[10] Jerk

307 46 5
                                    

TW!

Terdapat tindakan yang mengundang rasa ketidaknyamanan di episode ini.

Minji seakan berubah menjadi seorang yang benci nyawa, menatap angkuh balik Kang Dong-Hyun bak pria di hadapannya merupakan seseorang yang dapat ia kalahkan sekali pukul. Otak rasionalnya memang masih bekerja, ia tak peduli akan rasa takut yang silih menggerogoti mentalnya. Dae-Hee yang memberikannya kekuatan seperti ini, tak ada alasan lagi baginya untuk bergidik ciut.

"Otakmu pindah ke lutut, huh, Jalang?" Dong-Hyun meludahkan kata tersebut dengan mudah, terus ingin menginjaki harga diri gadis itu bahwa Minji bukanlah siapa-siapa yang pantas membusungkan dadanya berani di hadapan pria Kang.

"Orang-orang seperti kalian memang pantas dilempar ke dalam neraka. Aku tidak peduli apa yang kau katakan, aku akan menyelamatkan Song Dae-Hee dan memenjarakan kalian semua."

Suaranya lantang berani, tak mempedulikan insan-insan yang hadir di sini bisa jadi mencabik-cabiknya habis. Mungkin Minji hanya bagaikan domba yang dikelilingi serigala, akan tetapi rasanya tak ada alasan yang benar baik mengingat kondisi yang telah diemban Minji dan Dae-Hee. Orang-orang jahat ini harus dihukum, oleh alam, Tuhan, atau bahkan dirinya sendiri.

"Aku melempar tantangan padamu, Kang Dong-Hyun."

Mungkin Minji bodoh. Mungkin Minji munafik. Sejak awal Minji hendak menghindari masalah utama di komik ini, dan bertahan hidup sambil mencari cara untuk kembali ke dunia nyatanya.

Ia sudah terlanjur "lompat ke bawah sungai, sudah keburu basah". Terlambat untuk mundur dan ketakutan. Ia telah menyemburkan dirinya pada masalah, selesaikan apa pun yang dimulai.

Notaben Kang Dong-Hyun yang merupakan seorang pemimpin geng berbahaya di Korea, mengingatkan kembali bahwa ia datang dengan beberapa bawahannya yang siap melakukan apa pun pada "majikan" mereka.

Tarikan di kerah pakaian milik Minji berhasil membuatnya tersentak, tapi bukan berarti melunturkan keberaniannya. Ia tahu ia dalam bahaya dalam waktu yang sangat dekat. Dan ia telah siap menghadapi berbagai siksaan atau penderitaan yang diterima, apabila itulah yang harus dilakukannya sebagai salah satu bagian rencana.

Salah satu pria tambun berkepala plontos mengangkat Minji bak seekor anak kucing, dengan tangan sebesar tampah telah siap terkepal untuk menghukum Minji.

Siulan menggoda keluar dari seorang pria, Saburo yang sedari tadi menonton dengan penuh minat. "Lihat apa yang dilakukan oleh 'sampah'mu? Kau baru melihat yang seperti ini, bukan?" Saburo menyeringai, berniat memancing insting tajam Dong-Hyun.

BUK

Sebuah pukulan berhasil mendarat di atas wajah Minji yang baru saja pulih beberapa hari lalu. Si pria tambun yang kelihatannya sudah tak sanggup menahan amarah untuk menghajar sang gadis atas tindakannya yang terlampau berani.

"Hei, berhentilah."

Dong-Hyun mendongak. Song Dae-Hee masih membeku di kursi di sebelahnya, seakan nyawanya sudah siap melayang. Sedangkan si pria bajingan, menyeringai lebar, menunjukkan sebuah gigi taring yang sedikit mencuat keluar. Sebagai seorang yang biadab, ia sudah sering menghadapi orang-orang yang pada akhirnya mau tidak mau menerima nasib hidupnya untuk tersiksa dalam kungkungan Dong-Hyun ataupun organisasinya. Sekalinya seseorang berani menantangnya, mereka berakhir gagal.

NOWHERE TO GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang