03.

7 1 0
                                    

Sekarang sudah pukul 20:31.
Semua orang yang ada di dalam kamar asrama nomor 102 tidak bisa tidur dikarenakan takut Fella akan meneror mereka lagi pada malam ini.

Drttt

Suara dering handphone berbunyi. Semua sorot mata menatap Araya, namun bukan dari handphone nya. Tiba-tiba semuanya menatap Kenzi yang tengah bengong.

Dengan kesadaran penuh Kenzi bertanya pada mereka. "Kenapa liat-liat?" Sekarang Kenzi sudah kepedean.

"Handphone lo bunyi pea!" Ujar chelsa sambil menoyol kepala pacarnya yang agak.... Gitu lah.

Kenzi membuka handphone nya, dan melihat 1 notifikasi.

"Siapa?" Tanya Sisil heran. Semua sorot mata fokus menatap Kenzi Dnegan penuh keyakinan bahwa itu adalah Fella.

"Akulaku." Jawab Kenzi santai yang malah membuat semua orang menatapnya malas.

Drtt

Kali ini bukan handphone Araya lagi, dan bukan milik Kenzi juga. Saat mendengar suara dering itu, semua orang menatap Chelsa, karena memang suara dering itu berasal dari sana.

Tanpa basa basi, chelsa langsung membuka handphone nya dan melihat siapa yang memberikan pesan padanya di malam hari?

"Siapa?" Kali ini tanya Araya yang berhasil membuat semua orng menatap Araya sebentar laku beralih ke chelsa lagi.

"Gak tau, nomor gak di kenal." Ucap Chelsa.

"Coba liat dulu." Perintah Sisil di sertai anggukan kecil dari Chelsa.

+62 896 **** ****

+62 896 **** ****
|Chel, tolongin gue pleasee

Chelsa menatap aneh ke layar handphone nya. Ia segera memperlihatkan nya pada teman-temannya yang sudah kepo.

"Coba tanya dia siapa." Ucap Kenzi. Chelsa langsung mengetik pesan kepada orang asing itu.

Lo siapa?|

|Ini gue Chel! Fella
Please chell, tolong guee
Dada gue sesek

Degg

Chelsa tidak tau harus bagaimana. Fella? Sahabatnya? Tidak mungkin. Gadis itu sudah lama tiada.

"Eh, apa Jangan+jangan itu roh Fella? Kan dia meninggal karena penyakit jantung kan? Jantung di dada kan??" Tanya Kenzi di sertai anggukan kecil semua temannya.

"Iya juga ya. Dia ada dendam kali ke kita." Ucap Sisil yang berhasil membuat chelsa terdiam dan memberikan handphone nya kepada Araya untuk melanjutkan nya mengetik.

Araya juga masih bingung, betul juga kata Kenzi. Namun ia harus berpikir positif, mungkin ini orang iseng kan? Atau mungkin memang Fella yang lain.

Saat sedang mengetik, tiba-tiba handphone chelsa mati. Gadis itu langsung mengambil handphone nya dan menyalakan ulang.

"Kenapa?" Tanya Sisil melihat ekspresi chelsa kebingungan.

"Hp gue kerestart. Gak tau tiba-tiba banget." Jawab Chelsa membuat semua orang melotot.

"Artinya semua nomor Whats*pp di situ ilang dong??"tanya Ilham.

"Ya gak semua. Tapi paling gak ke save beberapa." Ucap chelsa.

"Yaudah, sekarang kita tidur aja. Besok sekolah." Perintah Araya yang langsung berjalan menuju ranjangnya dan merebahkan tubuhnya di sana. Semua orang di kamar itu juga merasa lelah. Akhirnya mereka kembali tidur Dnegan nyenyaknya.
.
.
.
Pagi datang, matahari terbit Dnegan cahayanya yang menghangatkan dan membahagiakan. Seolah-olah sinarnya memberikan kesan semangat dan ceria untuk hari ini.

Semua siswa/siswi sudah berada di kelas masing-masing. Semua sedang menunggu bell masuk berbunyi.

Drtt

Handphone milik Araya berbunyi menampilkan telepon dari kontak yang ia save dengan sebutan 'bunda' itu.

Araya keluar dari kelas dan mencari posisi yang baik untuk menerima panggilan telepon itu.

"Hallo?"

"Iya, hallo Bun."

"Araya gimana kabarnya??"

"Puji Tuhan, sehat Bun.... Kalo bunda gimana kabarnya??"

"Puji Tuhan sehat sayang... Bunda lagi seneng ini... Tadi malem Fella bilang ke bunda mau pulang ke rumah nanti jam 12 siang.... Tadi Fella ngirim surat lewat pos."

Mata Araya membulat tidak percaya Dnegan perkataan bunda Fella itu.

"Yaudah segitu dulu ya, Ray. Udah mau bel tuh, sekolah yang rajin biar pinterr."

"I-iya Bun."

Tutt

Araya masih diam mematung, antara senang atau khawatir. Senang Fella masih hidup, atau khawatir akan kesehatan bunda Fella.

Tringg

Bell masuk sudah berbunyi. Araya langsung bergegas memasuki kelas supaya tidak didahului oleh guru.

Dalam pelajaran ini, sepanjang pelajaran. Araya hanya diam sambil memikirkan apa yang ia dengar dari bunda Fella itu.

"Fella masih hidup? Atau udah gak ada?" Batin lelaki itu menggebu-gebu.

Araya tipe yang suka memendam sesuatu sendiri. Ia lebih memikirkan 3× untuk memberitahu teman-temannya atau tidak perlu.

Karena jika ia sebarkan, maka akan banyak pertanyaan yang meluncur untuknya, alhasil akan membuat semua orang heboh dan membicarakan apa saja yang malah ujung-ujungnya merendahkan orang lain atau berkata hoax dengan menyebarnya.

🍁🍁🍁

🥱 Cape banget deh. Tadi udah bikin yang part 3 nya, tapi tiba-tiba kepencet hapus

Ya alhasil bikin ulang walaupun mata udah ngantuk banget🥱🥱

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!!

16 SEPTEMBER 2024

MISTERY LANTAI 11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang