Sepertinya apa yang aku dan mbak Tika lakukan selama ini hanya sebatas memenuhi kebutuhannya pada kenikmatan persetubuhan saja. Selama mas Aryo tak ada di rumah memang aku dan mbak Tika sering ngentot, namun selepas itu kami seperti biasa saja. Apa yang kami lakukan hanya sebatas memberi rasa nikmat, tak ada perasaan yang terlibat di dalamnya.
Beberapa hari ini kesibukan kami masing-masing membuat kami seperti berhenti melakukan kegilaan apapun meski ada kesempatan. Aku sudah mulai masuk kuliah, mbak Vina sibuk dengan kerjaannya dan mbak Tika lebih memilih istirahat kalau siang. Memang kandungannya yang semakin membesar itu membuatnya cepat lelah. Namun begitu hasrat seksualnya malah semakakin meningkat.
Hampir setiap malam mbak Tika dan mas Aryo kudapati selalu ngentot di kamarnya. Kalau sudah begitu aku tinggal mendengar desahan dan lenguhan mbak Tika yang sedang digenjot oleh suaminya. Sebenarnya aku ada rasa pengen juga, tapi apa hak ku memintanya. Meski selama ini mas Aryo sudah tau kelakuanku dengan mbak Tika tapi untuk meminta istrinya memuasiku adalah sesuatu yang sangat menakutkan bagiku.
Hari Sabtu malam Minggu ini aku tak ada acara keluar rumah. Temanku Dendi yang biasanya mengajakku menginap di rumahnya juga ternyata pulang ke rumah orang tuanya di pusat kota. Jadilah aku malam ini cuma bisa bengong di kamar saja. Dari sehabis makan tadi aku hanya berdiam diri di dalam kamar sambil main Hp menonton video online. Memang badanku capek banget setelah seminggu ini sibuk mengikuti acara orientasi mahasiswa baru. Tapi kalau dibuat tidur terus malah bosan jadinya.
Daripada bengong di dalam kamar, mendingan aku pergi ke rumah mbak Vina saja pikirku. Lumayan ada yang bisa diajak ngobrol karena mbak Tika dan mas Aryo dari tadi sudah masuk ke dalam kamar mereka. Lampunya juga sudah dimatikan, mungkin mereka sama-sama capek jadi langsung tidur.
Meski hanya memakai celana dalam boxer aku dengan santainya pergi ke luar rumah dan masuk ke halaman rumah sebelah yang ditempati oleh mbak Vina. Aku sudah tak peduli ada orang yang melihatku begini, toh mereka cuma melihat seorang pemuda pakai celana dalam saja jalan keluar rumah, apa yang mau diributkan.
Saat sudah di depan pintu rumah yang ditempati mbak Vina, aku mendadak mendengar suara lelaki di dalam rumah. Suara itu kuayakini adalah suara mas Aryo. Aku jadi ragu antara mau masuk apa tidak, tapi aku tak ambil pusing, langsung saja kuketuk pintu rumah itu dengan agak keras.
Tok.. tok.. tok..!!
“Siapa?”
“Aku mbak” jawabku.
“Masuk aja Ngga.. ga dikunci kok” sahut mbak Vina dari dalam rumah.
Akupun membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah. Memang benar dugaanku, ternyata mas Aryo sedang duduk berdua dengan mbak Vina sambil ngobrol sesuatu yang penting rupanya. Hanya saja kulihat mbak Vina tak berusaha sedikitpun menutupi dadanya yang terbuka bebas. Dia nampak santai meski cuma memakai celana pendek saja.
“Loh, kok ga ada kopi buatku?” tanyaku berlagak mencari sesuatu yang tidak ada.