Prolog

19 3 2
                                    

Gelapnya malam ditemani dengan sinar rembulan yang menembus gorden putih tipis kamar,
memancarkan cahaya remang-remang yang indah.

kilauan bintang bertebaran diangkasa,mata indahnya menatap langit,berharap jika malam ini akan indah dan damai.

ditemani dengan segelas susu coklat hangat,ia alihkan permata hazelnya dari langit kearah tumpukan buku dihadapannya.

helaan nafas terdengar,kembali mencatat beberapa tugas,kertas kertas tugas mulai terisi dengan untaian kata yang ia sematkan.

Drttt....Drtt....

kembali,permata itu teralihkan,ponsel yang ia taruh disamping tumpukan buku mulai bergetar menampilkan tulisan Nomor pribadi yang tertera dilayar ponselnya.

dahinya mengkerut,siapa yang menelephonnya tengah malam seperti ini?

untuk menghilangkan rasa penasarannya ia lalu menekan tombol hijau.

"Iya halo,ini siapa ya?"

"......."

Hening,tak ada sahutan dari seberang sana,menatap heran ponselnya kembali ia bertanya namun hasilnya tetap sama tak ada jawaban.

Helaan nafas terdengar dari mulutnya,ia menekan tombol merah dan panggilan pun berakhir.

Drttt.....Drtt...

Menatap kembali ponselnya,lagi-lagi nomor itu menghubunginya,dengan kesal ia menekan tombol hijau.

"Halo ini siapa?! kalo gak penting mending gak usah buang-buang waktu saya—"

"Zoyara"
...................

"ZOYARA SHELTRIN BANGUN!!"

Bruk.....

Sebuah vas bunga mendarat mulus dikaki jenjang itu,membuat sang empu kaki terlonjak kaget dan terbangun dari tidur nyenyaknya.

"Kamu ya! Anak gadis bukannya bangun pagi ini malah malas-malasan Liat udah jam berapa sekarang!!"

terengah-engah untuk beberapa saat pandangannya lalu mengarah pada jam dinding yang menunjukan pukul 06:17.

Wanita yang iya sebut Mama itu terus saja berbicara panjang lebar,membandingkan dirinya dengan anak tetangga mereka.

"Liat si Rasya,dia jam lima pagi udah bangun,bantiun ibunya beresin rumah,ngepel,cuci piring cuci baju,lah kamu jam segini baru bangun!!anak tetangga kita baru kelas delapan Smp udah bisa banggain orangtuanya,dia dapet mendali emas dari lomba tenis sedangkan kamu makin kesini nilai sekolah bukan makin bagus malah makin anjlok!!"

Menghela nafas lelah,ia mengalihkan pandangannya kearah lain selain pada wajah Mamanya.

kali ini ia gagal mendapatkan nilai sempurna.97 adalah angka yang ia dapatkan jika kebanyakan orang akan menganggap itu adalah nilai yang sempurna namun kedua orangtuanya menganggap bahwa itu adalah bencana.

"Udah Ma,ngapain ngurusin dia,gak guna juga diomongin kalo pada akhirnya masuk telinga kanan keluar telinga kiri"Dari arah pintu kamar sang kakak berucap,memandang remeh gadis yang sedari tadi memandang jendela disamping ranjangnya itu.

Sang ibu lalu keluar dari kamarnya,meninggalkan dirinya yang berusaha sekuat mungkin untuk tak mengumpati kedua perempuan itu didepan orangnya langsung.

Ia mengusap kakinya yang terasa perih,ada sedikit luka memar yang mulai membiru tepat pada bagian tulang kering kakinya.

Meringis saat berdiri,dengan tertatih ia berjalan kearah kamar mandi,tak lupa ia letakan kembali Vas bunga yang tadi berhasil membuat kakiknya memar ketempat semula.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OBSSESIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang