RENCANA (1)

72 2 0
                                    

"Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position. Also, make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on luggage is stowed underneath the seat in front of you or in the overhead bins. Thank you" (Ibu-ibu dan Bapak-bapak, sembari kita mulai mendarat, mohon pastikan punggung kursi dan meja Anda berada dalam posisi tegak. Pastikan juga sabuk pengaman Anda terkait dengan baik dan seluruh barang bawaan tersimpan di bawah kursi di depan Anda, atau di penyimpanan atas. Terima kasih).

Setelah melakukan perjalan selama kurang lebih tujuh jam lebih, menikmati dinginnya ac sebuah pesawat terbang, menikmati fasilitas dari kendaraan udara itu, kini dengan mata coklat Jasmine bisa menyaksikan suasana sore di Indonesia, terlihat matahari senja terukir indah seakan menyambut kembali kehadiran Jasmine, dari balik jendela pesawat Jasmine mengukir senyum tipis tidak terasa dua tahun sudah dia meninggalkan Negera itu dan kini hebatnya senja yang cantik masih menyambut kepulangannya.

Setelah mendengar intruksi dari pramugari "On behalf of The Airlines and the entire crew, I'd like to thank you for joining us on this trip. We are looking forward to seeing you on board again in the near future. Have a nice day!" (Atas nama The Airlines dan seluruh kru, saya ingin berterima kasih kepada Anda atas ikut sertanya dalam perjalanan ini. Kami berharap bisa berjumpa dengan Anda lagi dalam penerbangan dalam kesempatan yang akan datang. Semoga hari Anda menyenangkan!) dengan langkah mantap Jasmine berjalan mengikuti para penumpang pesawat untuk mengantri turun dari pesawat.

Sesekali Jasmine masih menoleh ke arah jendela, senja begitu cantik untuk dilewatkan sehingga Jasmine masih berusaha melirik senja saat mengantri. "Terima kasih" ucap seorang wanita cantik bertubuh profesional berbalut rok ketat di dadanya ada sebuah nametag bertuliskan 'Putri Andini' dia adalah salah satu pramugari yang menyapa setiap penumpang yang hendak keluar dari pintu pesawat tidak lupa senyum ramah pramugari itu mengiringi langkah para penumpang meninggalkan pesawat dan memasuki bangunan Bandara.

Jasmine berjalan santai diantara orang-orang yang berjalan searah dengannya karena tujuan mereka sama yaitu keluar dari Bandara dan bertemu dengan para penjemput, sebuah koper putih berukuran kecil ditarik pelan oleh Jasmine dengan sebelah tangannya sibuk merongoh tas selempang mencari benda kecil pipih yang biasa digunakan untuk komunikasi dengan orang jauh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Sahabatku Layla Ruqayyah

Alhamdulillah, aku sudah tiba di Indonesia dengan selamat, sekarang aku sudah di Bandara dan mau mencari keluargaku.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebuah pesan singkat tak lupa Jasmine kirimkan untuk sahabatnya di Jepang, dia tidak ingin sahabatnya itu mengomel tidak jelas kalau tidak segera diberi kabar. Setelah mengirim pesan singkat pada Layla segera mencari kontak dengan nama 'Adikku Gus Hadwan' lalu menekat tombol memanggil.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap Jasmine saat menyadari panggilan teleponnya sudah tersambung, "Waalaikumussalam warahmatullahi wabaratuh" jawab dari sebuah suara laki-laki yang khas dan paling Jasmine kenal kalau itu adalah suara adiknya Gus Hadwan Zain Hayyan.

"Ka Jas sudah dimana?" tanya Hadwan buru-buru, "Ka Jas baru sampai, santai aja kali Awan, ini Kak Jas lagi jalan keluar, kalian nunggu diluar kan?" tanya Jasmine memastikan.

"Iya Kak Jas kami duduk dekat kedatangan ini, kami udah nunggu disini dari dua jam yang lalu, Umi dan Abi udah berapa kali nanyain Kak Jas sambil ngelirik jam" jelas Hadwan dengan detail, samar-samar Jasmine juga mendengar suara lembut Umi beberapa kali bertanya pada Hadwan tentang Jasmine.

"Ya sudah kalau gitu tunggu disana ya, Kak Jas bentar lagi keluar ini, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap Jasmine tidak ingin berlama-lama telponan karena sudah yakin Umi Zayna pasti sudah sibuk ingin tahu tentang dirinya. "Iya Kak kami tunggu, waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" balas Hadwan yang diikuti dengan suara tut tut tut tanda panggilan telepon sudah terputus.

Selang beberapa menit setelah panggilan singkat kakak adiknya kini dengan mata berbinar-binar Jasmine sudah berdiri di depan keluarnya, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Abi, Umi, Awan" ucap Jasmine dengan suara serak dan raut sedih.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Jasmineku" dengan segera Abi memeluk putri tercintanya siapa sangka laki-laki yang sedari tadi terlihat lebih tenang dari pada Umi kini malah dengan sigap memeluk Jasmine terlebih dahulu sambil menumpahkan air matanya.

Cukup lama Abi dan putrinya itu berpelukan hingga Umi Zayna mulai protes, "Gantian napa Bi,Umi kan juga mau peluk Jasmine" bibir Umi Zayna maju beberapa senti, "Aduh maaf ya Umi, Abi kebawa suasana" ucap Abi dengan senyum lembut khasnya sambil menyeka sisa-sisa air mata di pipinya.

"Jasmineku" dengan segera tubuh Jasmine menerima pelukan kedua, terasa hangat dan asing karena sudah dua tahun dia tidak merasakan pelukan yang seakan bisa mengobati semua lukanya.

"Udah ah Awan dicuekin" Hadwan yang sedari tadi hanya menyaksikan peluk-pelukan Abi, Umi dan Kakaknya itu angkat bicara. "Hehe Adik Kak Jas kangen ya, sini sini Kak Jas peluk" ucap Jasmine menggoda sambil merentangkan kedua tangannya menuggu pelukan dari Hadwan. "Dih pd orang enggak kok, sini salam aja" balas Hadwan dengan wajah gensinya sambil meraih tangan kanan Jasmine lantas menciumnya.

"Ayo kita pulang bentar lagi magrib, kita cari masjid dulu ya" ajak Abi sambil menggandeng Jasmine untuk melangkah ke parkiran mobil. "Abi, Umi jangan main pergi aja dong" teriak Hadwan dengan nada sedikit kesal sambil menarik koper kecil milik kakaknya, kini koper itu dititipkan apa adiknya.

Abi, Umi dan Jasmine hanya menoleh ke arah Hadwan sambil tertawa kecil lalu kembali melanjutkan langkahnya, sedangkan Hadwan di belakang berusaha mempercepat langkahnya untuk mengejar keluarga yang dia tahu sengaja sedang mengerjainya, meski menunjukkan ekspresi kesal dan gensi namun sepasang ujung bibir kecil laki-laki 18 tahun itu tetap terangkat menunjukkan ginsul manisnya.

Ning Jasmine Alleya yang pergi ke Negeri Sakura dua tahun lalu kini telah kembali ke Indonesia entah untuk menetap atau hanya sekadar, tidaka ada yang tahu karena takdir tidak selamanya mengikuti rencana manusia, entah cerita macam apa yang menanti kepulangan Jasmine.

Mobil sedang milik Gus Agam melaju diantara riuhnya kota Jakarta, suara klakson sahut-sahutan seakan-akan tidak peduli dengan suasana senja yang damai, Jasmine menatap ke luar jendela sambil kembali mengenang kota yang telah dia tinggalkan dua tahun itu, ternyata tidak ada yang berubah, waktu sore masih menjadi ajang adu suara klakson, asap-asap dari kendaraan bermotor memenuhi jalan, terlihat pula beberapa anak kecil yang membawa plastik mencari perhatian dalam bentuk rupiah. "Tidak ada yang berubah" bisik Jasmine pelan sambil mengangkat sepasang ujung bibirnya, matanya kini dia alihkan untuk melihat senja yang masih menunjukkan keelokannya, tak mengapa suasana riuh ternyata tetap ada langit yang menenangkan disana.

***

AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang