang pilihan mamanya, dimana Sabila yang dengan lantang menyatakan kepada Lian kalau dia sudah menjadi calon isteri orang Lain. Nyali Sabila menciut, bahkan disaat mamanya belum dengan gamblang mengatakan bahwa dia harus menikah dengan pilihannya.
Begitu tiba dirumah, Sabila memutuskan masuk kamar tanpa bicara sepatah katapun dengan Ayu. Menumpahkan segala tangisnya disana. Bantal yang menjadi alas kepalanya pun sudah basah bertumpah air mata. Apa yang membuatnya sedih? Tentu saja hanya bayangan Lian yang ada dalam pikirannya saat ini.
Sabila tak habis pikir, kenapa orang tua Lian setega itu kepada anaknya. Bahkan rasa penghianatan untuk Lian, bisa dia rasakan sendiri sakitnya.
"Hiks Hiks gue ngga tega ngomongnya sama pak Lian, pak Lian pasti bakal ngerasa sedih banget. Pokoknya pak Lian ngga boleh tau"
Ingatan tentang bagaimana cara Lian menyatakan perasaanya, tanpa menuntut cinta dari Sabila dan mau berjuang untuknya. Membuat suara isak tangis dari Sabila sudah tak terbendung lagi. Hingga membawa telinga Ayu menempel di pintu kamar anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menaklukan Hati Pak Boss (END)
Romance"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata mama, atau mama kirim kamu kembali ke luar negeri !!!" "Oke fine ma, 30 hari" "Kalau dalam 30 hari aku...