JAEHYUN mendengus pelan saat gendang telinganya diusik oleh sebuah suara yang menggema dari sisi kirinya. Ketika ia membuka mata, Jaehyun lantas mendapati bahwa seseorang baru saja menelponnya. Senyum pun merekah sempurna di bibir Jaehyun kala ia membaca nama kontak yang tertera di layar gawai miliknya. Nama yang membuatnya diselimuti rasa rindu belakangan ini.
“Halo? Jaehyun?”
“Apa kau sudah bangun?”
“Apa kau tidak ingat kalau hari ini kau akan terbang ke Milan?”
Kekehan mengalun lembut dari celah bibir Jaehyun saat sosok lelaki di seberang sana mulai bersuara. Sosok itu tak lain dan tak bukan adalah sang pujaan hati, Taeyong. Kekasihnya itu melayangkan pertanyaan bertubi-tubi seolah ia sangat tergesa-gesa saat ini.
“Halo, Sayang.”
“Aku sudah bangun.”
“Aku juga ingat kalau hari ini aku akan ke Milan jam sembilan pagi.”
Jaehyun menjawab satu persatu tanya yang tadi dilayangkan oleh Taeyong. Dapat ia dengar sang kekasih seketika menghela napas di seberang sana.
“Bisakah kau menyalakan kameramu sebentar?” tanya Jaehyun, “Aku ingin melihat wajah cantikmu sebelum kau kembali menyimpan hpmu di lemari.”
Kini giliran Taeyong yang terkekeh. Dan tanpa menjawab pertanyaan Jaehyun, Taeyong lantas menyalakan kamera depan gawainya hingga kini panggilan mereka berubah menjadi panggilan video. Namun, tepat saat Taeyong bisa melihat wajah Jaehyun, ia refleks melebarkan mulutnya. Pun matanya yang ikut melotot terkejut.
“Yaa! Sejak kapan kau mewarnai rambutmu itu?” Taeyong berdecak kecewa, “Kau tak memberitahuku!”
“Aku sudah berusaha menelponmu saat aku di salon kemarin, Sayang. Tapi ponselmu mati. Jadi, aku pikir akan lebih baik jika aku memberimu surprise,” Jaehyun cengar-cengir.
“Bagaimana? Apa kau suka warna rambut baruku?” timpal Jaehyun sambil memperlihatkan warna rambutnya yang telah dicat dari hitam menjadi platinum blonde.
“Tidak,” cebik Taeyong.
“Kenapa? Bukankah kau menyukai warna ini?” tanya Jaehyun. “Oh, atau pacarku ini sedang merajuk ya? Hm?”
“Aku tidak suka karena aku tidak bisa bersamamu saat warna rambutmu sebagus itu, Jaehyun.” bibir Taeyong melengkung ke bawah. “Kau sangat tampan dengan warna rambut itu.”
Jaehyun tersenyum puas mendengar pujian kekasihnya. “Tapi apa kau tau hal menarik apa yang ku alami sejak aku mengubah warna rambutku ini?”
“Apa, Sayang?”
“Hair stylist di salon berkata bahwa aku terlihat sedikit mirip denganmu karena warna rambutku ini,” kekeh Jaehyun. “Lalu saat aku kembali ke perusahaan kemarin, teman-teman yang lain juga mengatakan hal yang sama. Bahkan manager kita meledek aku dengan berkata bahwa aku harus segera menikahimu saat kau kembali. Karena wajah kita mirip, berarti kita berjodoh. Entah teori dari mana itu.”
“Ya, kau memang harus menikahiku.”
“Tentu, tenang saja.” Jaehyun kembali mengulas senyum manisnya. “Kau ada kegiatan apa hari ini? Tumben sekali kau menelponku sepagi ini.”
“Aku akan pulang ke rumah calon mertuamu, aku mendapat jatah libur Chuseok.” sahut Taeyong. “Aku juga bangun sepagi ini untuk memastikan kalau calon suamiku tidak kesiangan untuk berangkat ke Milan karena tak ada aku yang membangunkannya di apartemen seperti yang sudah-sudah.”
“Kau memang paling mengerti aku, Sayang.” kekeh Jaehyun. “Kau pulang ke rumah Ibu Lee jam berapa, hm?”
“Lima belas menit lagi aku akan berangkat ke stasiun,” jawabnya. “Sekarang kau juga harus segera bersiap-siap sebelum manager hyung datang dan memarahimu, Jaehyun.”
“Sepertinya lima belas menit cukup.”
“Cukup untuk apa?” alis Taeyong mengernyit mendengar ucapan rancu lelaki yang lebih muda darinya itu.
“Cukup untuk menemaniku mandi,” Jaehyun tiba-tiba memasang tampang memelas. “Aku masih ingin berbicara denganmu, Taeyong. Aku... Rindu...”
“Jadi kau ingin aku melihatmu bertelanjang di kamar mandi?”
“Mhm,” Jaehyun menyeringai. “Kau bisa ikut bertelanjang jika kau mau.”
“Akan ku matikan teleponnya.”
“Taeyooong, aku mohon. Aku hanya ingin berbincang-bincang lebih lama denganmu.” pinta yang lebih muda.
“Panggil aku hyung terlebih dahulu.”
“Hyung, temani aku mandi.”
Taeyong tersenyum meledek. “Oke, tapi aku hanya akan menemanimu berbincang-bincang. Jadi jangan harap aku akan berdesah untukmu, Yuno.”
“Kau barusan memanggilku apa?”
“Yuno. Jeong Yuno. Itu namamu.”
“Bukannya kau yang dulu sangat menyayangkan namaku diganti menjadi Yuno?” ledek Jaehyun. “Sepertinya kau sudah mulai berdamai dengan keadaan, hyung.”
“Berhentilah mengoceh atau aku tidak akan menemanimu mandi.” tegas si pujaan hati, sedang Jaehyun refleks melakukan pose hormat ke Taeyong.
“Siap, Platon Lee!”
A/N:
Halooow! Masih ada yang nyimpen book ini ga yaa? Long time no see. Aku tiba-tiba kangen banget nulis di sini. Agak aneh rasanya nyoba nulis pake gaya menulisku yang lama since aku sekarang mostly nulis AU di X pake percakapan non baku huhu. Tapi aku harap update-an ini masih diterima yaa sama kalian hahaha.Have a nice day! ♡
Have a jaeyong day! 🍑🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Off Camera | Jaeyong ✓
Fanfic❝Jaehyun like kimchi. I like Jaehyun❞ M/M | ONESHOT, DRABBLE, FICLET COLLECTION | T-M Just a book that had the writer's imagination about Jaehyun and Taeyong's life behind the camera. Well, they're known as off cam couple, right? If you feel like yo...