part 2

1.6K 5 0
                                    

Beberapa hari semenjak mbak Tika pergi meninggalkan rumah untuk ikut dengan mas Aryo ke kota, aku sudah bisa menerima keadaan. Kembali aku melakukan rutinitas keseharianku pergi ke ladang. Ibuku terus-terusan berusaha menghiburku dan menenangkan pikiranku. Memang kalau ibu yang bicara akupun selalu jadi tenang dan mulai bisa berpikir ke depan lagi. Kupikir memang percuma kalau aku terus menangisi perginya kakakku itu ikut suaminya, toh nanti kalau ada waktu pasti mereka datang lagi ke desa.


Hari ini aku kembali pergi ke ladangku sendirian. Biasanya memang ibuku yang selalu menemaniku tapi karena hari ini ibu ada kerjaan di rumah tetangga jadinya beliau tak bisa ikut denganku. Dari pagi sampai siang aku benarkan beberapa lajur tanaman yang rusak karena sudah dua minggu lebih aku tak menengoknya. Memang sejak acara nikahnya mbak Tika baru hari ini aku bisa pergi ke ladangku.


Selesai membenarkan tanamanku, aku duduk di bawah sebuah pohon nangka yang ada di pinggir ladang. Biasanya memang di situlah aku istirahat selepas menggarap ladangku. Sambil duduk santai kubuka kaos yang menutupi tubuh bagian atasku. Kukibaskan kaos yang kulepas itu untuk memberi semilir angin pada tubuhku.


“Ngga.. kamu kok sendirian? Budhe Aminah kemana?” tiba-tiba muncul temanku, namanya Adi. Selain temanku dia itu adalah sepupuku.


“kerja di rumah bu Karmi.. baru panen bawang orangnya” jawabku menoleh ke arah Adi yang baru datang itu.


“Owalahh..”


“kamu baru dari mana Di?” tanyaku balik.


“Dari sungai.. cari batu..”


“Batu apa? Akik?”


“Hehehe.. iya jelas.. lagi rame katanya”


“Hahaha.. kamu ini, harusnya cari batu akik ya pake mimpi.. atau kalau gak gitu ya pake mantra sambil bakar kemenyan.. biar gondoruwo mau kasih batunya” ujarku kemudian.


“Eh sembarangan kamu Ngga.. awas kalo didengar sama yang tinggal di pohon ini.. bisa-bisa kamu kesurupan, hahaa...”


“ya gak gitu Di.. mana ada batu akik di sungai? harusnya cari tuh di gunung sana... katanya ada bongkahan batu padas yang bisa jadi bahan batu akik.. coba kamu kesana” kataku memberi saran.


“Iya aku pernah dengar.. tapi ya itu.. ada penunggunya”


Kami terdiam sebentar. Aku masih terus mengipasi tubuhku dengan kaos, sementara Adi hanya duduk besandar pada pohon nangka di belakang kami.


“mbak Tika kok bisa ya nikah sama orang kota?” ucap Adi kemudian.


“ya gak tau.. namanya juga jodoh”


“Trus.. jadi dibawa ke kota ya Ngga?”

💖Keberuntungan Itu Ada💖 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang