It's Not Too Late

45 14 2
                                    

"Semua bukan salahmu, mari salahkan takdir yang tidak pernah berpihak pada kita."

-----

Todoroki memandang kosong ke depan, memandangi langit di distrik Oyakou yang telah ditelan kegelapan. Hanya ada beberapa titik cahaya dan setengah bulan yang menyinari, pun beberapa bias lampu rumah yang ikut memantulkan cahaya, membuat matanya tidak terlalu kesulitan menangkap objek disekitarnya.

Oyakou sedang sepi, sebagian besar siswa penuh waktu dan paruh waktu memilih pulang untuk sekedar melepas penat. Mungkin beberapa diantara mereka belum berkeinginan untuk kembali, seperti Todoroki yang kini berdiam diri di kelas lantai satu.

Perasaannya sejak beberapa hari terasa cukup aneh, ada sesuatu yang mengusiknya hingga membuatnya bahkan tidak bisa tenang selama beberapa hari ini. Semenjak serangan terakhir yang ia dapat, Todoroki merasa bahwa ada seseorang yang mengawasinya.

Oke, dirinya tahu bahwa ia kemungkinan memiliki musuh. Namun jika sampai diintai seperti ini, Todoroki yakin bahwa musuhnya bukanlah sekedar orang iseng atau orang yang tanpa sengaja berselisih paham dengannya.

Mungkin musuh yang ia dapatkan secara tanpa sengaja karena suatu hal, Todoroki masih belum menebaknya.

Usai bosan menatap langit, pemuda itu memilih untuk mengangkat pantatnya yang masih bertengger di kusen jendela. Namun sedetik kemudian, pemuda itu mengurungkan niatnya. Ia membenarkan kacamata, sebelum kembali bersuara dengan nada datar khasnya.

"Akhirnya kau muncul secara langsung," Todoroki berbalik dan turun dengan mulus. Matanya yang tajam menatap dingin sosok berbadan tegap di depannya.

Sosok itu berpakaian serba hitam, dilengkapi dengan sebuah pedang yang berada di punggungnya, tergantung dengan rapi. Wajah sosok itu pun sama datarnya seperti ekspresi Todoroki.

"Todoroki Yosuke,"

Alis Todoroki terangkat keatas, menanti kelanjutan dari ucapan lelaki itu. Meski belum mengungkapkannya, Todoroki tahu bahwa dirinya dalam bahaya besar. Terlebih ekspresi tidak bersabar dari manusia di depannya itu. Mata tajamnya itu benar-benar menyorot Todoroki tanpa emosi.

Lelaki itu menarik pedang di punggungnya, "Tuan Besar mengatakan bahwa aku harus menghabisi orang yang membuat Yukio-sama tidak menuruti perintahnya lagi." Pemuda itu perlahan maju, membuat Todoroki secara alami membuka kuda-kudanya dan bersiap.

"Itu artinya, kau harus mati hari ini."

TRANG!!!

Suara besi yang berbenturan saling bersahutan. Pedang milik sosok misterius itu berhasil ditahan oleh tongkat besi yang secara kebetulan berada di atas meja. Untungnya Todoroki memiliki refleks yang begitu  cepat, membuatnya dapat melakukan antisipasi. Sekuat tenaga, pemuda berkaca mata itu mengayunkan kembali tongkat besi tersebut, tetapi pedang milik sosok misterius tersebut dapat dengan mudah menahannya.

T

odoroki tentu tidak kehabisan akal. Pemuda itu segera memberikan serangan tipuan yang hendak menyasar kepala sosok itu, lalu dengan lincah menggerakan kakinya lalu mengarahkan tendangannya ke perut si sosok berpedang.

Itu cukup berhasil memukul mundur musuh, membuatnya memiliki waktu untuk meloncat dari jendela yang berbatasan langsung dengan area tengah Oyakou. Hanya saja, Todoroki seolah mendapatkan kejutan baru.

Love in Silence - Todoroki Yosuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang