03

177 51 19
                                    

Satu jam yang lalu rasanya cuaca amat teduh, tapi sekarang mendadak terik matahari menyoroti tubuh Rosebelle. Beberapa bulir keringatnya beringsut turun membasahi pelipis, punggung dan dadanya.

Rosebelle menyeka keringat di pelipisnya, menarik turun topi jerami yang melingkar di kepalanya saat mendongak hendak memelototi si biang panas hari ini. "Sial."

Tidak bisa. Kalau lebih lama lagi Rosebelle bisa pingsan. Pandangannya sudah sedikit buram. Tubuhnya juga sudah melemas karena anemia yang ia derita. Dan kali ini, mungkin dia juga terkena hipoglikemia.

Manik safir Rosebelle terpejam guna menguatkan diri. Ia tidak mau sampai pingsan dan ditolong oleh Victor.

"Hey, Ahjussi." Suaranya lantang terdengar. "Yak!" Mulai kesal sebab Victor tidak menyahut. "Yak!"

"Tidak ada seorang ahjussi di sini." Victor masih memunggungi Rosebelle. Dia tidak mengindahkan panggilan gadis itu, malahan dia asik melanjutkan memetik anggur dan tomat yang ia tanam.

"Yak!" Karena kesal, Rosebelle yang sedang jongkok lantas berdiri dengan menghentakkan kaki. "Aku memang—"

Nyatanya fisik Rosebelle tidaklah sekuat itu. Penglihatannya menjadi gelap seketika lalu kepalanya seperti berputar. Terakhir, seseorang seperti mendorongnya ke belakang hingga membuatnya jatuh pingsan.

Victor belum menyadari kalau gadis yang ia paksa untuk membantunya di kebun sudah tergeletak di tanah. Dia pikir mungkin Rosebelle sudah lelah bertengkar dengan dirinya, jadi memilih diam.

Suasana yang tenang memang paling cocok dan sangat ia butuhkan saat sedang memetik hasil kerja kerasnya. Akan tetapi, dengan tambahan eksistensi betina seperti Rosebelle, rasanya justru menjadi aneh kalau terlalu sunyi.

"Kalau dia bisa diam selama 15 menit, aku akan membelikan choco lava untuknya." Batin Victor menggumam. Seraya berhitung, dia pun bersenandung. Namun kebungkaman Rosebelle justru mengganggu pikirannya. "Hey, Nn. Laurent. Aku berpikir akan membelikanmu—" Memutar tubuh menghadap Rosebelle, bola mata Victor terbelalak. "Rose!" Dia berseru dan berlari menghampiri Rosebelle.

Anggur dan tomat yang telah dipetik jatuh menggelinding. Kepanikan Victor membuat buah-buahan itu terabaikan.

"Yak! Aku hanya bercanda saat bilang akan memberikan napas buatan untukmu." Victor menepuk-nepuk pipi Rosebelle namun gadis itu tidak bangun.

Wajah Rosebelle sudah pucat. Keringat dingin juga membasahi sebagian tubuhnya. Jantungnya berdebar lemah saat Victor menempelkan kepala di dada kirinya.

"Sial! Kalau hanya akan merepotkanku seharusnya kau tidak membantuku." Bergegas membawa gadis itu ke rumah sakit.

🐾 ꂵꌩ ꒒ꂦꃴꍟ꒒ꌩ ꋪꍏꌗꉓꍏ꒒ 🐾

Sayup-sayup telinga Rosebelle mendengar orang berbincang. Perlahan dia membuka mata, menyisir sekeliling yang ia yakini adalah kamar rumah sakit. Dia menoleh ke arah pintu, melihat Victor sedang berbicara dengan seorang dokter. Bola mata safirnya kembali bergulir, lalu berhenti di langit-langit kamar.

Gadis blonde itu diam merenungi kehidupan barunya bersama laki-laki asing yang diceritakan ibu tirinya sebagai pamannya.

Benar sekali. Pagi itu Jennifer memang tidak secara resmi mengenalkan sepupunya pada Rosebelle. Ibu tirinya yang ke-47 itu hanya mengatakan kalau dia akan menitipkan Rosebelle pada sepupunya yang seorang dosen. Sialnya, si tua bangka Benjamin Laurent yang menjadi ayah Rosebelle justru tidak menolak usulan istri barunya itu.

MY LOVELY RASCALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang