Terungkapnya Desa Keramat

0 0 0
                                    

Setelah lima menit berjalan di hutan, tiba tiba ada sesosok yang mengikuti Nika dari belakang. Karena tak sadar, ia kemudian disekap oleh sosok tersebut dan entah mengapa Nika perlahan lahan tak sadarkan diri.

Ketika ia bangun tanpa sadar ia sudah berada di sebuah rubanah di rumah yang tak diketahui lokasi serta pemiliknya siapa. Dengan kondisi tangan dan kaki terikat, Nika hanya bisa berteriak sekencang mungkin meskipun tak ada seorang pun yang mampu mendengarnya kecuali anak kecil yang berada di sampingnya yang sama sama diikat seperti Nika.

Setelah mereka berdua saling berkenalan, sekitar 15 menit kemudian sang penculik masuk ke dalam rubanah sembari memegang sebuah pisau daging yang cukup besar yang mampu memotong tangan manusia dalam sekali ayunan. Sosok penculik itu berperawakan besar berotot dengan janggut yang menjuntai sampai ke dada. Jambang serta kumisnya yang sangat lebat menambah kesan seram kepada penculik tersebut.

Dimulai dari anak kecil di sebelahnya, Nika menyaksikan pemandangan mengerikan dimana sang penculik memotong satu persatu jari tangan si anak kecil dan menampung darahnya ke dalam botol air mineral yang kosong. Anak kecil itu menangis berteriak kesakitan dan memohon untuk diampuni.

Tak digubris, sang penculik selesai memotong seluruh jari si anak lalu keluar dari rubanah dan membiarkannya terkapar di tanah. Sepertinya ia sedang berada di dalam dapur karena Nika mendengar suara kompor dinyalakan.

Namun tiba tiba ada 5 sosok roh menembus tembok yang datang menuju Nika. “Selamatkan kami, selamatkan kami. Tolong selamatkan kami!!!” Ucap 5 roh tersebut secara bersamaan.

“APAAA!!! TIDAKKAH KALIAN LIHAT KALAU TANGAN DAN KAKIKU TERIKAT!!!. Aku tidak bisa bergerak sama sekali kecuali menggeliat layaknya cacing yang hendak dimakan oleh ayam. Kalau saja kalian bisa melepaskan tali ini,” Teriak Nika sambil menangis dengan keras.

Kemudian salah satu dari hantu itu melepaskan tali yang mengikat Nika.  Terkejut, Nika dengan penuh adrenalin bergerak perlahan lahan dan mengintai sang penculik. Rupanya sang penculik sedang memasak makanan untuk dirinya sendiri. Nika pun bergerak perlahan menyelinap melewati penculik. Namun betapa malangnya Nika karena ia ketahuan hendak melarikan diri dari rumah. Sang pembunuh pun kemudian mengambil senapan dari sakunya dan menembak paha Nika. Ia hanya bisa mengerang kesakitan dan saat itu sang penculik mendekati nika dan menarik rambutnya supaya ia kembali ke rubanah. Rencana Nika gagal, ia diikat kembali di tempat itu.

Setelah berjam jam di dalam rubanah, fajar pun menyingsing. Ia hanya bisa pasrah akan keadaannya yang hendak dibunuh oleh orang tak dikenal.

Saat ini Alia mencari cari Nika yang tak ada dimanapun. Ia pun melapor kepada wali kelas dan kepala desa terkait hilangnya Nika sejak tadi malam. Mendengar hal itu, hampir seluruh warga turut serta dalam mencari keberadaan sahabat Alia namun masih membuahkan hasil yang nihil.

Tiba tiba Alia merasakan sesuatu. Ia seperti mampu melihat jejak kaki orang orang yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Sontak ia berjalan mengikuti jejak yang Alia kira itu adalah jejak sahabat nya.

Benar saja, jejak kaki itu menuntun Alia ke rumah sang penculik. Dengan berhati hati ia berjinjit memasuki rumah penculik berharap ia tidak ketahuan. Sayangnya sang penculik sudah menyadari kehadiran Alia dan berlari berusaha menangkapnya. Untung saja Alia sangat mahir dalam bela diri sehingga ia mampu menghindar dari serangan yang diluncurkan penculik.

Tetapi karena tubuh penculik besar dan berotot, ia berhasil mencekik Alia. Tak kehabisan ide, Alia meludah tepat ke wajah penculik sehingga ia mundur beberapa langkah. Tanpa disadari Alia sudah memegang senjata tajam milik penculik dan mengayunkannya ke kaki penculik sehingga ia hanya bisa mengerang kesakitan.

Kemudian Alia menelpon serta membagikan lokasi GPS miliknya ke gurunya. Dan tak butuh waktu lama guru sudah tiba di tempat kejadian perkara diikuti oleh beberapa warga termasuk kepala desa. Alia pun bergegas menuju sumber teriak di rubanah dan ia menemukan Nika yang tengah menangis. Ia pun melepaskan seluruh tali yang mengikat sahabatnya dan bergegas pergi. Sambil menggendong anak kecil yang tadi jari nya dipotong oleh penculik

Entah kenapa tetapi saat ini seluruh warga dan kepala desa mengepung kawan kawan Nika sambil menodongkan senjata tajam. Merasa terancam, Nika berteriak kepada siapapun yang mendengar untuk menolongnya.

Terlihat percuma, namun dari kegelapan hutan, para roh hutan mulai muncul termasuk roh para Turis-turis yang dulu dibunuh dengan keji oleh pencuri. Satu per satu, roh-roh itu merasuki tubuh warga desa, termasuk sang kepala desa. Wajah mereka berubah dalam sekejap. Mata mereka terbelalak, tubuh mulai kejang dengan gerakan yang tak wajar. Napas mereka tersengal, mulut menganga tanpa suara, seolah-olah nyawa mereka sedang direnggut paksa. Keadaan menjadi kacau, warga yang kerasukan mulai meronta-ronta, namun tak ada yang bisa mereka lakukan.

“Ayo pulang!!! Sopir siapkan busnya,”  Kata wali kelas. Alia, Nika, anak kecil beserta seluruh siswa kelas 10A berlari menuju bus. Sontak sopir pun menancapkan gas dan pergi dari desa mengerikan itu.

Di jalan terlihat sesosok monster tinggi yang mengerikan yang hanya bisa dilihat oleh Nika. Tubuhnya setinggi dua meter, rambutnya menjuntai ke tanah dan giginya panjang bagaikan taring harimau. Ia melambaikan tangan kepada Nika sambil mengucapkan terima kasih. Merasa bingung, ia mengabaikan sesosok tersebut dan fokus berbincang bincang dengan Alia.

Mortis EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang