Bersama Hujan pt4

207 31 6
                                    

...

Hari ini Rakha kembali telat ke sekolah, pasalnya niat yang semula ia urungkan tak jadi ia urungkan, salahkan saja pikirannya yang selalu merasa penasaran.

Pada akhirnya rakha memutuskan untuk Puter balik dan dengan hati mantap masuk kedalam gedung rumah sakit itu.

Kata sang dokter dia harus menunggu hasil tesnya dulu sekitar dua hari baru bisa di ambil.

Rakha tak ambil pusing soal itu, karena sang dokter hanya berkata kemungkinan yang ia rasakan itu hanya sakit kepala biasa.

Perasaan Rakha sedikit lega, kekhawatiran yang menyelimuti hatinya kini sedikit berkurang, bahkan walaupun ia terlambat ke sekolah, wajahnya tetap saja berseri dengan senyuman terpatri meski di sambut wajah tak bersahabat dari pak Asep, pasalnya ia yang ketahuan memanjat pagar sekolah.

"Kenapa lagi hari ini bocah? Nyasar lagi" Tanya pak Asep setelah Rakha berhasil turun dari pagar.

"Tadi abis periksa ke dokter pak, cantengan saya" 

"Ngarang aja kamu! Itu jalannya juga kenapa kaya bebek" komentar pak Asep yang melihat cara Rakha berjalan agak kepayahan.

"Kan kaki saya cantengan pak,"

Pak Asep menggeleng kan kepala.

"Berdiri kamu di bawah tiang bendera" titahnya.

"Panas pak"

"Kenapa? Bendera nya mau saya bawa ke kutub Utara biar adem?"

"Jangan pak, yang ada dimakan beruang saya nanti"

"Yaudah ngga usah banyak protes"

Rakha mendengus, pak Asep memang terkenal akan keganasannya di sekolah.

"Saya tuh heran sama kamu, saya itu baru nemuin anak yang bandel minta ampun kaya kamu"

"Ngga papa bandel pak, yang penting jangan jadi sampah masyarakat" celetuk Rakha.

"Heh!! Ngomongnya"

"Bener kan pak? Sekolah elit kaya gini ternyata banyak sampah masyarakatnya"

"Kamu juga sama, ngga usah sok bener, baru aja pindah sekolah, udah bikin ulah, di sekolah  lama kamu juga begitu ya makanya kamu pindah?"

"Ih si bapak suudzon Mulu"

"udah sana berdiri saya bilang, atau kamu mau bapak suruh bersihin toilet selama satu bulan?"

Rakha mencebikkan bibirnya kesal, namun tetap saja menuruti titah pak Asep, ya daripada bersihin toilet selama satu bulan, udah bau pesing, mana toiletnya serem lagi, dan konon katanya di toilet itu ada hantu ceweknya, Rakha yang notabenenya anak penakut akan hal semacam itu pun mending cari aman saja.

Dua jam lebih Rakha berdiri di bawah tiang bendera, bahkan mata Rakha sudah kunang kunang, tenggorokannya kering, peluh sudah menetes membuat rambutnya basah bak di siram air.

"Paak udah ya, bentar lagi saya jadi orang asin nih" teriak Rakha

Dan benar saja, tak berselang lama bel tanda istirahat berbunyi.

Rakha bernafas lega, akhirnya ia bisa berteduh, namun baru beberapa langkah kepalanya tiba tiba sakit membuatnya langsung berjongkok, entah kenapa akhir akhir ini sakit kepalanya sering muncul.

"Lo kenapa?" Tanya seseorang  sembari memegang kedua bahu Rakha untuk membantunya berdiri.

Rakha memejamkan matanya sejenak guna mengusir sakit yang menggangu kepalanya.

"Kita ke UKS aja ya" ujar si pemuda yang tak di hiraukan oleh Rakha.

Ketika sakitnya mulai mereda Rakha membuka matanya dan melihat seseorang yang telah membantunya.

BARA dan semestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang