Bab 1:Kebangkitan Kegelapan

4 1 0
                                    

Di tengah reruntuhan kota kuno Tharion, sekelompok penyihir kegelapan berkumpul di sekitar altar kuno. Dari altar itu, cahaya hitam menyembur ke langit, membelah awan, dan mengirimkan gelombang energi mengerikan ke seluruh penjuru Aranthelia. Raja Kegelapan, Azazel, telah bangkit dari tidurnya yang abadi. Kekuatan kegelapannya begitu besar sehingga memanggil seluruh makhluk bayangan untuk bersiap menghadapi perang besar.

"Sudah saatnya," gumam Azazel sambil menatap ke angkasa. "Para Wielder akan jatuh di bawah kekuatanku, dan dunia ini akan tenggelam dalam kegelapan abadi."

Di benua jauh, tujuh individu yang ditakdirkan untuk mengendalikan senjata dosa mulai merasakan panggilan dari senjata mereka. Masing-masing dari mereka memiliki kekuatan luar biasa, tetapi jiwa mereka juga diwarnai oleh dosa-dosa besar yang sesuai dengan senjata mereka.

Senjata Kemarahan (Sin of Wrath) - Aegisra Penggunanya adalah Thyron, seorang ksatria yang dipenuhi oleh dendam dan kemarahan yang membara setelah keluarganya dibantai. Aegisra adalah pedang besar yang mampu membelah gunung, mengendalikan api neraka untuk membakar musuh-musuhnya.Senjata Keserakahan (Sin of Greed) - Golmore Penggunanya adalah Elvira, seorang pencuri yang selalu terobsesi dengan kekayaan dan kekuasaan. Golmore adalah busur perak yang tak pernah kehabisan anak panah dan mampu mencuri kekuatan hidup dari musuh-musuh yang terluka.Senjata Iri Hati (Sin of Envy) - Vioris Penggunanya adalah Caelum, penyihir yang dipenuhi oleh kecemburuan terhadap kekuatan yang dimiliki oleh orang lain. Vioris adalah tongkat magis yang menyerap energi dari kekuatan musuh dan menggunakannya untuk memperkuat pemiliknya.Senjata Keserakahan Makanan (Sin of Gluttony) - Gormund Penggunanya adalah Barron, seorang petarung yang memiliki nafsu makan tak terbatas dan menggunakan kekuatan dari makanan untuk meningkatkan tubuhnya. Gormund adalah kapak besar yang mampu melahap energi musuh dan memberikannya kepada Barron.Senjata Kemalasan (Sin of Sloth) - Somnaria Penggunanya adalah Iveria, seorang yang selalu bersembunyi dari tanggung jawab dan lebih memilih tidur. Namun, saat dibangunkan, dia memiliki kekuatan luar biasa. Somnaria adalah senjata berbentuk lonceng kecil yang bisa memperlambat waktu dan membuat musuh tertidur selamanya.Senjata Nafsu (Sin of Lust) - Sirilith Penggunanya adalah Lucielle, seorang wanita yang menggunakan pesonanya untuk memanipulasi orang lain. Sirilith adalah cambuk emas yang mampu memikat dan mengendalikan pikiran lawan, membuat mereka tunduk kepada kehendaknya.Senjata Kesombongan (Sin of Pride) - Arrogantis Penggunanya adalah Dorian, seorang raja yang sombong dan percaya bahwa dirinya adalah yang terkuat di dunia. Arrogantis adalah pedang panjang yang memberikan kekuatan tak terbatas kepada pemiliknya, tetapi semakin banyak digunakan, semakin memperbesar kesombongan Dorian.

Di dalam Kuil Cahaya, sekelompok malaikat penjaga mendiskusikan kebangkitan Azazel. Mereka tahu bahwa hanya tujuh Wielder yang mampu menghadapi ancaman ini. Maka, Seraphiel, pemimpin para malaikat, memutuskan untuk menemui para Wielder dan membimbing mereka menuju perang terakhir melawan kegelapan.

"Azazel adalah musuh yang tidak bisa kita kalahkan sendirian," kata Seraphiel. "Hanya dengan bantuan para Wielder, kita dapat menghentikan kehancuran dunia ini."

Satu per satu, Seraphiel mengunjungi para Wielder, memberikan mereka visi tentang perang yang akan datang. Thyron yang penuh dendam, Elvira yang tamak, Caelum yang cemburu, Barron yang rakus, Iveria yang malas, Lucielle yang penuh nafsu, dan Dorian yang sombong—mereka semua harus bersatu meskipun dosa-dosa mereka membebani jiwa mereka.

Di tengah kekacauan pertempuran terakhir antara Cahaya dan Kegelapan, Azazel, Raja Kegelapan, berdiri di depan pasukan legiun iblisnya. Senjata-senjata legendaris yang dipegang oleh para Wielder mulai bersinar dengan kekuatan yang mereka miliki, memancarkan aura yang memerangi kegelapan di sekitarnya. Di langit, cahaya terang dari Dewi Cahaya, Elarion, mulai turun, menembus kabut kegelapan yang menutupi medan perang.

"Kau akan kalah, Azazel," suara Dewi Cahaya bergema di seluruh medan perang. Suaranya penuh keagungan, membawa harapan ke dalam hati setiap Wielder dan pasukan cahaya yang berperang.

Azazel menatap ke langit, tatapannya penuh kebencian. "Cahaya selalu berpikir kalian akan menang. Tapi kegelapan tak bisa dikalahkan selamanya. Kalian hanya menundanya."

Dengan tatapan tajam, Elarion mengangkat tangannya, memanggil kekuatan yang begitu besar hingga tanah bergetar. Cahaya ilahi dari Dewi Cahaya mulai membungkus tubuh Azazel, merenggut kekuatan kegelapan yang dia miliki. Meskipun dia mencoba melawan, kekuatan gabungan dari tujuh senjata dosa dan cahaya Dewi terlalu kuat. Azazel jatuh berlutut, kegelapan di sekitarnya mulai pudar.

"Mungkin aku tak bisa membunuhmu," kata Elarion, suaranya penuh belas kasihan namun tegas. "Tapi aku bisa menyegelmu, mengurung kegelapanmu selama ribuan tahun ke depan."

Dengan kekuatan Dewi, sebuah segel besar terbentuk di sekitar Azazel. Cahaya itu mengurungnya, membungkus tubuhnya dengan rantai cahaya yang tak bisa dipatahkan. Pasukan iblis yang tadinya berperang mulai mundur dan menghilang seiring kekuatan pemimpin mereka melemah. Kegelapan mulai terkikis dari dunia Aranthelia.

Azazel, dengan suara serak namun penuh ancaman, tertawa kecil saat segel mulai menutupinya. "Kalian mungkin bisa menyegelnya hari ini, tapi aku akan kembali. Dan saat aku kembali, kalian semua akan merasakan kehancuran yang sesungguhnya. Dan aku tak akan sendirian..."

Dengan tawa yang teredam oleh segel, tubuh Azazel sepenuhnya terkunci dalam penjara abadi yang dibuat oleh Dewi Cahaya. Segel itu mengunci kekuatan kegelapan di kedalaman dunia, di tempat yang tak bisa dijangkau oleh makhluk fana. Namun, meskipun kegelapan menghilang dari medan perang, ancaman Azazel menggema di pikiran para Wielder.

Lima Tahun Kemudian

Di kota Altharia, sebuah kedamaian yang rapuh menyelimuti Aranthelia. Perang besar antara Cahaya dan Kegelapan kini menjadi bagian dari cerita rakyat, sebuah legenda yang hanya tersisa di hati mereka yang pernah bertempur. Para Wielder dari tujuh senjata dosa kembali ke kehidupan masing-masing, menyimpan senjata-senjata legendaris itu dalam persembunyian. Namun, ketenangan ini hanya sementara.

Di bawah tanah kastil yang terlupakan, dua sosok misterius tengah berjalan di lorong yang dipenuhi reruntuhan dan bayangan. Mereka adalah Vireus dan Morana, utusan setia dari Raja Kegelapan. Mereka telah lama menunggu saat yang tepat untuk memulai misi mereka.

"Kita sudah lima tahun menunggu," kata Vireus dengan suara pelan namun tajam, sambil mengamati simbol-simbol kuno di dinding. "Sudah waktunya melanjutkan rencana."

Morana, dengan senyuman licik di wajahnya, menatap segel kecil yang berkilauan di tengah ruangan gelap itu. "Dengan kekuatan dari ketujuh senjata dosa, kita bisa menghancurkan segel Dewi Cahaya dan membebaskan tuanku, Azazel."

Vireus menundukkan kepalanya, tangannya mengusap segel tersebut, merasakan energi cahaya yang mengurung kekuatan kegelapan. "Ketujuh senjata itu memiliki kekuatan yang sangat besar, dan saat mereka disatukan, mereka bisa membuka segel ini. Kita hanya perlu menemukannya... dan merebutnya dari para Wielder."

Morana menatapnya dengan tatapan penuh keyakinan. "Kita tahu di mana mereka berada. Sudah cukup lama kita mengamati. Sekarang saatnya kita memulai."

Kedua utusan itu bukanlah orang biasa. Vireus adalah ahli dalam sihir ilusi dan manipulasi, mampu membuat orang lain percaya pada kenyataan yang tidak ada. Sedangkan Morana adalah pembunuh yang kejam, menguasai seni bayangan dan racun, mampu menghilang tanpa jejak. Mereka adalah tangan kanan Azazel, yang dikirim ke dunia untuk menjalankan misinya.

Mereka mulai bergerak, menyusuri lorong-lorong gelap, menuju tempat di mana para Wielder tinggal. Mereka tahu bahwa senjata-senjata legendaris itu tersembunyi, dilindungi oleh para pahlawan yang dulu mengalahkan Azazel. Namun, bagi mereka, ini hanyalah awal dari perjalanan untuk membawa kegelapan kembali ke dunia.

"Kita akan memulai dengan yang paling lemah di antara mereka," bisik Morana. "Barron, si Wielder dari Gormund, senjata Gluttony. Dia gemar berpesta dan mabuk, kelemahannya akan menjadi keuntungan bagi kita."

Vireus tersenyum samar. "Ya, dan setelah kita mengambil satu, yang lain akan jatuh. Saat semua senjata sudah di tangan kita, kegelapan akan kembali menguasai Aranthelia."

Mereka meninggalkan reruntuhan itu, bayangan mereka menyatu dengan kegelapan. Dunia mungkin telah melupakan ancaman kegelapan, tapi Vireus dan Morana tahu bahwa kehancuran hanya tertunda. Raja Kegelapan menunggu di dalam segelnya, dan mereka akan memastikan kebangkitannya.

The Seven Sin Weapons: The War of Light and DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang