Pesta yang meriah kini kemarin berjalan dengan lancar, aku berada diluar istana dengan mantel seperti biasanya. Fellencia sedang sibuk mungkin, dia dihukum ayahnya karena secara tak sengaja menumpahkan minuman dingin ke salah satu bangsawan yang katanya adalah rivalnya di akademi.
Aku memutuskan untuk keluar istana, menjelajahi kota MoonWave yang dingin ini.
MoonWave adalah kota dengan suhu terdingin di kerajaan, yang membuat masyarakat harus memakai mantel yang lebih tebal. Saking dinginnya, nafasku bahkan bergetar pelan. Terlebih lagi tatapan sinis dari orang orang.
Aku melanjutkan jalanku hingga aku melihat seorang anak perempuan sedang tertidur di pojokan rumah warga, aku menatapnya dengan rasa kasihan karna mantelnya sobek dan tipis. Aku menghampirinya, dia terlihat menyedihkan.
"Kemana orang tuanya?" pikiranku dipenuhi pertanyaan.
Anak itu membuka matanya tepat setelah aku menghampirinya, dia langsung duduk menggigil, aku dapat melihat lebam ditangan kecilnya, membuatku mengerutkan mataku.
"Apa kau baik baik saja? Mengapa tidur disini?"
"Maafkan aku, aku akan segera pindah." Anak itu mundukkan kepalanya.
Tepat sebelum anak itu berdiri, aku memegang tangannya yang kedinginan.
"Tunggu, jangan dulu, kau pasti kedinginan, mengapa mantelmu sobek?"
"Aku.. aku baru saja melarikan diri dari seseorang." nafasnya terengah engah.
Aku menepuk bahunya sambil mengelus tangannya, berusaha untuk menenangkannya.
"Jelaskan nanti, ayo kita mengunjungi toko butik."
"Aku tidak memiliki uang."
"Siapa yang menyuruhmu mengeluarkan uang? Aku akan membayarkan mantel barumu."
Anak itu mengedipkan matanya cepat, aku dapat melihat krystal putih yang hampir jatuh dari matanya. Aku terkekeh dan mengulurkan tanganku kearahnya, walau ragu, anak itu menerima uluran tanganku.
Suasana hening saat perjalanan kami ke butik, walau ada banyak pertanyaan dalam pikiranku, aku harus tetap waspada karna sepertinya dia bukan dari kota ini, mantelnya tidak terlalu tebal seperti mantel asli buatan MoonWave. Terlebih lagi, kota MoonWave memiliki jarak yang cukup jauh dengan kota atau pedesaan lain.
Kami sampai didepan butik, aku menyuruh gadis itu untuk masuk supaya para pekerja dapat mengukur tubuhnya sehingga mantelnya akan cocok dibadan kurusnya.
Aku menunggu di sebuah sofa dan menatap kearah jendela, aku tidak tau tapi sepertinya ini kebiasaan ku, menatap jendela sampai aku senang, kereta kuda dan juga mobil yang lewat, serta pasangan yang bergandengan tangan..
"Saya sudah selesai."
Suara anak itu mengejutkanku, aku tersenyum kearahnya dan menyuruhnya duduk disampingku. Dia hanya mengangguk pelan, sepertinya ia hanyalah anak berumur sembilan tahun. Malang sekali.
"Siapa namamu?"
"Alina."
"Nama yang cantik, kemana orang tuamu?"
Alina terdiam sejenak, ia menyembunyikan wajahnya. Dia mengeluarkan suara kecil namun untung saja kuping tajamku mampu mendengarnya.
"Mereka tiada, dia merampas semuanya dariku, aku benci.."
Mendengar perkataan anak itu membuatku merasa bersalah, aku menepuk kepala anak itu. Anak itu hanya bersandar pada bahuku, tetapi sepertinya dia memilih untuk terus bercerita.
"Dia, membunuh orang tuaku tanpa alasan, dia bahkan bukan berasal dari sini, orang aneh yang meminum air pantai itu membantai habis keluargaku."
Nafasnya terisak Isak, sedangkan aku hanya diam ditempat, meminum air pantai? Aku teringat pada hal yang Yelen katakan padaku sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragic Fate
Fantasyseorang remaja yang saat itu sedang pulang dari pekerjaannya. pada pukul 11 malam tanpa ia sadari sebuah truk melaju kencang didepannya. badannya berhenti bergerak dan brak! ------ Kini sekarang bukannya mati dia malah bereinkarnasi menjadi putri an...