First Date

91 15 18
                                    


Hari ini hari Sabtu, gerimis hujan turun membasahi kota Seoul sepanjang hari menambah kelam suasana hati Park Jeongwoo. Pemilihan ketua klan akan diadakan sekitar tiga bulan lagi. Ia beberapa kali harus menghadiri rangkaian acara rapat bersama kakeknya tanpa ditemani Baekho dan Ma

Suasana rumah tampak lebih mencekam dan dingin akhir-akhir ini,  Jeongwoo yang dikaruniai pendengaran diatas rata-rata orang normal itu dapat mengetahui apa yang mereka bicarakan — semuanya meragukan kapasitasnya, dan sebagian lagi ingin tahu alasan Tuan Park mempercepat pewarisan posisi yang terlalu tiba-tiba, diumur Jeongwoo yang masih cukup belia

Kondisi klan juga terpecah-pecah menjadi beberapa fraksi, beberapa fraksi juga didukung oleh sponsor konglomerat seperti Chansung dan kawan-kawan. Ia bahkan tidak tahu siapa dan yang mana kawan atau lawan. Siapa klien yang harus dia tangani atau ia singkirkan

"Kau sudah dengar berita tentang Chansung kan?" Tanya Kakeknya mengawali sarapan pagi itu

"Hm.." Jeongwoo mengangguk pura-pura tidak acuh

"Dia meminta kita untuk memanipulasi jalannya persidangan. Tapi aku menolaknya karena agenda pemilihan ketua lebih penting, kasus seperti itu akan menyita banyak waktu"

"Jadi kakek tidak akan ikut campur kan?" Tanya Jeongwoo penuh harap

"Tidak. Kakek ingin menangani kasus-kasus yang menyenangkan saja. Kau tahu kan baru-baru ini ada kapal pengangkut dari Peru yang karam di semenanjung?" Mata tuan Park berbinar-binar

"Kapal itu tidak hanya mengangkut suku cadang KT-1 saja, tapi juga 20 ton kok*in dan m*riyuana di dalamnya. Kakek akan ikut ekspedisi memburu harta Karun itu"

Jeongwoo merasa lega. Setidaknya perjalanan Kakek ke tempat itu akan membuat pengawasan terhadap dia dan paman-pamannya lebih longgar lagi. Ia masih punya waktu untuk pengadilan Chansung, mengerahkan fraksi untuk mendukung paman Baekho sebagai ketua mafia selanjutnya, sekaligus menghabiskan waktu bersama Haruto


Malam tadi Jeongwoo tidak bisa tidur, fikirannya melayang-layang membayangkan Haruto. Apa yang harus dilakukan setelah jadian? Entahlah, dia saja belum pernah menyukai seseorang semasa hidupnya

Pertama pasti pacaran, lalu pas pacaran ngapain? Pegangan tangan, pelukan, terus.. ciuman? Ciuman lagi? Boleh ciuman lagi?

Pipi Jeongwoo memerah membayangkan adegan ciuman pertamanya tempo lalu. Ia langsung bangun dan menampar pipinya dengan keras

Gue mikirin apa sih. Benar, seorang perjaka sepertinya memang sangat minus pengalaman. Kalau bertanya ke geng Treasurenya pasti akan dibalas dengan ajaran sesat tidak senonoh, satu-satunya manusia yang cukup waras untuk menjadi guru kencannya adalah Junghwan

Begitulah akhirnya alasan mengapa sekarang, siang ini, Junghwan menemaninya untuk pergi ke apartemen Haruto dan mengajaknya makan bersama. Junghwan tidak habis fikir bagaimana Tuannya itu sudah mempersiapkan dirinya dengan sangat matang, bahkan Ia sudah menyewa stylist untuk dirinya sendiri

"Tuan Jeongwoo, kalau ada yang ngeliat tuan hari ini pasti dikira idol"

"Masa? Gue make overnya terlalu over ya Hwan?"

"Kaga.. ganteng kok, saking gantengnya udah kaya mau lamaran aja bukan ngedate hehehe"

Jeongwoo langsung melihat ke pakaian yang ia kenakan, beige jacket dengan bahan twill dan celana putih. Ia juga memotong rambutnya menjadi undercut dan menyisakan beberapa helai rambut di keningnya. Memang terlihat tampan, berbeda dari biasanya

"Hwan menurut Lo lebih baik hari ini gue kemana? Makan di restoran three star michelin atau.."

"Stop, Tuan ini emang orangnya ga peka ya. Kan kemarin Kakak itu bilang kalo dia ga suka diperlakukan mewah kaya gitu"

Be My Khodam 🐺🌕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang