Udara di pegunungan Gelare terasa semakin dingin saat kabut menyelimuti desa kecil di lembahnya. Di tempat inilah para Wielder berkumpul, merasakan sesuatu yang aneh dalam kekuatan dunia. Senjata-senjata dosa yang mereka miliki mulai bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mendekat.
Thyron, pemegang senjata Aegisra, pedang kemarahan, memimpin kelompok itu. Di belakangnya ada Elvira dengan Golmore (busur keserakahan), Caelum dengan Vioris (tongkat iri hati), Barron dengan Gormund (kapak kerakusan), Iveria dengan Somnaria (lonceng kemalasan), Lucielle dengan Sirilith (cambuk nafsu), dan Dorian yang memegang Arrogantis (pedang panjang kesombongan).
"Kita tak sendiri di sini," Thyron berbicara, matanya mengamati sekeliling. "Aku merasakan kehadiran kegelapan."
Elvira tersenyum tipis, mengencangkan genggaman di busurnya. "Sudah lama kita tidak bertarung bersama."
Belum sempat mereka beranjak, dua sosok muncul dari balik kabut. Mereka adalah Vireus dan Morana, utusan Raja Kegelapan. Wajah mereka tersembunyi dalam jubah hitam, hanya mata mereka yang menyala dengan cahaya kelam.
"Dengan semua kekuatan yang kalian miliki, kalian masih saja rapuh," kata Vireus, suaranya penuh ejekan. "Tujuh senjata ini... akan kami ambil dan gunakan untuk kebangkitan Azazel."
Thyron mencabut Aegisra, pedang besar itu menyala dengan api yang memanaskan udara di sekitar mereka. "Kau tak akan pernah mengambil senjata ini."
Vireus tertawa kecil, lalu menjentikkan jarinya. Ilusi-ilusi kabur mulai muncul di sekeliling para Wielder, mengubah lanskap menjadi hutan penuh bayangan. "Kau tak tahu siapa yang kau hadapi, ksatria."
Morana, yang berdiri di belakang Vireus, bergerak cepat. Cambuk bayangan melesat dari tangannya, mengincar Elvira. Namun, Elvira melompat ke belakang dengan lincah dan memanah ke arah Morana, tapi bayangan melindungi dirinya dari serangan langsung.
Pertempuran meletus di tengah kabut. Caelum mulai menggunakan Vioris untuk memanipulasi sihir kegelapan yang dilemparkan oleh Vireus, namun Vireus adalah ahli ilusi. Dia menciptakan bayangan palsu yang menyerang dari berbagai arah, membuat para Wielder kebingungan. Iveria berusaha memperlambat waktu dengan lonceng Somnaria, tapi Vireus dengan mudah menetralkan efek itu dengan kekuatan sihirnya.
Sementara itu, Morana menyerang Barron, mencoba mencuri kekuatannya, tetapi kekuatan dari Gormund membuat Barron semakin kuat. Kapak besar itu menghantam tanah, memecahkan ilusi-ilusi bayangan di sekelilingnya. Morana mundur, sadar bahwa dia tidak bisa melawan langsung Barron.
Di tengah pertempuran, Thyron memusatkan kekuatannya dan menyerang langsung ke arah Vireus. Aegisra menyala dengan api yang membara, menyerang dengan kekuatan penuh. Vireus yang licik memanfaatkan sihir ilusi untuk mengelak, tapi sesuatu yang aneh terjadi.
Saat pedang Aegisra menyentuh bayangan Vireus, kekuatan dari pedang itu berpindah. Vireus tersenyum lebar saat tangannya menyentuh Aegisra. "Kemarahan adalah bahan bakar yang luar biasa," katanya sambil tertawa. Dengan kekuatan yang tak diduga, Vireus merebut pedang kemarahan, Aegisra, dari tangan Thyron.
Seketika, pedang itu bersinar dalam genggaman Vireus, menyatu dengan energinya. Api Aegisra yang dulu menyala merah, kini berubah menjadi ungu pekat, membakar dengan aura kegelapan. "Sekarang aku yang menguasai kemarahanmu, ksatria."
Thyron terhuyung, kehilangan kekuatannya sementara. Dorian dan Elvira segera maju untuk membantunya, tapi serangan Vireus dengan Aegisra yang baru diperkuat sangatlah cepat dan mematikan. Gelombang api ungu melesat dari pedang itu, menghancurkan tanah di sekitarnya.
"Dia terlalu kuat!" seru Elvira sambil memanah dari jauh, tetapi panahnya meleleh dalam api ungu Aegisra.
Vireus tertawa, merasakan kekuatan yang baru dia dapatkan. "Senjata ini akan menjadi awal dari kebangkitan Azazel. Kemarahan kalian, keputusasaan kalian... akan menjadi milik kegelapan."
Namun, saat Vireus bersiap untuk menyerang lagi, Morana melangkah maju dan menyentuh bahunya. "Kita belum siap untuk mengalahkan mereka semua," katanya dengan nada dingin. "Kita telah mendapatkan apa yang kita butuhkan untuk sekarang."
Vireus memandang pedang Aegisra di tangannya, dan dia tahu Morana benar. Meskipun mereka telah berhasil mengambil senjata Wrath, kekuatan tujuh Wielder yang tersisa masih terlalu besar untuk ditaklukkan dalam satu pertempuran.
"Baiklah," kata Vireus, menyimpan Aegisra dengan senyuman penuh kemenangan. "Kami akan kembali... dan saat itu, kalian tak akan bisa menghentikan kami."
Sebelum para Wielder sempat mengejar, kabut di sekeliling mereka tiba-tiba semakin tebal. Morana dan Vireus menghilang dalam bayangan, meninggalkan para pahlawan yang terengah-engah setelah pertarungan singkat tapi intens.
Thyron jatuh berlutut, merasa hampa tanpa pedangnya. "Mereka mengambil Aegisra..." gumamnya penuh frustrasi.
Dorian mendekati Thyron, memegang bahunya. "Ini belum berakhir. Kita akan mengambilnya kembali. Mereka mungkin lebih kuat sekarang, tapi kita tidak akan berhenti."
Elvira menatap ke arah di mana Vireus dan Morana menghilang. "Ini baru permulaan. Mereka sekarang memiliki satu senjata, tapi mereka pasti akan kembali untuk sisanya. Kita harus bersiap."
Para Wielder saling memandang, mengetahui bahwa pertempuran sesungguhnya belum dimulai. Kegelapan telah berhasil merebut salah satu senjata, tapi masih ada enam lagi yang harus dilindungi. Mereka tahu, jika ketujuh senjata disatukan oleh kegelapan, Azazel akan bangkit kembali.
Epilog Bab 2
Di dalam reruntuhan gelap, Vireus dan Morana berdiri di depan segel yang menahan Azazel. Vireus mengangkat Aegisra, yang kini bersinar dengan aura kegelapan, ke arah segel.
"Ini baru langkah pertama," kata Vireus dengan tatapan penuh ambisi. "Dua senjata lagi, dan kita bisa mulai membuka segel ini."
Morana menatap segel tersebut, mendengar suara samar tawa Azazel di dalamnya. "Kegelapan akan segera kembali... dan dunia ini akan tenggelam dalam kehancuran."
Dengan senjata Wrath kini berada di tangan mereka, perjalanan untuk menyatukan tujuh senjata dosa telah benar-benar dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Sin Weapons: The War of Light and Darkness
FantasiDi dunia Aranthelia, pertempuran antara cahaya dan kegelapan telah berlangsung selama ribuan tahun. Para dewa menciptakan tujuh senjata legendaris yang mewakili dosa-dosa besar untuk menyeimbangkan kekuatan di antara dunia. Setiap senjata ini memili...