Part 14

99 12 10
                                    

Aku terdiam mendengar ucapan Luke. Apakah benar aku menyukainya? Aku menyukai Calum? tapi bagaimana bisa? "Ba-bagaimana bisa?" Ucapku dengan nada bergetar.

"Kau memiliki banyak alasan mengapa kau bisa menyukainya hanya saja kau menolak kenyataan itu." Jelas Luke seolah dia mengetahui rasanya. Apakah dia pernah mengalami yang seperti ini?

"Kau pernah mengalami ini?"

Lagi-lagi ia tersenyum dengan senyuman itu. Maksudnya apa?
Lagi-lagi ia menghela nafas. "Ya, dan aku menyesali perbuatanku itu."

Aku menatapnya dengan tatapan penasaran. "Apa yang terjadi?"

"Ia sudah menyukai orang lain." Balasnya sambil menunduk.

Tanganku menyentuh dagunya lalu mengarahkan ke atas agar matanya bertemu dengan mataku. Aku tak tega melihat Luke seperti ini. Dia bisa menguatkan ku dengan kata-katanya sedangkan dia sendiri rapuh.

Aku tersenyum ke arah Luke. "Tenang saja, Lukey. Diluar sana banyak gadis yang menyukaimu. Kau tidak pantas bersedih seperti ini. Kau punk rock!" Ucapku menyemangatinya dengan wajahku yang sudah pasti seperti orang idiot.

Luke terkekeh lalu memelukku. "Thank you, Clair." Aku membalas pelukannya. "Anytime, Lukey."

Luke memutar matanya. "Really, Clair?" Aku terkekeh lalu ikut memutar mata.

****

Siang ini aku dan Luke memutuskan untuk pergi bersama agar aku bisa menenangkan pikiranku tentang dia dan Ashley. Aku enggan menyebut namanya karna itu membuatku terus berpikir tentangnya.

"Kita mau kemana?" Tanyaku kepada Luke yang sibuk dengan kemudinya.

"Lihat saja nanti."

Sial, lagi-lagi jawaban itu yang kudapat. Aku mulai bosan mendengarnya. Aku mengendus kesal lalu mengedarkan pandanganku menuju kaca mobil. Aku melirik Luke yang sedang terkekeh. Manis sih tapi menyebalkan.

"Jangan mengendus terus. Hidungmu seperti babi."

Mataku seolah mau keluar mendengar ucapannya. Wtf? huh kau beruntung aku sedang tidak mood berkelahi Lukey. "Fuck you, Luke."

Luke mencubit hidungku. "language young lady."

Aku memutar mataku. "Whatever."

Tak lama, Luke meminggirkan mobilnya. Entah ini di daerah mana tapi bisa kupastikan sekarang sedang ada festival.

"Jadi apa yang kita lakukan disini?" Tanyaku kepala Luke saat kami sampai di sebuah festival makanan.

"Tentu saja makan, bodoh! kau tau ini festival makanan kan? Dan kau tau tidak bahwa semua makanan disini gratis Clair. It's FREE!" Ucap Luke kepadaku dan aku langsung menganga tak percaya. Benarkah? Ini free? Wow! Ini surga dunia. Luke memang mengerti perasaanku. "YOU DON'T SAY. LETS GO LUKE!" Ujarku sambil menarik tangan Luke.

Tanganku meraih satu persatu makanan yang menurutku enak. Astagaa ini benar-benar surga dunia. "Luke kau tidak makan? Ini surga dunia, Luke." Ucapku menatap Luke heran karna daritadi aku lah yang sibuk mencari makan.

"Aku sudah makan tadi, Clair. Lagipula porsi makanku bukan seperti babi." Aku memutar mata mendengar jawabannya. Lagi-lagi dia mengejek porsi makanku. Bodo amat lah yang penting aku kenyang setelah ini.

Aku dan Luke sedang berada di mobil sekarang. Entah kemana tujuan selanjutnya, lagi-lagi hanya Luke yang tau. "Berapa lama lagi kita akan sampai?"

Luke menoleh ke arahku sambil tersenyum licik. "Bersabarlah, Clair."

Aku mengendus lalu mengalihkan pandanganku menuju jendela. Tiba-tiba aku tersadar dengan pemandangan yang asing. Ini di hutan.
"Luke, apa yang kita lakukan disini?" Tanyaku dengan nada sedikit bergetar karena takut.

Luke terkekeh. "Tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam. Sebentar lagi kita sampai."

Aku mengangguk.

Tak lama mataku berbinar melihat pemandangan didepanku. Lampu-lampu kota terlihat jelas disini. Semua berkerlap-kerlip layaknya bintang dilangit. Ini indah. Aku sampai tak rela mengedipkan mataku meski hanya sekali.

"Clair?" Panggil Luke tapi aku mengabaikannya.

"Kau baik-baik saja? Kau takut ketinggian atau apa? Bicaralah Clair jangan membuatku khawatir."

Aku terkekeh lalu menoleh ke arahnya. Wajahnya tampak khawatir tapi seperti orang bodoh. "Kau bodoh Luke. Tapi kau juga pintar. Bagaimana kau bisa tau tempat ini? Kau sungguh pintar membuatku speechless"

Luke tersenyum ke arahku lalu kembali memandang lampu-lampu kota yang berkelap-kelip. "Dulu ayahku pernah mengajakku kesini. Walaupun hanya sekali tapi aku ingat setiap sudut jalannya karna aku benar-benar jatuh cinta dengan tempat ini."

Aku mengangguk. Enggan mengucapkan kata-kata.

Aku dan Luke masih disini. Ini sudah hampir 1 jam dan kami masih disini. Memandang indahnya pemandangan lampu kota yang berkerlap-kerlip dari atas sini membuatku betah. Luke juga kelihatannya sama. Daritadi aku dan Luke membicarakan berbagai macam hal random. Mulai dari keluarga, teman, sekolah, dan semuanya.

Saat ini aku dan Luke sedang diam. Masih menikmati pemandangan kelap-kelip ini. Aku sangat jatuh cinta pada ini semua hingga memejamkan mataku untuk merasakannya lebih dalam.

"Clair?"

Aku menoleh. Entah ini perasaanku saja tapi aku merasakan ada hal aneh yang mengganjal.

Luke masih memandang lurus ke arah kota.

"What would you say if i said i love you?"

****

Broken Trust  • chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang