Beberapa hari yang lalu kami baru dapat kabar dari desa kalau hari pernikahan mbak Dina dengan pak Manto sudah ditentukan. Tepatnya minggu pertama bulan depan. Baru aku ketahui kalau ternyata yang bicara dengan pak Manto dulu adalah mas Aryo. Entah kenapa kakak iparku itu setuju dengan pernikahan mbak Dina dengan pak Manto. Kalau aku sih masih pikir-pikir juga mau memberikan mbak Dina pada juragan kaya di desaku itu. Namun karena semua sudah setuju maka akupun ikut suara terbanyak saja.
Kami sekeluarga merasa gembira karena pada akhirnya mbak Dina jadi menikah juga. Ibukulah yang paling bersyukur karena anaknya dapat jodoh orang kaya dan terpandang di desa kami. Meski hanya jadi istri ketiga tapi statusnya kalau di desaku akan sama dengan istri lainnya. Bahkan aku dengar mbak Dina sudah dibuatkan rumah sendiri oleh pak Manto, artinya bandot tua itu memang sungguh-sungguh dalam keingiannya.
Hubunganku dengan mbak Tika maupun mbak Vina masih sama. Bahkan cenderung datar. Semua karena kesibukanku di kampus sangat menyita waktuku. Tak jarang aku harus pulang sore karena ada mata kuliah yang geser atau dosennya minta di rubah. Kadang aku pulang sudah dalam kondisi capek dan lelah secara pikiran. Kalau sudah begitu aku pasti langsung tidur sehabis makan malam.
Sore itu mas Aryo dan mbak Tika pamit mau ke dokter. Aku yang memang belum mengantuk sengaja menunggu mereka pulang. Kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur sambil mendengarkan musik dari Hpku. Tanpa kusadari aku malah tertidur dengan pulas. Untung saja aku terbangun ketika kudengar suara lenguhan heboh dari arah ruang tamu.
Aku sudah hafal betul kalau suara lenguhan dan desahan itu berasal dari mbak Tika yang sedang ngentot dengan suaminya. Dengan sedikit memaksa diriku, akupun lalu bangun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarku. Sengaja aku buka pintu itu sedikit saja untuk memberi celah supaya hanya kepalaku saja yang keluar. Sedangkan tubuh telanjangku bisa sembunyi di balik dinding kamar.
“Wahh.. serun juga nih.. “ gumamku dalam hati.
Kulihat di ruang tamu mas Aryo sedang ngentot dengan mbak Tika yang sedang nungging di depannya. Lampu masih menyala terang hingga bisa kulihat lekuk tubuh mereka dengan jelas. Bahkan bagaimana penis mas Aryo yang besar berotot itu keluar masuk memek mbak Tika aku juga bisa melihatnya dengan jelas.
“Uhh... memek mbak Tika enakk..” gumamku saat penisku mulai aku betot dan kukocok dengan tanganku saat itu.
Aku teru saja mengamati apa yang mereka lakukan dari balik pintu kamarku. Tubhku yang sudah telanjang dari tadi semakin membuatku mudah untuk merangsang diriku sendiri dengan mengocok batang kemaluanku yang sudah ngaceng maksimal ini. Namun di tengah aku menikmati pemandangan itu tiba-tiba pandangan mataku dan mas Aryo saling bertemu. Aku ketahuan. Aku dipergokinya tengah mengintip acara ngentot mereka berdua.
“Daripada kamu cuma bisa ngocok mendingan sini.. gantian Ngga” ucap mas Aryo sambil melihat ke arahku. Aku terkesiap, seakan tak percaya dia bicara seperti itu padaku.
“Eh, iya mas.. heboh banget kalian” akupun menjawabnya dengan membuka pintu kamar.