Saat ini, Vano dan Haikal sedang berada di kantin. Mereka dengan hikmat memakan makanannya.
"Gue boleh duduk di sini? "
Vano dan Haikal kompak menoleh ke asal suara. Terdapat seorang gadis yang sedang membawa nampan makanan.
"Duduk aja" ucap Haikal.
Setelah mendapatkan persetujuan, gadis itu langsung duduk di sampai Vano dan mulai memakan makanannya. Sedangkan Vano, menatap intens gadis di sampingnya.
Sadar bahwa dia sedang ditatap. Gadis itu menoleh ke arah Vano. Vano yang sudah ditatap balik pun, masih tak mengalihkan pandangannya, ia masih saja menatap gadis itu dengan pandangan menelisik. Setelah benar-benar yakin, ia terkekeh kecil.
Haikal dan gadis tersebut, memandang Vano aneh. Saat Vano mengeluarkan suaranya, Haikal kembali dilanda kebingungan. Namun tidak dengan gadis yang duduk di samping Vano itu, ia malah tertawa kecil.
"Apa kabar... Sepupu?" ucap Vano sambil tersenyum manis.
Gadis itu tertawa kecil. "Gue baik. Akhirnya lo ingat gue. Tapi, bukannya mommy bilang lo amnesia? "
"Ya... Gue tahu, karena gue sempat nanya mommy, " Vano tertawa, begitupun dengan gadis tersebut. Sedangkan Haikal, masih memandang mereka dengan bingung.
"Gue boleh tanya sesuatu? " ucap Vano.
"Boleh mau nanya apa? "
"Dia... Sering main tangan sama lo? "
Tatapan gadis itu terlihat sendu. Kemudian menggangguk sebagai jawaban.
Helaan napas kasar Vano berikan. Sudah ia duga. "Mama sama papa tahu? "
Gadis itu lagi-lagi mengangguk. "Bahkan papa juga pernah main tangan, " lirihnya.
"Kenapa? "
"Mereka udah kena hasut sama jalang itu, " ucap gadis tersebut dengan kesal.
"Lo jangan khawatir. Besok, mommy sama daddy bakal datang dan tinggal di mansion utama. Gue juga ikut, jadi selama gue ada di sana, gak ada satu orangpun yang bisa nyakitin lo, " ujar Vano dengan tulus sembari mengusap kepala gadis itu dengan lembut.
Mata gadis itu berkaca-kaca, Vano nya telah kembali, perisai pelindungnya telah kembali. Gadis itu merentangkan tangannya untuk memeluk Vano, namun tak jadi karena sebuah tangan menariknya dengan kasar hingga ia berdiri.
"Lo itu gak ada kapok-kapoknya, ya? Harus dengan cara apa lagi biar lo sadar?! " Candra berteriak pada Clara. Ya, gadis yang sejak tadi duduk di samping Vano adalah Clara.
Clara memandang tak percaya pada Candra. Apa sebegitu bencinya Candra dengan dirinya? Lalu Clara mengalihkan pandangannya pada Rissa yang tengah ditenangkan oleh Dimas.
"Apa yang gue lakuin sama dia? " ujar Clara sembari menunjuk Rissa.
"Jangan nunjuk-nunjuk dia kaya gitu. Tangan lo gak pantas buat itu" desis Dimas.
"Ra, bisa gak lo gak ganggu Rissa lagi? " ujar Gilang dengan pelan. Mungkin ia sudah lelah menanggapi drama di depannya ini.
"Jalang kaya dia harusnya diberi tamparan yang keras, " Candra bersiap untuk mengangkat tangan untuk menampar Clara. Clara bahkan sudah memejamkan matanya bersiap untuk menerima tamparan dari sang kakak.
1 menit, 2 menit, 3 menit... Sudah 10 menit, namun Clara tak merasakan sakit pada pipinya. Dia membuka matanya perlahan-lahan. Dapat ia lihat, Vano mencekal tangan Candra, yang mengakibatkan tangan Candra berhenti di atas udara.
"Udah cukup gue lihat lo selalu main tangan sama Clara, " desis Vano.
Candra berdecih lalu menarik tangannya dari celakan Vano. "Cihh, jangan sok jadi pahlawan. Lo itu siapa?Lo bukan siapa-siapa di sini, " geram Candra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ke dunia novel [BXB]
FanficBagaimana jika kalian mengalami transmigrasi ke dalam novel yang kalian baca terakhir kali? Apalagi transmigrasi ke dalam tubuh seorang figuran yang akan mati ditangan protagonis pria? Itulah yang dialami oleh Kavero, Kavero Almat djanur. Seorang p...