Part 2

31 3 2
                                    

Niki menatap sekitar, aman. Ia kembali berjalan mengendap-endap menuju pintu apartemen Dika yang tersambung ke garasi.

Tangannya mengulur, mencoba menarik pintu sepelan mungkin namun lampu menyala. "Mau balapan lagi Niki?" Niki membeku, ia terdiam dengan posisi yang sama.

"Ehe... Bang Dika, hehe" Niki terkekeh canggung, "masuk, terus ganti baju. Cuci kaki sama cuci muka. Tidur." Niki terlihat akan protes sebelum kunci motornya ada di Dika.

"Eh? Ah! Abang Dika~ jangan diambil kunci Niki!"

Dika yang jauh lebih tinggi dari Niki semakin menatap datar sang terkasih yang sudah nyaris menangis.

"Dengerin kata Abang, ganti baju, cuci kaki, cuci muka, tidur. Kalau nggak ni kunci motor Abang ancurin sama motornya juga." Niki langsung berlari ke dalam.

Dika melirik sepatu Niki yang sudah berantakan di depan pintu, menghela nafas sebelum berlutut untuk membereskan sepatunya.

Niki langsung melepas jaket kulitnya, mengganti baju menjadi piyama lengan pendek dan duduk di kasur menunggu Dika setelah mencuci muka dan kakinya.

Dika datang dengan pakaian yang sangat Niki kenali, baju yang biasa ia pakai dulu waktu ia masih ada di rumah sakit jiwa.

"B-bang, plis jangan itu Bang" Niki memohon, harga dirinya tidak diperlukan sekarang, bodo amat dengan harga diri yang penting ia tidak memakai baju itu.

"Nggak, kamu dari kemarin udah kabur mulu. Kamu kira Abang nggak tau? Abang liat dari kemarin kamu pergi jam 1 balik jam 3" Niki semakin gugup.

"Tapi plis Bang, hukumannya jangan ini~"

"Milih ini atau motor kamu Abang ancurin?" Niki menatapnya dengan pupil yang bergetar. "Mau pake itu aja..." Dika langsung membuka ikatannya, dan tubuh Niki ia masukkan ke sana.

Ikat pinggang yang ada di sana, Dika rekatkan hingga pas di tubuh Niki. "Sini, Abang peluk" Niki ditarik Dika hingga ia sejajar dengan dadanya.

"Tidur Sayang, udah mulai pagi" elusan di rambut membuat Niki merengek, ia tak ingin tidur.

Namun elusan dan gumaman Dika membuatnya tak bisa menahan rasa kantuknya, tubuhnya perlahan rileks dan ia pun tertidur.

Dika mengambil ponselnya, memanggil teman Niki yang ada di arena.

Bang Dika

Halo bang? Kenapa ya?

Buat besok, Niki jangan
diajakin balapan yak, kasian dia

Siap bang, udah tidur kan dia?

Udah pules

Yaudah, maap ya bang

Hm

Tut

Dika mematikan ponselnya ketika mendengar Niki merengek, wajah yang merengut dan nyaris menangis membuat Dika langsung menenangkan Niki.

"Iya Sayang, maaf ya Abang ganggu" elusan di punggungnya kembali hadir, wajah yang tadinya merengut langsung kembali tenang.

Dika melirik jam, 3:45 di pagi hari. Dika memikirkan apakah ia memilih untuk tidur atau melakukan hal yang lain.

Ia akhirnya memilih untuk membuat kopi, kopi hitam panas ia bawa ke kamar, Niki sudah bangun dengan wajah mengantuk dan kembali merengutnya.

"Abang kemana...?"

"Abang habis bikin kopi Sayang, maaf ya?" Niki mengangguk. Matanya melirik Dika yang duduk di sampingnya.

Dika menyalakan laptopnya, lalu memfokuskan diri untuk mengerjakan pekerjaannya.

Niki bergerak gerak tidak nyaman dalam tidurnya, Dika mengelus pipi Niki pelan. Niki bergeser hingga ia bisa merasakan Dika ada di dekatnya.

Dika terkekeh, ternyata Niki hanya ingin ada di dekatnya. Dika mengusak rambut Niki hingga Niki kembali tidur dengan lelap.

Kumpulan oneshot ritsutturu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang