"Terimakasih atas kerja samanya hari ini!"
Tanggal 7 Februari adalah hari terakhir mereka bekerja. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama merekam konten untuk mengisi debut mereka, serta melatih tarian dan vokal mereka, tiba saatnya mereka mengistirahatkan tubuh penat mereka selama satu hari penuh.
Soobin menutup pintu asrama mereka terakhir. Semua anggotanya sudah berbaur ke kamarnya masing masing. Bahkan Hueningkai yang selalu menghabiskan malam di kamarnya pun sudah berhenti mengunjungi kamarnya. Setidaknya dua hari yang lalu, ketika Taehyun berulang tahun, Hueningkai tak lagi tidur di ranjang Beomgyu.
Tak ada hal yang mengkhawatirkan terjadi. Semua pekerjaan berjalan lancar, begitu pun hubungan antar mereka yang tidak memburuk-meski juga tak membaik. Setidaknya mereka bisa debut dengan aman jika mereka mempertahankan hubungan mereka.
"Kau mau masak ramyeon hyung?" Soobin menyapa Yeonjun yang baru saja keluar dari kamarnya. Terlihat pemuda itu tengah sibuk meracik dan menghidupkan kompor. Mungkin itu alasannya yang tertua tidak menjawab pertanyaannya.
"Sebentar hyung," Soobin menahan tangan Yeonjun yang hendak menyiram air panas ke mangkuk ramyeonnya, "Apa kau memakan ini setiap hari?"
Yeonjun menatapnya kesal, "Apa yang kau inginkan?" Padahal perut Yeonjun sudah berteriak sedari tadi.
"Bukankah terlalu banyak ramyeon tidak baik? Apa kau tak memesan makanan lainnya?"
Yeonjun mendengus pelan. Tidak mungkin ia mengakui bahwa dirinya hanya bisa membeli ramyeon untuk makan? Perusahaan hanya memberikan mereka uang terbatas, dimana artinya mereka harus mencukupi kebutuhan mereka dengan uang masing masing.
"Jangan mengganggu Soobin," Yeonjun menepis tangan Soobin dan menyiram ramyeonnya sebelum meninggalkan Soobin. Biasanya Yeonjun akan menikmati ramyeonnya di sofa sambil menonton televisi. Namun kali ini ia memilih kamarnya sendiri untuk menghindari Soobin.
Asap mengepul memenuhi wajahnya. Hatinya berteriak senang ketika ramyeon berkuah itu diaduk. Aroma pedas menusuk hidungnya. Yeonjun tak pernah membenci ramyeon, bahkan tak masalah jika ia hidup dengan ramyeon di sisa kehidupannya.
Tepat ketika ia hendak menyendokkan mie itu, pintunya di ketuk. Tentu saja itu Soobin, karena Taehyun tak pernah menganggunya-imbas pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu.
Tak merasa dapat jawaban, kepala Soobin menyembul melalui celah pintu yang ia buka, "Aku memesan makanan, ayo makan bersamaku," Senyuman berdimpel muncul setelah ajakan itu berakhir.
"Tidak,"
"Ayolah hyung, aku memesan banyak,"
"Aku kenyang Soobin,"
"Kau bahkan belum memakan ramyeonmu,"
"Kau bisa memakannya bersama Taehyun dan Huening,"
"Ya memang, kita akan memakannya bersama. Aku juga membeli sup rumput laut untuk Taehyun,"
Perdebatan itu dihentikan ketika Soobin merebut ramyeon dari tangan Yeonjun dan menarik tangan itu tiba tiba. Soobin membawanya ke ruang tengah mereka. Terlihat Taehyun yang tengah menata sofa merapat ke dinding agar ruang tengah itu luas. Sementara Hueningkai kemudian datang membawa kantong makanan.
"Wah, apa yang kau beli hyung?" Binar mata Hueningkai semakin cerah ketika berbagai aroma masakan menyapa inderanya.
Hueningkai meletakkan kantong makanan itu perlahan dan mulai membongkar isinya. Taehyun diam diam tersenyum tipis ketika melihat mangkok sup rumput laut.
"Ada pizza, ayam goreng, dan sup rumput-"
"Aku ke kamar, aku sudah makan." Ucapan antusias Hueningkai terpotong ketika Yeonjun menghempaskan tangan yang menariknya dengan sentakkan. Atensi kini teralihkan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Dream
Fanfiction"One Dream! Annyeong haseyo, Tomorrow by Together imnida!" Ucapan serempak itu diucapkan dengan raut kesungguhan dan penuh senyum sumringah pada awal debut mereka. Kamera flash menangkap setiap kelima wajah tampan itu. Tak tampak celah pada masing...