part 9

1.4K 9 0
                                    

Kehidupanku tinggal di kota berjalan semakin cepat. Tak terasa sudah dua bulan lamanya aku ikut tinggal bersama kakak perempuaku dan suaminya. Sungguh mereka baik banget mau menanggung semua kebutuhanku termasuk biaya kuliahku nanti. Memang aku sampai saat ini belum bisa membalas kebaikan mereka tapi dalam hatiku punya tekat untuk membalasnya suatu hari nanti.


Mbak Vina ternyata sudah di terima di tempat kerjanya. Namun karena masih mengunggu untuk tes kesehatan jadinya dia masih tinggal bersama kita. Tentu saja waktu yang ada kugunakan untuk membantunya, terutama dalam hal memijat buah dadanya. Memang hasilnya belum kelihatan sekarang, tapi kurasakan semakin hari payudara mbak Vina semakin terasa montok.


Setelah kejadian malam dimana mbak Vina memperlihatkan tubuhnya padaku, dia sepertinya sudah mulai teracuni dengan kelakuanku dan mbak Tika. Memang apa yang mbak Tika lakukan belum sepenuhnya seperti hari-hari sebelumnya tapi bagi mbak Vina keberadaan kakak perempuanku yang bebas wara-wiri cuma pakai celana dalam sudah jadi sesuatu yang menganehkan.


Pagi ini aku seperti biasa dibangunkan oleh orang lain dari tidurku. Biasanya mbak Tika akan masuk ke dalam kamarku begitu dia bangun duluan. Namun apa yang kutemui pagi ini sungguh sesuatu yang lain. Pagi ini ternyata yang membangunkanku adalah sesosok bidadari cantik. Aku jadi susah membedakan apakan ini hanya mimpi atau sudah jadi kenyataan.


“Angga.. bangun sayang... udah siang nihh..”


“Eh, kok mbak Vina? Mana mbak Tika?”


“Lagi belanja sayur di depan... ayo sayang.. bangun”


“Aahh... hoooaaammmm... eehhh... ahh kok pake sayang-sayangan sih mbak? Jadi gimana gitu rasanya” ucapku sambil menggeliatkan badan.


“Hihihi.. ya gapapa.. kamu kan udah mbak anggep jadi adiknya mbak.. ga salah dong kalo aku bilang sayang?”


“Huhh... ya gapapa.. tapi dengerinnya gimana gitu mbak.. ahh.. bentar aku bangun dulu”


Mbak Vina tahu kalau aku tidur biasa gak pake apa-apa. Tentu saja matanya bisa melihat dengan jelas batang kemaluanku yang tengah tegak mengeras pagi itu. Namun dia hanya melihatnya sekilas lalu tersenyum centil. Entah apa yang dipikirkannya aku tak tahu. Jelasnya dia sudah mulai terbiasa dengan kelakuanku setiap harinya.


“Udah mandi mbak?”


“Belumm.. nungguin kamu kok”


“Nungguin aku gimana? Apa mau mandi bareng? Hayukkkk...” celetukku setengah menggodanya.


“Ahh.. gak seru.. ada mbak Tika tuhh.. kalo kita berduaan saja aku sih mau aja Ngga”


“yahh.. gagal deh mbak”


💖Keberuntungan Itu Ada💖 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang