Dengan menyingkirkan bantal yang dipakai mbak Tika, aku kemudian memposisikan diriku di atas kepala kakakku itu. dalam posisi seperti itu tentu saja penisku tepat di depan belahan vagina mbak Vina yang sedari tadi tengah di nikmati oleh mbak Tika. Pelan aku dekatkan ujung penisku ke arah lobang memek mbak Vina. Jantungku berdegub semakin kencang, darahku berdesir semakin cepat. Ingin rasanya aku segera menusukkan penisku ke dalam lobang vagina mbak Vina, apapun resikonya aku siapa menerimanya.
Cleppppp....!!!!
“Aaaahhkhh.. Angggaaa... aaahhh.. siaalll” pekik mbak Vina ketika menyadari penisku telah masuk separuh ke dalam lobang memeknya.
“Hehehe.. udah jangan banyak gerak mbak.. kasian mbak Tika yang di bawah lho..” balasku.
Memang benar dia tak bisa bergerak banyak karena takut berakibat buruk pada mbak Tika yang ada di bawahnya. Akhirnya mbak Vina cuma bisa diam saja ketika aku mulai menusukkan penisku lebih dalam lagi.
“Huaahhh.. .aahhh.. aduuhhh.. Ngggaaa.. ahhh...”
“Aahh.. sem.. pitthhh... ahh.. enaakkk” teriakku begitu semua permukaan penisku amblas ke dalam lobang memek mbak Vina.
Kedua pahaku mengangkang agak lebar agar dengkulku tak mengenai wajah mbak Tika yang tepat berada di bawah selangkanganku. Meski begitu mbak Tika masih tetap mengerjai memek mbak Vina dengan lidahnya. Ketika penisku sudah bersarang di dalam lobang itu, lidah mbak Tika terus menyapu kelentit mbak Vina dengan ganas. Bahkan gerakannya semakin kencang seakan dia ingin memakan tonjolan daging mungil itu.
“Aaaaihhh.. mbaakk.. ahh.. diapain sih itilku mbakk? Aahh.. jadi.. jadii.. ahhh.. enaakkk” rintih mbak Vina menerima dua rangsangan yang berbeda di tempat yang berdekatan.
Aku kemudian menggoyang pinggulku maju mundur namun dengan gerakan pelan. Aku tak ingin kehebohan gerakanku membuat mbak Tika jadi tersiksa di bawah sana. Memang jepitan memek mbak Vina ini lain, terasa sangat erat dan keset. Kalau tidak dikocok perlahan pasti rasanya malah ngilu di batang kemaluanku.
“UUHh.. memek mbak Vina enak bangetthh.. ahh.. ngen-tootttt..”
Clokk... clookkk... clokkk.. clokkk..
“Aaahhh.. aaahhh.. aaaahh..." desah mbak Vina terdengar jelas.
“Hooohhh.. iya mbak.. enak ya mbak? Aahhh.. ngentot enak ya mbakk? Aahh..”
“Aaahhh.. aaahhh... iya Ngga.. hegh... enaaakkk” kata mbak Vina begitu terangsangnya.
Dengan posisi seperti ini, staminaku benar-benar dikuras habis, beberapa saat saja aku sudah tidak mampu memompa dengan baik dan berhenti karena cukup bikin pegal. Tapi aku kembali bertekad untuk membuat mbak Vina mencapai puncak kenikmatannya bersama batang kejantananku ini. Semangatku kembali menyala dan terus kusodok saja lobang memeknya itu dengan tempo cepat.