Keesokan harinya, Lavinia bangun dengan perasaan yang masih diselimuti amarah akibat pertengkarannya dengan Alistair malam sebelumnya. Namun, tugas sebagai seorang Duchess tak pernah berhenti.
Hari itu, ia akan mengadakan perjamuan teh untuk para Lady bangsawan, sebuah tradisi yang harus ia jalani meskipun hatinya jauh dari keinginan untuk bersosialisasi.
Setelah memastikan dirinya siap dalam balutan gaun sutra berwarna biru muda dengan renda halus di sekitar lehernya, Lavinia turun menuju ruang tamu utama di Ravenswood Manor.
Ruangan itu telah dihiasi dengan vas bunga segar, perak bersinar di meja, dan teh berkualitas tinggi telah disiapkan oleh pelayan terbaik.
Tamu-tamu mulai berdatangan tepat waktu, satu demi satu Lady bangsawan memasuki manor dengan kemegahan masing-masing. Lavinia, meski merasa terasing dalam tubuh bangsawan ini, menyambut mereka dengan senyum yang terlatih.
Pertama tiba adalah Lady Evelyn Whitmore, istri dari Earl Whitmore, seorang wanita anggun dengan rambut perak yang tersanggul rapi. Dia adalah sosok yang cerdas dan penuh pesona, sering kali menjadi pusat perhatian dalam pertemuan bangsawan.
Tak lama kemudian, Lady Arabella Sinclair, putri dari keluarga Viscount Sinclair, memasuki ruangan dengan senyum penuh percaya diri. Arabella terkenal dengan kecantikan dan selera modenya yang tinggi, meskipun sikapnya sering kali dianggap sombong oleh para bangsawan lain.
Lady Eleanor Hawthorne, seorang wanita lembut dari keluarga Marquess Hawthorne. Lady Eleanor terkenal dengan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian, berbeda dari kebanyakan bangsawan yang kerap bersikap dingin. Meski berasal dari keluarga yang berpengaruh, ia selalu berusaha merendah dan menjalin hubungan baik dengan semua orang di lingkaran bangsawan.
Lalu, Lady Harriet Browning, istri dari Baron Browning, tiba bersama adiknya, Lady Matilda Browning. Harriet memiliki sikap yang lebih konservatif, sementara Matilda, yang masih lajang, kerap menjadi pembicaraan di kalangan bangsawan karena sering mempertanyakan aturan-aturan ketat yang membelenggu kaum wanita bangsawan.
Dan terakhir, tiba Lady Cordelia Ashford, putri tertua dari Viscount Ashford, seorang wanita yang terkenal cerdas dan taktis dalam urusan politik. Lavinia tahu bahwa Cordelia selalu memiliki agenda tersembunyi dalam setiap pertemuan sosial.
"Selamat datang, Lady Whitmore, Lady Sinclair, Lady Hawthorne," Lavinia menyambut tamu-tamunya satu per satu, "Senang sekali kalian bisa meluangkan waktu hari ini."
Evelyn tersenyum, duduk dengan anggun di kursi yang telah disediakan. “Ah, Duchess Lavinia, selalu menyenangkan mengunjungi Ravenswood Manor. Tempat ini selalu terlihat begitu mempesona.”
“Ya, aku setuju,” tambah Arabella. “Manormu selalu memiliki aura yang megah. Dan, tentu saja, tuan rumahnya begitu memikat.” Arabella tersenyum penuh arti ke arah Lavinia.
Lavinia membalas dengan anggukan kecil. Ia tahu senyum Arabella menyimpan sindiran, dan Lavinia tak ingin terjebak dalam permainan kata-kata bangsawan.
Ketika semua Lady telah duduk dengan nyaman dan teh mulai disajikan, percakapan ringan pun dimulai. Namun, tak lama kemudian, topik percakapan beralih ke urusan politik dan keluarga, sesuatu yang selalu menjadi sorotan dalam pertemuan para bangsawan.
“Sudahkah kalian mendengar kabar tentang masalah keluarga Mervyn?” tanya Cordelia dengan nada tenang namun penuh rasa ingin tahu. “Keluarga Marquess Mervyn tampaknya mengalami kesulitan baru-baru ini, terutama setelah pernikahan mereka dengan keluarga Ravenswood.”
Lavinia menahan napas. Nama keluarga Mervyn, asal usul Lavinia Ravenswood yang asli, membuatnya selalu waspada, terutama di pertemuan-pertemuan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception (END)
عاطفيةSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...