2 || First Imppresion

233 53 8
                                    

"Lu bisa gak usah rusuh gak? Nanti dia bangun jir!"

"Tapi kan kita emang mau bangunin dia, bang."

Samar-samar rosie mendengar suara seseorang. Pelan-pelan dirinya membuka mata, hal yang pertama kali di lihatnya adalah tiga orang pemuda yang menatapnya dengan tatapan meringis?

Rosie yang kaget tentu saja langsung beringsut mundur dan melemparkan bantal kearah tiga pemuda tadi.

"SIAPA LU?! SOPAN MASUK KAMAR CEWEK SEMBARANGAN?!"

Tiga orang tadi tentu saja berusaha menghalau serangan Rosie, salah satu diantaranya mencoba mendekat menenangkan. "Tenang oke? Kita saudara lu. Jadi bisa gak berhenti lemparin barang-barang?"

Tangannya yang baru saja mengapai jam beker berhenti di udara, dirinya menatap pemuda itu dengan aneh. "Kita minta maaf udah masuk sembarangan, niatnya kita cuma mau bangunin doang kok. Ini udah malem dan Mama minta gue samperin lu, tapi pas gue ketuk lu gak nyaut dan ternyata pintunya gak dikunci. Jadi ya, gitu." Pemuda itu mencoba menjelaskan dengan panjang lebar.

"Gue Harsa, dan dua orang ini Satria sama Dikara."  Lanjutnya saat sadar mereka belum memperkenalkan diri.

"Tadi gue mau bangunin lu sendirian tapi gak tau nih dua curut malah ngintilin."

Rosie menghela nafas. "Sekarang kalian keluar! Gue bisa turun sendiri nanti."

Dikara tersenyum konyol. "Gue seneng banget deh punya adek perempuan."

Bukannya menuruti permintaan Rosie, Dikara malah mengatakal hal lainnya. "Tapi kalian seumuran." Satria menceletuk tanpa dosa. Dikara sendiri hanya menatap Satria dengan tajam. "Gapapa, dia tetep adek gue."

"Kan, emang kesalahan nyuruh Harsa bangunin Rosie." Keempatnya serentak menoleh kearah pintu. Joshua bersedekap dada berdiri disana. "Satria, Dikara ngapain kalian di sini?" Joshua bertanya dengan datar. Keduanya hanya cengegesan kemudian memberikan tanda peace.

"Kalian bertiga mendingan turun, biar Rosie nanti sama Kakak." Ketiganya menurut dan tidak membantah sama sekali.

Sepeningalan ketiganya, Joshua menatap Rosie dengan senyuman. "Maaf ya harus ganggu istrihat kamu, tapi kamu belum makan. Kamu bisa siap-siap dulu sebelum gabung, buat baju dan segala keperluan kamu udah disusun rapih sesuai tempatnya."

Rosie hanya mengangguk mengerti kemudian mengusir Joshua secara halus. Dirinya berjalan gontai menuju kamar mandi, Rosie tidak bohong jika perutnya memang membutuhkan asupan.

Sepuluh menit kemudian Rosie keluar dengan menggunakan baju santai. Setelah memastikan penampilannya dirinya turun untuk bergabung dengan keluarga barunya itu.

Dari kejauhan sudah terlihat meja panjang yang sudah diisi beberapa orang, dirinya menggeleng takjub.

Jovan adalah orang pertama yang menotice keberadaan Rosie yang terbengong menatap mereka di depan pintu masuk. "Oi sini gabung, ngapain cosplay jadi patung selamat datang disitu?"

Rosie tersadar, dirinya menatap Jovan dengan tatapan tidak suka dan memilih duduk menghampiri Ibunya. Sang Ibu hanya tersenyum.

"Hallo kak Rosie, ketemu lagi sama Dion." Rosie menatap datar Dion yang duduk disebrangnya.

Rosie hanya diam, membiarkan ibunya yang mengalaskan lauk dan nasi untuknya, setelahnya dia makan dengan tenang. Tidak memperdulikan keributan di meja makan itu.

"Sagara telat ya?" Dirinya mendongkak menatap seseorang yang baru saja datang, diantara yang lainnya pemuda ini semacam memiliki aura dominan yang kuat.

"Gapapa bang, duduk biar Mami ambilin makanan buat kamu." Pelita dengan cekatan mengambil piring bersih untuk diisi dengan nasi dan lauk pauknya, kemudian diberikan kepada orang bernama Sagara itu.

UNEXPECTED BONDSWhere stories live. Discover now