Sudah bertahun-tahun Milo hidup bersama sang Indagis. Kini tubuh sang Indagis telah menua, fisiknya sudah melemah. Hari-hari sang Indagis hanya dihabiskan dengan beristirahat karena tubuhnya sudah tak kuat untuk beraktivitas.
Setiap hari, Milo selalu berada di sampingnya, menemani masa-masa tua dari sang Indagis yang mungkin akan segera berpisah dengannya.
Hari itu, suasana tampak sunyi, mentari bersinar cerah, rasanya dunia benar-benar damai saat itu juga.
Milo, seperti biasa selalu berada di samping sang pemilik. Kini ia hanya bisa terduduk sedih melihat tuannya yang kian hari kian melemah.
"Milo, mungkin waktuku untuk bersamamu sudah tak lama lagi. Kuharap kamu dengan tenang bisa menerima kepergianku!" Ucap sang Indagis.
"Waktu-waktu yang kuhabiskan bersamamu memang singkat, tapi rasanya sangat berharga sekali bagiku. Setelah ini mungkin aku akan pergi, tapi kamu tenang saja, kamu tak akan sendirian. Seluruh keturunanku setelah ini akan menggantikanku untuk menjadi temanmu!" Lanjut pria itu.
Milo hanya menggeru sembari menempelkan tubuhnya pada sang Indagis. Sebagai tanda tidak ingin berpisah dengan tuannya.
"Milo, kamu tolong jaga mereka ya! Jagalah mereka seperti kamu menjagaku, lalu buatlah kenangan yang indah bersama dengan mereka! Perjalanan hidup manusia memang singkat, tapi perjalanan hidupmu pasti akan sangat panjang. Jadi tolong hargailah waktumu bersama dengan mereka!"
Sang Indagis pun membelai tubuh Milo dengan lembut untuk terakhir kalinya. Sebelum akhirnya sang Indagis menutup matanya untuk selamanya.
Kala itu, Milo hanya bisa meraung sedih setelah kehilangan tuannya. Rasa sedih, kesepian, dan kehilangan terus menjalar di dalam dirinya.
Itu merupakan sebuah kisah dari pertemuan singkat yang penuh makna antara seekor anjing dan pemiliknya.
***
Tahun-tahun pun kembali berlalu, sudah puluhan generasi Indagis Bahutai terus berganti. Berulang kali pula Milo kehilangan pemiliknya.
Selama waktu itu, Milo terus menahan setiap rasa sakit kehilangan yang ia rasakan. Ia berharap, suatu saat ia bisa bertemu dengan semua pemiliknya lagi dan menghabiskan waktu lagi dengan mereka.
Hingga pada suatu generasi, tuan baru Milo mendengar sebuah informasi soal seorang Indagis Harimau Putih yang dikenal sebagai pemburu Indagis.
Ia tampak tertarik dengan cara sang Indagis Harimau Putih bertambah kuat.
Memburu Indagis lain, mengalahkan mereka, lalu mengambil kekuatan mereka. Itu merupakan sebuah cara bertambah kuat yang sangat cepat baginya.
"Kau tahu Milo, jika aku memburu Indagis lain, maka aku bisa bertambah kuat secara instant!" Ujar sang Indagis dengan ekspresi wajah yang penuh obsesi.
Mendengar hal itu, Milo hanya termenung sedih. Instingnya mengatakan bahwa menggunakan cara seperti itu bukanlah hal yang tepat, tapi ia tidak bisa melakukan apapun selain menuruti perintah tuannya.
***
Selama bertahun-tahun, Milo dan pemiliknya terus mencari berbagai Indagis dan menantang mereka bertarung.
Hasilnya tentu saja selalu dimenangkan oleh Indagis Bahutai. Namun Milo merasakan hal aneh dalam dirinya, selain kekuatannya yang bertambah hebat, ia juga merasakan insting membunuh yang sangat hebat dari dalam dirinya. Insting yang mungkin juga dirasakan oleh pemiliknya yang sekarang.
***
Dari generasi ke generasi, Milo terus menyerap berbagai kekuatan Indagis dan para mahluk gaib. Awalnya kekuatan itu tidak memberikan efek samping yang begitu berarti, tapi semakin lama kekuatan itu semakin sulit untuk dikendalikan.
Milo semakin merasakan nafsu membunuhnya begitu besar, rasanya kekuatan ini telah merenggut jati dirinya.
Tidak hanya sekedar bertambah kuat, kekuatan astralnya kini juga ikut terkontaminasi. Aura abu-abu yang ia keluarkan dulu, sekarang telah berubah menjadi gelap. Rasanya sekarang ia jadi semakin haus akan darah dan kekuatan.
Secara perlahan, bulu putih Milo pun berubah menjadi warna hitam. Bola matanya pun berubah menjadi gelap, memancarkan cahaya merah dari iris matanya.
Milo yang dulu merupakan anjing yang patuh dan lembut, kini berubah menjadi ganas dan tak ragu menghabisi siapapun yang mengganggu tuannya.
***
Selama ribuan tahun, Milo dan pemiliknya telah menjadi Indagis yang brutal. Sudah banyak Indagis yang mati ditangan mereka. Mereka terus mengembara ke seluruh negeri untuk mencari kekuatan lebih.
Hingga akhirnya, kekuatan Indagis Bahutai pun jatuh pada generasi terakhir, seorang pria bernama Chandra yang saat itu sedang tinggal di pulau Jawa.
Hari-hari Chandra dihabiskan dengan berlatih dan memburu para mahluk gaib yang ia temui. Ia dikenal sebagai orang yang tak kenal ampun dan sangat sadis.
Hingga suatu hari, ia sedang mengejar seekor siluman anjing yang bernama Ajag. Mahluk itu merupakan siluman yang sangat kuat, sudah banyak mahluk yang mati ditangannya.
"Woy mahluk jelek, kau tidak akan bisa lari dariku!" Teriak Chandra.
Saat ini pria itu sudah melakukan penyatuan roh dengan Milo. Tubuhnya sudah dipenuhi dengan pola hitam yang menjalar di sekujur tubuhnya. Kondisi bola matanya pun sudah menggelap dengan iris mata yang memancarkan cahaya merah.
"Sialan, bagaimana mungkin ada Indagis yang sekuat ini? Aku harus mencari cara lain untuk bertahan hidup!" Pikir Ajag.
***
Pada saat yang sama, di tempat lain yang dipenuhi rerumputan. Tampak seorang gadis sedang asik memberikan makanan pada beberapa anjing liar.
"Makan yang banyak ya kalian, biar cepat gede!" Ucap sang gadis sembari tersenyum.
Sesaat kemudian, Ajag pun melompat keluar dari semak-semak. Gadis itu tampak terkejut begitu melihat Ajag, namun sayang ia tak sempat bereaksi saat Ajag menariknya secara paksa ke dalam dekapannya.
"Ahh, siluman jelek, lepasin!" Pinta gadis itu, sembari berusaha melepaskan diri.
Chandra pun ikut keluar dari semak-semak, ia terkejut melihat seorang gadis ada dalam dekapan Ajag.
"Majulah Indagis, kalo kau berani, maka gadis ini akan mati!" Ancam Ajag.
"Kau pikir aku peduli padanya!?" Balas Chandra sembari mengeluarkan Mandaunya dan langsung melesat ke arah musuh.
Gadis itu yang merasakan nyawanya dalam bahaya segera mengarahkan kedua telapak tangannya pada Chandra.
Kedua telapak tangan gadis itu memancarkan semacam energi mistis, hingga membuat Chandra merasakan perasaan aneh saat hampir menebas gadis itu.
Hal itu membuat Chandra langsung melompat mundur ke belakang. Sorot matanya terbelalak menatap gadis aneh di depannya sekarang.
"Tadi, sebenarnya perasaan aneh apa yang kurasakan?" Pikirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...