15

9.3K 545 52
                                    

Cassie keluar dari kamar mandi dengan langkah pelan, mencoba menyusun rencana lain di benaknya. Kekecewaan masih membekas setelah percakapan terakhir dengan Anastasia, tapi ia tahu sekarang tak ada pilihan lain selain mengandalkan dirinya sendiri. Jalan menuju keluarganya terlihat semakin jauh, tapi ia tak boleh menyerah. Kesempatan itu ada di pesta ini—ia hanya perlu mengambil langkah yang tepat.

Saat mereka kembali ke pesta, Leo langsung menghampiri, matanya memindai Cassie dengan cemas, memastikan tak ada hal buruk yang terjadi. Ana tersenyum kecil padanya, berusaha menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Leo dengan nada rendah, lebih perhatian dari biasanya.

Cassie mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan kegelisahan di balik wajah tenangnya. "Aku baik-baik saja. Terima kasih."

Leo tampak lega dan segera merangkul bahunya, menarik Cassie kembali ke pusat pesta di mana para tamu mulai berdansa di lantai dansa yang gemerlap. Musik orkestra mengalun lembut, menciptakan suasana yang nyaris magis di ruangan penuh cahaya itu. Namun, di balik semua keindahan itu, pikiran Cassie terus berpacu. Bagaimana ia bisa berbicara dengan keluarganya tanpa diketahui Leo? Ini adalah momen yang langka dan mungkin satu-satunya kesempatan untuk mencari pertolongan.

Tiba-tiba, Leo mendekatkan wajahnya ke telinga Cassie, berbisik dengan nada yang penuh otoritas, "Aku akan berbicara sebentar dengan Miguel. Jangan kemana-mana." Ia mencium cepat pipi Cassie sebelum beranjak pergi.

Saat Leo pergi, Cassie merasa napasnya kembali normal. Ini kesempatannya. Ia melihat ke sekeliling, dan pandangannya tertumbuk pada keluarganya yang sedang berbicara dengan beberapa tamu di sudut ruangan. Mereka tampak begitu jauh, tapi Cassie tahu bahwa ia harus berani. Dengan cepat, ia melangkah menuju arah keluarganya, meski seluruh tubuhnya dipenuhi rasa takut dan ragu.

Sesampainya di dekat meja mereka, Cassie merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. Telah bertahun-tahun ia tak berbicara dengan kedua orang tuanya, ia merasa begitu sedih sekarang karena telah menyia-nyiakan keluarganya. Namun ia tetap harus memulai pembicaraan tanpa menarik perhatian siapa pun. Dengan senyum tipis, ia menghampiri mereka.

"Kakak," sapanya pelan, mencoba mengendalikan getaran dalam suaranya.

Kakaknya, Casson, yang awalnya tak menyadari kedatangannya, berbalik dengan ekspresi terkejut. "Cassie? Oh Tuhan, Cassie, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, setengah berbisik namun penuh kekhawatiran.

Hatinya terenyuh ketika sang kakak memanggilnya, karena "Cassie" adalah panggilan khusus dari keluarganya. Maka dari itu, ketika awalnya Leo menyebutnya "Cassie," sang empunya nama tidak menyukainya karena itu akan mengingatkannya pada keluarganya, terutama orang tuanya.Cassie melirik sekeliling, memastikan bahwa Leo atau siapa pun tak memperhatikan.

"Aku butuh bantuanmu. Aku... aku harus keluar dari sini," katanya dengan cepat, suaranya rendah dan mendesak.

Casson tampak bingung dan panik sejenak, sementara orang tuanya hanya terdiam, terkejut melihat Cassie di pesta yang mereka pikir tidak mungkin ia hadiri. "Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah kau sedang cuti dan pergi ke Milan?" bisik Casson, suaranya penuh dengan ketegangan.

Cassie menggigit bibirnya, air mata hampir menetes saat ia menyadari betapa rumitnya situasi ini. "Aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang, tapi aku tidak punya banyak waktu. Dia akan kembali. Kumohon, bantu aku keluar dari sini," pintanya, memohon dengan tatapan yang penuh keputusasaan.

Sebelum Casson bisa merespons, sebuah suara yang familiar memecah keheningan mereka. "Cassie, apa yang kau lakukan di sini?"

Leo berdiri di belakangnya, matanya penuh kecurigaan, meskipun wajahnya tetap tersenyum. Cassie merasakan tubuhnya menegang, sementara keluarganya terdiam, tampak terkejut dan bingung.

"Aku hanya berbincang dengan kakakku," jawab Cassie cepat, berusaha menutupi kegelisahannya. "Sudah lama tidak bertemu dengannya."

Leo menatap Casson, lalu beralih pada orang tua Cassie. "Selamat Malam Mr. Clark dan Mrs.Clark" ucap Leo, masih dengan senyum yang tak sepenuhnya tulus.

Casson berdiri, mencoba bersikap tenang meskipun jelas ada ketegangan di udara. "Ya. Kami senang bertemu dengan Cassie di sini," katanya, berusaha menjaga sikap formal. Namun, Cassie bisa merasakan bahwa kakaknya mencoba mencari tahu situasi ini lebih jauh.

"Baiklah," kata Leo, suaranya mulai menunjukkan otoritasnya. "Kami harus kembali ke meja. Ada beberapa hal yang harus dibicarakan dengan Miguel." Ia mengulurkan tangannya pada Cassie, namun kali ini genggamannya terasa lebih kencang dari biasanya.

Cassie tak punya pilihan lain selain mengikuti. Dengan hati yang semakin tenggelam, ia menyadari bahwa rencananya untuk meminta bantuan telah gagal—setidaknya untuk sekarang.

Ketika mereka kembali ke meja, Cassie bisa merasakan tatapan Leo yang terus mengawasinya. Ada sesuatu yang berubah dalam sikapnya. Mungkin Leo mulai mencurigai ada yang salah. Ia harus lebih berhati-hati. 

PrigionieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang