Tentang Sheila

79 16 2
                                    

Malam ini, Tristan termenung sendirian di Kamarnya. Kini ia bisa menghela nafas lega karna Nayla sudah tak marah padanya lagi soal ia yang meninggalkan Nayla ketika gadis itu terluka. Mungkin karna Tristan yang berhasil menemukan Nayla saat diculik, makanya gadis itu luluh.

Saat ia tersenyum-senyum memikirkan Nayla, seketika Tristan terhenyak. Kalau ia pikir-pikir, Nayla mengingatkannya pada seseorang. Wajahnya, senyumnya. Tristan mengenali itu. Seketika satu nama terlintas dibenaknya.

"Sheila." Gumam Tristan pelan.

Sesaat kemudian, Tristan tersentak. Ia ingat sesuatu. Segera ia bangkit dan membuka-buka laci nakas. Mencari-cari sesuatu yang selalu ia bawa saat mereka berpindah-pindah tempat. Benda yang selalu Tristan jaga agar tak hilang.

Senyumnya sumringah ketika ia berhasil menemukan kotak kecil itu. Sambil menuju kasur, Tristan memandangi kotak itu penuh senyuman. Perlahan, ia membuka tutup kotak itu. Hingga akhirnya sebuah benda kecil berkilau menyembul dari dalam kotak sana.

"Permata ini?"

Tristan mengambilnya. Ia menggenggamnya penuh kehati-hatian. Ingatannya seketika berputar di kepalanya mengenai 700 tahun yang lalu sebelum ia menjadi vampir.

Flashback On...

Dua insan sepasang remaja, tengah duduk diatas sebuah batu besar dibawah pohon. Si laki-laki itu menggenggam tangan sang kekasih begitu erat.

Jika biasanya mereka dikenali sebagai Tristan dan Nayla, maka jawabannya salah. Mungkin itu Tristan, memang benar. Tapi, Tristan bukan sedang bersama Nayla. Melainkan Sheila. Sheila begitu cantik dengan gaun putih dan bando bunga yang dikenakan dikepalanya.

"Aku sangat mencintaimu Sheila." Ucap Tristan ketulusan.

Sheila, gadis yang memiliki wajah yang sangat mirip seperti Nayla itu tersenyum haru mendengar ungkapan Tristan.

"Aku juga sangat mencintaimu Tristan."

Keduanya saling tersenyum dimabuk asmara. Tak peduli dengan perbedaan mereka. Jika ada cinta, kenapa harus ada perbedaan?

Kedua insan itu saling memeluk penuh kasih sayang satu sama lain. Menyalurkan perasaan bahagia mereka masing-masing. Seolah mereka mengatakan pada semuanya, jika tak ada yang bisa memisahkan cinta mereka, kecuali maut. Hingga begitu lama mereka saling menyalurkan rasa, sebuah suara tegas hadir di pendengaran mereka.

"Sheila!" Panggil seorang lelaki paruh baya dengan tegas dari kejauhan.

Mendengar itu, seketika raut wajah mereka menjadi panik. Terutama Sheila. Gadis cantik itu menatap Tristan khawatir.

"Tristan! Pergi dari sini! Jangan sampai ayah tau dengan keberadaanmu disini." Pinta Sheila memohon.

Tristan menggeleng tegas, "Tidak, Sheila! Aku tidak akan meninggalkanmu!"

"Aku mohon, Tristan! Aku tak ingin kau menjadi samsak kemarahan ayahku. Ayah pasti tak merestui hubungan kita."

"Apa salahnya kita mencoba dahulu? Jika memang hubungan kita tak direstui karna aku adalah manusia, maka aku siap menjadi vampir sepertimu."

Sheila menggeleng ribut, "Tidak, Tristan! Jangan ceroboh! Menjadi vampir, tidak semenyenangkan itu! Aku tak mau kau menderita hanya karna kamu menjadi vampir."

"Apapun resikonya, aku siap!"

Tak berhasil membuat sang kekasih luluh, mereka akhirnya terlambat bersembunyi. Alhasil, lelaki paruh baya itu tiba melesat di dekat mereka.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang