Bab 15. Hancur

74 12 0
                                    

Siang harinya sepulang sekolah...

Di kontrakan Amato, kini sudah ada mobil polisi dan satu mobil mewah yang terparkir rapi di halaman kontrakannya.

"Siapa yang bawa polisi kesini, apa jangan-jangan..." Solar segera berlari masuk ke dalam kontrakannya. Disusul oleh saudaranya yang lain.

"Lo, ngapain lo datang kesini hah? Dan ngapain lo bawa-bawa polisi segala?" Tanya Taufan menunjuk orang di hadapannya.

"Taufan, Kaizo telah melaporkan kasus Ayah ke polisi. Mungkin memang ini saatnya Ayah untuk menebus semua kesalahan Ayah" Ucap Amato menyahuti pertanyaan Taufan.

"Nggak, nggak ada yang boleh bawa Ayah pergi" Ucap Thorn memeluk Ayahnya, namun Amato tidak membalas pelukan itu karena saat ini kedua tangannya telah diborgol.

"Lepasin Ayah gue, apa lo masih belum puas sama apa yang lo lakuin hah?" Ucap Blaze emosi.

"Belum, sebelum pembunuh ini masuk penjara. Seharusnya kamu itu berterima kasih pada saya, setidaknya nanti saat Ayahmu mati, dia tidak perlu masuk neraka, karena aku sudah membiarkan dia menebus dosanya di dunia" Ucap Kaizo, menatap tajam ke arah Blaze.

"Lo? Lo mau ucapan terimakasih dari gue kan? Biar gue tunjukkin ke lo gimana cara gue berterima kasih" Ucap Blaze mencengkram kerah baju Kaizo, kemudian dia mendorongnya, dan melayangkan pukulan ke wajah Kaizo.

BUGH!

"Pukulan pertama, terimakasih karena lo udah usir gue dan keluarga gue" Ucap Blaze

BUGH!

"Pukulan kedua, terimakasih karena lo Ice sekarang masuk rumah sakit, lo tahu nggak?" Ucap Blaze dengan nada lebih tinggi

BUGH!

"Dan ini pukulan terakhir, terimakasih karena lo udah penjarain Bokap gue" Ucap Blaze, masih belum melepaskan tubuh Kaizo.

"Blaze, cukup Blaze, tenang" Ucap Gempa menarik tubuh Blaze.

"Apa yang diucapin sama dia memang benar, Ayah harus dapat hukuman atas perbuatannya. Bukankah Ayah selama ini udah nikmatin kebebasannya selama 17 tahun. Mungkin ini udah waktunya Ayah mengakui perbuatannya" Ucap Gempa, dengan pandangan lurus ke depan.

Ucapan Gempa yang seperti itu, membuat seluruh saudaranya tercengang. Sedangkan Kaizo, malah tersenyum mendengar ucapan Gempa.

"Wow, Amato, putramu yang ini bijak sekali. Sepertinya sifat burukmu itu tidak menurun padanya. Baiklah, jadi apa aku boleh bawa Ayahmu pergi sekarang?" Tanya Kaizo pada Gempa.

Gempa hanya mengangguk, tanpa menoleh pada siapapun. Dia tidak memperdulikan tatapan kebencian dari para saudaranya. Air matanya kini mulai menetes, namun pandangannya tetap lurus ke depan.

"Kak Gempa, maksud Kakak apa? Nggak, nggak ada yang boleh bawa Ayah pergi" Ucap Thorn mengguncang tubuh Gempa.

"Lo gila ya Gem, orang itu mau penjarain Ayah kita, dan lo, lo malah setuju sama dia. Apa lo nggak peduli sama kita? Lo nggak peduli sama Ayah Gem?" Tanya Taufan memegang pundak Gempa dan mengguncangnya lebih keras.

"Aku, rasa ini memang yang terbaik untuk Ayah. Mungkin kalau Ayah masuk penjara, Ayah bisa mengurangi rasa bersalahnya pada keluarga Om Wira. Selama Ayah masih belum menebus kesalahannya, Ayah akan terus dihantui oleh rasa bersalah"  Ucap Gempa.

Semua orang hanya bisa terdiam mendengar ucapan Gempa. Mereka semua merasa jika ucapan Gempa ada benarnya.

"Kalian, jangan marah pada Gempa ya, apa yang dia katakan memang benar. Jaga diri kalian baik-baik, jangan bertengkar. Sampaikan pada Ice semoga cepat sembuh. Dan tolong jadilah adik-adik yang baik, jangan repotkan Halilintar ya" Ucap Amato, yang kini berjalan keluar rumah, menuju ke mobil polisi yang terparkir di depan rumahnya.

Mereka berlima hanya bisa memandang kepergian Amato dengan harapan Ayahnya akan segera kembali. Sedangkan Kaizo hanya memandang mereka berlima dengan tatapan iba, sebelum masuk ke mobilnya. Namun begitu dia mengingat kejadian yang terjadi di malam itu, dia pun kembali mengesampingkan rasa kasihannya.







Happy reading ya guys

Hari lagi happy banget nih

Nggak nyangka cerita Author yang berjudul "Saviour" berhasil meraih posisi pertama di #Blaze

Jadi semangat mikir nih

See you 👋😁

The Devil Boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang