Bab 9

69.6K 890 21
                                    

Ksih tau dong klo ada typo
Di vote & ramein sma komen kelen🫵🏻💋

Sudah seminggu ini Vano selalu memiliki waktu untuk mengantar dan menjemput Sarah kuliah dan berada di satu mobil dengan om nya itu masih belum terbiasa bagi Sarah.

Aroma parfum Vano yang begitu maskulin sungguh nyaman di indra penciuman nya. Sarah menyukai itu.

Selama ini Sarah sering curi curi pandang karena kalau boleh jujur dia menyukai ketampanan Vano sejak awal bertemu. Sejauh ini Vano begitu baik dan perhatian meski terlihat... posesif?

Hari hari lebih sering bertemu Vano ketimbang Rania karena justru Tante nya lah yang jauh lebih sibuk daripada Om nya. Rania bahkan sering pulang larut malam karena lembur sementara Vano kadang bekerja di rumah.

Rania tidak tahu lebih detail apa pekerjaan Vano selain seorang arsitek.

Keberadaan Vano di rumah terkadang membuat Sarah bersemangat untuk membuatkan sesuatu seperti camilan yang mudah dia buat karena Vano selalu menyukai masakannya bahkan sayur pun akan habis Vano makan tanpa nasi. Sarah merasa dihargai masakan nya apalagi Vano sering memberinya pujian dan berkata jika dia menyukai masakan nya.

Entahlah mungkin hanya perasaan Sarah saja.

"Berapa mata kuliah hari ini?" Vano mengawali obrolan.

Mereka masih di mobil menuju kampus Sarah.

"Empat... Sarah pulang sore."

"Tunggu saya ya. Nanti saya jemput." Katanya seperti biasa.

"Emang nya gak ganggu pekerjaan Om? Kalo sibuk, Sarah nanti pulang sendiri aja."

"Naik apa kamu pulang sendiri?" Tanya Vano tidak suka.

"Naik ojek online? Sarah udah di ajarin Tante cara pesen ojol."

"Gak usah!" Tegasnya sambil menatap Sarah serius.

Vano tidak bisa membayangkan ralat, tidak mau membayangkan Sarah di bonceng oleh pria lain sekali pun itu adalah tukang ojek. Bisa bisa si tukang ojek curi curi kesempatan, ngerem mendadak terus dada empuk Sarah membentur punggung lelaki itu?

Sialan! Itu tidak boleh!

"Biar saya yang jemput. Kamu tunggu aja di tempat biasa."

"Iya." Jawab Sarah pelan agak cemberut.

Vano meliriknya kemudian tersenyum tipis. Dengan kesadaran penuh, Vano mengelus lembut rambut Sarah. "Pintar nya.."

Sarah tertegun. Matanya mengerjap gugup. Pipinya pun terasa panas. Detak jantung Sarah pun berdebar debar hebat. Reaksi alami yang sering terjadi jika bersama Vano.

Ada apa dengan nya?

Sarah mengepalkan kedua tangan di pahanya. Ia berusaha untuk setenang mungkin meski rasa gugup nya masih ada. Sarah tidak sadar jika mobil sudah berhenti di depan kampus nya.

"Sarah?"

Bahkan suara berat Vano memanggilnya pun dia belum sadar. Vano menatap gelap pada dada Sarah yang membusung itu bergerak naik turun berat.

Lalu baru sadar jika tangan Sarah mengepal. Vano menyentuhnya dan membuat Sarah tersentak.

"Ada apa, hem?"

Demi Tuhan. Sarah nyaris meleleh oleh pertanyaan sepele namun dengan kelembutan dan hangat dari suara berat om nya itu.

Tangan Vano masih menyentuhnya bahkan kini meremasnya lembut. Sarah meliriknya. Entah kenapa dia tidak mau itu terlepas.

Affair with My Uncle [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang