3. Tiga

1K 158 79
                                    

Apa yang lebih cepat dari kilat? Hubungannya dengan Juna.

Setelah mendapat persetujuan, yang Sasha yakini Juna terpaksa mengiyakan. Mereka berencana untuk berkunjung ke rumah orang tua Juna. Tidak banyak kesepakatan yang diajukan oleh keduanya. Mereka hanya harus menikah, lalu mempunyai anak. Setelahnya menentukan waktu untuk bercerai. Juna juga memberikan nafkah layaknya suami.

Yang membuat Sasha heran, pria itu tak memberi tahu berapa anggota keluarga yang harus ia temui. Seakan ingin membuat Sasha gagal dalam pertemuannya yang pertama. Pria itu pula tak peduli dengan kebohongan apa yang harus ia karang agar hubungan mereka terlihat masuk akal. Huh, lihat saja. Lidah tajam Sasha akan membuat perhatian semua orang berpusat padanya.

"Kamu jangan mengharapkan perasaan lebih dari saya—"

"Berisik." Ujar Sasha dengan datar.

Wanita itu kembali menatap jalanan dari jendela mobil. Bukan Sasha yang akan mengharapkan perasaan lebih. Tapi ia yakin bahwa Juna akan tergila-gila padanya. Boleh saja pria itu sok galak sekarang. Namun, dapat Sasha pastikan bahwa di masa depan. Ia akan lebih galak dan membuat Juna terdiam. Lihat saja!

Tak terasa mereka sudah sampai. Sasha segera memperbaiki ekspresi wajahnya. Berjalan dengan anggun. Menemui keluarga Juna.

Di dalam rumah, sudah ada wanita paruh baya dengan rambut perawatan salon. Pria tua yang memakai tongkat. Sasha yakin kedua orang itu adalah calon mertuanya. Lalu ada perempuan cantik. Tidak, cantik sekali. Duh, ini siapa? Bukan saingan Sasha, kan?

"Kamu calon istrinya Juna? Ayo masuk sini." Perempuan cantik itu mempersilahkan Sasha untuk memasuki rumah.

Gila, kalau ditotal, berapa harga perabotan di rumah ini? Apa perlu ia dan Jeni merampok rumah ini, lalu menjual salah satu lukisan di pasar gelap? Baik, pikirannya terlalu liar.

"Nama kamu siapa?" Perempuan cantik berambut indah itu bertanya.

"Sasha." Jawabnya, sesopan mungkin.

"Hai, Sasha. Aku Arin, kakaknya Juna. Dinyamanin aja, ya. Jangan terlalu takut."

Sasha melemparkan senyum terbaiknya kepada Arin. Aduh, untung bukan saingan Sasha. Ia akan menyerah terlebih dahulu jika lawannya seindah ini. Biasanya, wanita cantik, menawan, berbadan mungil dan anggun itu suaminya ...

"Bima, sini. Ajak Anton sama Gaby."

Badak!

Tebakan Sasha benar sekali. Suami dari Arin ini berpostur tinggi besar dan terlihat gagah. Apalagi menggendong anak-anaknya. Sasha ingin mendaftar jadi istri kedua. Ia harus bercerita kepada Jeni.

Kakak iparnya itu sedang menggendong bocah kecil yang ia yakini bernama Anton. Pemalu sekali. Awas, nanti akan Sasha gigit.

Tidak sadar, Juna memperhatikan semuanya. Bagaimana Sasha menatap sang kakak ipar. Matanya penuh dengan tatapan memuja. Pria itu sudah mengepalkan kedua tangan.

"Sudah berapa lama kamu berhubungan dengan Juna?"

"Saya nggak pernah ngitung, Tante."

Rasanya, Juna ingin menyemburkan minuman yang tengah diteguknya. Jawaban konyol. Sekarang, semua keluarga memperhatikan Sasha.

"Keluargamu bagaimana? Setuju dengan hubungan ini?" Tari, ibu dari Juna kembali bertanya.

"Kebetulan, ibu dan bapak saya udah nggak ada, Tante. Dan saya juga anak tunggal. Jadi saya nggak punya keluarga."

Tari yang sedari tadi berwajah masam. Kini mengendurkan raut wajahnya. Merasa sedikit bersalah dengan pertanyaannya tadi. Sementara yang lainnya, menatap Sasha dengan iba. Kecuali Juna, yang menatap Sasha dengan tatapan aneh. Apakah perempuan ini sedang bersandiwara?

Love Options Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang