Roti panggang berada di apitan bibirnya. Ponsel pintar dijepit kepala dan bahunya. Jarinya sibuk bergerak di touchpad sembari mata melesat dari satu baris ke baris tulisan di layar laptop.
Pagi ini Victor Leonard Kim memang sedang sibuk menilai tugas para mahasiswanya. Dia tidak sempat memasak sarapan, apalagi membuat bekal untuk makan siangnya.
"Hmm. Sampai ketemu."
Panggilan telepon diakhiri, lalu pria tampan yang berprofesi sebagai dosen itu meletakkan ponsel dan mematikan laptopnya. Dia melipat lengan kemejanya hingga mencapai siku. Berdiri di depan cermin lantas mengacak rambutnya.
Hanya di bagian rambut saja dosen tampan itu sengaja membuatnya terlihat berantakan. Dia enggan menata rapi rambutnya untuk menghindari kesan formal saat mengajar, tanpa dia tahu kalau penampilannya itu justru membuat para betina dan jantan semakin terpesona padanya.
"Aku tidak punya waktu menyiapkan kamar tamu," monolognya.
Dia lantas menutup pintu kamar, berjalan menuju ruang makan, menuangkan air putih di gelas lantas meneguknya. Tangannya mengambil sebuah apel di meja sebelum mengayunkan tungkainya guna membuka pintu utama setelah mendengar bel.
"Victor!" Seorang wanita berparas cantik dengan gummy smile-nya memeluk Victor.
Victor tidak merespon pelukan wanita bernama Jennifer, tapi dia juga tidak menolak. Dia hanya pasrah saat wanita yang berstatus sebagai sepupu, sahabat, dan cinta pertamanya itu mengguncang tubuhnya.
"Karena kau sudah ada di sini, aku bisa pergi sekarang," kata Victor setelah Jennifer melepas pelukan.
Alis Jennifer bertaut memandangi sepupunya. "Kau mau pergi? Aku ini baru sampai, Vic."
Victor mengabaikan Jennifer. Dia memutar tubuh, masuk ke dalam untuk mengambil tas dan blazernya. "Maaf, Jen, tapi aku sudah terlambat." Mengambil kunci mobil. "Kau bebas memilih kamar manapun asal bukan kamarku," serunya seraya keluar rumah.
"Yak! Setidaknya bantu aku mengeluarkan barang-barangku!" teriak Jennifer kesal. "Si brengsek itu tidak berubah. Padahal aku baru sampai di Korea. Bukannya menyambutku, dia malah meninggalkanku." Menggerutu sambil berjalan menuju mobil. "Sayang, bisa bantu Mommy mengeluarkan koper-kopermu?"
Yang diajak bicara hanya memutar bola mata, lantas turun dari mobil, menghentakkan kaki meninggalkan Jennifer memasuki rumah Victor.
🐾 ꂵꌩ ꒒ꂦꃴꍟ꒒ꌩ ꋪꍏꌗꉓꍏ꒒ 🐾
"Selain Aristoteles, Plato, dan Socrates, masih banyak filsuf yang dikenal dunia. Baruch de Spinoza adalah salah satu contoh dari kalangan Yahudi. Lalu dari kalangan Muslim ada Al Kindi, Ibnu Sina, Al Ghazali, Ibnu Bajjah, juga Ibnu Thufail." Victor melirik jam tangannya. "Karena waktunya tidak cukup, jadi tugas untuk membahas masing-masing tokoh ini aku serahkan pada kalian." Mematikan laptop dan menutupnya. "Jika ada mahasiswa membahas tokoh yang sama, maka mereka harus menyalin ulang semua tugas teman sekelasnya." Melayangkan senyum kotak.
Seketika kelas menjadi gaduh. "Profesor, anda terlalu kejam."
Victor hanya terkekeh mendengar keluhan mahasiswanya. "Maaf, teman-teman. Sampai jumpa minggu depan."
Dosen tampan dengan surai berantakan itu memang selalu menyebut mahasiswanya dengan kata teman. Maklum saja, usia mereka dengan Victor memang tidak terpaut jauh.
"Profesor." Seorang mahasiswi berlari kecil menyusul Victor.
"Aku tidak akan memberikan keringanan untukmu, Jisoo-ya," ujar Victor tanpa melirik gadis yang terengah di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
General FictionKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...